Biaya Investasi Tiongkok pada Kereta Cepat di Indonesia yang Jauh Melampaui Anggaran Membuat ROI Mencapai 40 Tahun

NTDTV.com

Presiden Direktur PT. Kereta Cepat Indonesia – China (PT. KCIC)  Dwiyana Slamet Riyadi, baru-baru ini mengungkapkan bahwa biaya proyek kereta cepat Jakarta – Bandung yang didanai oleh pemerintah Tiongkok akan melampaui anggarannya sebesar sekitar USD. 2 miliar. Ditambah lagi dengan adanya rencana pemindahan ibu kota pemerintah Indonesia, jelas akan berpengaruh secara signifikan terhadap menurunnya arus pengguna jalur KA tersebut, maka dapat diduga bahwa setelah selesainya proyek tersebut nantinya, laba atas investasi (ROI) baru diperoleh setelah 40 tahun.

Menurut laporan Voice of America, Presiden Direktur PT. Kereta Cepat Indonesia – China (PT. KCIC) mengungkapkan situasi tersebut di atas pada saat sidang dengar pendapat di parlemen pada Senin 7 Februari. 

Dia juga mengatakan bahwa meskipun PT. KCIC telah bekerja keras untuk mengurangi biaya, tetapi perusahaan perlu membayar tanah, upah pekerja dan kenaikan harga bahan baku yang jauh melampaui anggaran. Diperkirakan bahwa setelah selesainya proyek kereta cepat Jakarta – Bandung, total biaya akan meningkat menjadi Rp. 113 triliun (setara USD. 7,85 miliar), atau naik sekitar USD. 2 miliar dari anggaran awal.

Selain itu, Dwiyana mengatakan bahwa seiring rencana pemerintah Indonesia untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Pulau Kalimantan pada tahun 2024, maka setelah selesainya rel kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, mau tidak mau akan menghadapi penurunan tajam dalam jumlah penumpang. sehingga akan mempengaruhi waktu mendapatkan kembali laba atas investasinya.

Menurut asumsi dalam laporan studi kelayakan awal, proyek kereta api berkecepatan tinggi ini dapat memperoleh kembali laba atas investasinya dalam waktu 20 tahun setelah proyek selesai, tetapi dampak relokasi ibu kota Indonesia membuat asumsi ini sulit dicapai. Demikian kata Dwiyana dalam sidang.

Dwiyana berpendapat, perlu waktu 40 tahun bagi kereta cepat Jakarta – Bandung untuk mencapai titik impas setelah proyek selesai dan beroperasi. Ia juga menyarankan agar pemerintah nantinya dapat menetapkan tarif kereta api cepat Jakarta – Bandung ini dengan harga antara Rp. 150.000,- hingga Rp. 350.000,-.

Menurut laporan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung didanai oleh China Development Bank di bawah Prakarsa Sabuk dan Jalan (One Belt One Road. OBOR) dari otoritas Tiongkok, dan PT. Kereta Cepat Indonesia-China, yang didirikan oleh sebuah konsorsium. Perusahaan Tiongkok dan perusahaan Indonesia bertanggung jawab atas pembangunan proyek dengan kepemilikan saham adalah 60% untuk perusahaan Indonesia dan 40% untuk perusahaan Tiongkok.

Setelah pembangunan rel kereta api berkecepatan tinggi yang panjangnya mencapai sekitar 142 kilometer dimulai pada tahun 2018, terjadi sengketa kepemilikan tanah, sehingga proyek tersebut dikritik karena biaya ekonominya yang tinggi dan berdampak buruk terhadap lingkungan.

Menurut data yang dirilis oleh PT. KCIC, bahwa proyek pembangunan jalur rel kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 79,9% pada akhir tahun lalu, dan penyelesaian keseluruhannya dijadwalkan pada tahun 2023.

Pada awal Desember tahun lalu, pier jembatan roboh saat pemindahannya dan menimpa kedua buah ekskavator yang ada di lokasi, beruntung para pekerja berhasil lolos tepat waktu sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.

Bahkan yang namanya Kereta Cepat Jakarta-Bandung, ternyata hanya berhenti di Padalarang. Akhirnya dijuluki kereta cepat Halim-Padalarang. (sin)