Pakar Siber Memperingatkan Pengguna TikTok Sedang Memberikan Data ke Badan-badan Intelijen PKT

 Lorenzo Puertas

Ketika diwawancarai baru-baru ini dengan program “Wide Angle” Epoch TV, Casey Fleming menjelaskan bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi telepon seluler yang dikendalikan-asing seperti TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance, raksasa internet yang berbasis di Beijing.

“Kita harus berasumsi,” kata Casey Fleming, “bahwa setiap aplikasi ini berasal dari Tiongkok, Rusia, dan musuh-musuh lain yang dinyatakan oleh Amerika Serikat –— kita harus berasumsi bahwa aplikasi ini dipersenjatai melawan kita.”

TikTok, aplikasi video format-pendek yang sangat populer yang memungkinkan para pengguna untuk membuat, berbagi, dan melihat video berdurasi 15 detik yang sering menampilkan nyanyian, tarian, atau komedi, dimulai di Tiongkok sebagai “Douyin” pada September 2016; dalam setahun, Douyin memiliki 100 juta pengguna Tiongkok.

Aplikasi ini diluncurkan kembali sebagai TikTok secara internasional pada September 2017. Menarik puluhan pengguna selebriti terkenal, dan kemitraan-kemitraan dengan NBA, NFL, dan Comedy Central, TikTok dengan cepat menjadi salah satu aplikasi terpopuler di dunia.

Pada tahun 2020, TikTok melaporkan memiliki hampir satu miliar pengguna aktif di seluruh dunia–—kurang dari empat tahun setelah TikTok diluncurkan.

Tetapi, TikTok mungkin memiliki sisi gelap. Karena TikTok adalah sebuah perusahaan Tiongkok, semua informasi pribadi yang dikumpulkan TikTok dapat diumpankan langsung ke rezim Tiongkok, para ahli telah memperingatkan, mengutip berbagai undang-undang Tiongkok yang memaksa perusahaan-perusahaan untuk bekerja sama dengan pihak-pihak berwenang rezim bila diminta.

Casey Fleming mengatakan,“Semua data anda di telepon seluler itu, semua yang anda lakukan, dan semua yang anda simpan di telepon seluler anda dikirim keluar dari negara, mungkin untuk digunakan melawan anda.”

“Partai Komunis Tiongkok sedang mengumpulkan sejumlah besar data. Data anda tersebut mungkin tidak digunakan untuk melawan anda hari ini. Tetapi, informasi ini mungkin digunakan untuk melawan anda, perusahaan anda, atau negara anda di masa depan.”

Peraturan Amerika Serikat

Kesadaran akan ancaman ini bukanlah hal baru. Pada Agustus 2020, Presiden Donald Trump menandatangani sebuah perintah eksekutif untuk melarang semua aktivitas TikTok di Amerika Serikat dalam waktu 45 hari, jika TikTok tidak dijual oleh ByteDance. Donald Trump menandatangani sebuah perintah serupa terhadap aplikasi perpesanan WeChat milik Tiongkok.

Sejak itu, perintah eksekutif Donald Trump telah terhenti oleh beberapa tuntutan hukum dan perintah pengadilan. Selain itu, pemerintahan Joe Biden membatalkan perintah-perintah eksekutif tersebut pada Juni 2021, bukannya mengarahkan Kementerian Perdagangan untuk mengevaluasi platform tersebut untuk menentukan apakah platform tersebut  menimbulkan risiko keamanan nasional.

Sekarang pemerintah Amerika Serikat tampaknya mengambil langkah baru untuk mengatasi risiko keamanan yang ditimbulkan oleh TikTok dan aplikasi asing lainnya, termasuk sebuah usulan untuk memperluas pengawasan federal terhadap aplikasi yang dikendalikan asing. Di bawah aturan-aturan baru yang diusulkan itu, Menteri Perdagangan akan diberdayakan untuk membatasi akses orang-orang Amerika Serikat ke aplikasi asing yang dianggap sebagai ancaman keamanan.

Tetapi hal tersebut mungkin tidak cukup membantu untuk menyelamatkan keadaan, menurut beberapa ahli, termasuk Mark Grabowski, seorang profesor asosiasi yang berspesialisasi dalam hukum dunia maya di Universitas Adelphi dan penulis buku baru  “Cyber Law and Ethics.”

“Sungguh menakjubkan bahwa butuh waktu lama bagi pemerintahan Joe Biden untuk menyimpulkan TikTok adalah sebuah ancaman keamanan nasional,” kata Mark Grabowski kepada The Epoch Times. 

“Presiden Donald Trump berupaya mengatasi masalah ini, tetapi sayangnya, Joe Biden bertekad untuk segera membalikkan semua yang telah dilakukan Donald Trump–—apakah hal itu masuk akal atau tidak.”

Mark Grabowski mengatakan TikTok dan aplikasi lain yang dikendalikan Tiongkok, menghadirkan sebuah bahaya langsung terhadap keamanan nasional.

“TikTok akan diingat sebagai pengumpulan data paling sukses dari orang-orang Amerika Serikat yang pernah dilakukan oleh musuh asing,” kata Mark Grabowski. “TikTok adalah malware pemerintah Tiongkok yang menyamar sebagai sebuah aplikasi media sosial.”

Kekhawatiran yang Semakin Meningkat

Beberapa anggota parlemen Amerika Serikat telah menyuarakan keprihatinan yang sama.

“TikTok dimiliki dan dioperasikan oleh sebuah perusahaan Tiongkok dan dikendalikan oleh Pemerintah Komunis Tiongkok,” tulis Senator Rick Scott (R-Fla.) dalam sebuah twit pada September 2021. Ia menegaskan, Orang-orang  Amerika Serikat tidak boleh mempercayai dan seharusnya tidak menggunakan produk atau layanan yang dikendalikan oleh Komunis Tiongkok.”

Senator Josh Hawley (R-Mo.) bahkan lebih blak-blakan.

“TikTok adalah sebuah alat pengawasan untuk Beijing,” katanya kepada The Atlantic pada tahun 2020. “TikTok adalah sebuah mata-mata kuda di telepon seluler orang-orang.”

Bahaya tersebut berasal dari sejumlah besar data pribadi yang dikumpulkan oleh TikTok dari setiap pengguna, kata Mark Grabowski.

“TikTok dapat mengakses kamera, mikrofon, foto-foto dan video-video yang disimpan, kontak-kontak, lokasi GPS, dan mungkin juga riwayat penelusuran web anda,” kata Mark Grabowski. 

“TikTok mengumpulkan lebih banyak data daripada yang dibutuhkan TikTok. Sebagai contoh, TikTok melakukan pelacakan GPS—–meskipun video-video TikTok tidak pernah menampilkan informasi lokasi apa pun.”

Data ini tidak hanya dikumpulkan di telepon seluler anda—–tetapi juga diteruskan ke pemilik-pemilik TikTok  di Tiongkok, kata Mark Grabowski.

“Semua data yang dikumpulkan oleh TikTok dienkripsi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apa yang dikirim kembali ke Tiongkok.”

Pada Agustus 2020, The Wall Street Journal melaporkan bahwa TikTok melacak data pengguna Android yang melanggar kebijakan-kebijakan Google. 

Pada Juni 2021, TikTok memperluas kebijakan privasinya agar para pengguna setuju untuk berbagi data biometrik, yang mencakup cetakan wajah dan cetakan suara, dan sebulan kemudian, sebuah investigasi CNBC mengungkapkan bahwa karyawan ByteDance memiliki hubungan langsung akses ke data pengguna TikTok Amerika Serikat.

“Kami tahu bahwa perusahaan induk TikTok di Tiongkok memiliki akses ke semua data pengguna Amerika Serikat,” kata Mark Grabowski. “Mereka dapat mencari data itu dengan dokumen identitas tertentu, lokasi, dan berbagai pertanyaan lainnya.”

TikTok telah berulang kali mengatakan bahwa, pihaknya tidak membagikan data pengguna Amerika Serikat dengan rezim Tiongkok, dan bahwa data TikTok disimpan di server-server TikTok di Amerika Serikat dengan server-server cadangan di Singapura, bukannya di Tiongkok.

Tetapi Mark Grabowski tidak mempercayai hal tersebut.

“Data ini dapat dan akan dibagikan dengan Partai Komunis Tiongkok,” kata Mark Grabowski.

“Jika pemerintah Tiongkok memberitahu sebuah perusahaan Tiongkok untuk menyerahkan datanya, maka perusahaan Tiongkok itu akan melakukannya. Undang-undang Intelijen Nasional Tiongkok mensyaratkan organisasii dan warganegara Tiongkok untuk bekerja sama dengan pekerjaan intelijen Tiongkok.”

Mengendalikan Data

Tetapi mengapa Partai Komunis Tiongkok menginginkan data telepon seluler Amerika Serikat? CEO BlackOps Partners, Casey Fleming mengatakan ini semua adalah mengenai kendali.

“Tiongkok adalah sebuah negara totaliter, yang sepenuhnya dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok,” kata Casey Fleming. 

Dikatakannya, jika anda adalah warganegara Tiongkok, pemerintah anda menjalankan seluruh hidup anda. Bahkan ketika anda bepergian ke luar negeri, anda harus mendaftar dan memberitahu Partai Komunis Tiongkok kapan anda pergi, ke mana anda pergi, dan apa yang akan anda lakukan. Dan Partai Komunis Tiongkok akan memberitahu anda kapan mereka ingin anda mendaftar lagi, dan apa yang mereka inginkan anda lakukan.

Bahkan, setiap pelancong Tiongkok dianggap sebagai sebuah aset oleh Partai Komunis Tiongkok.

Dengan aplikasi-aplikasi Tiongkok yang terpasang di lebih dari satu miliar telepon seluler di seluruh dunia, Partai Komunis Tiongkok mungkin secara efektif mengubah para pengguna TikTok asing tanpa disadari menjadi  aset-aset intelijen Tiongkok.

“Data adalah kunci untuk kendali ini,” kata Casey Fleming.

Mark Grabowski setuju, dengan mengatakan, “Pemerintah Tiongkok dapat menggunakan TikTok untuk menyebarkan propaganda ke Amerika Serikat, atau memeras para pengguna TikTok yang menyesali apa telah mereka posting.”

Data tersebut juga dapat membantu rezim Tiongkok menemukan para pembangkang, aktivis politik dan musuh-musuh Partai Komunis Tiongkok lainnya, tambah Mark Grabowski.

“Pemerintah Tiongkok sudah menggunakan informasi ini untuk menyensor video-video yang tidak suka oleh Partai Komunis Tiongkok,” kata Mark Grabowski. Misalnya, TikTok secara teratur menyensor video-video yang menyebutkan pembantaian Lapangan Tiananmen, kemerdekaan Tibet, atau gerakan Falun Gong.

“Orang-orang sangat naif jika mereka berpikir TikTok adalah bagus, Mereka memiliki sebuah sejarah yang panjang untuk gangguan-gangguan privasi yang terdokumentasi,” kata Mark Grabowski. 

Misalnya, TikTok membayar denda  5,7 juta dolar AS kepada Komisi Perdagangan Federal pada bulan Februari 2019 karena pengumpulan data anak-anak secara ilegal. Tik Tok juga menyelesaikan sebuah gugatan perwakilan-kelompok dengan membayar USD 92 juta pada Februari 2021; gugatan tersebut menuduh bahwa TikTok memanen dan membagikan informasi pribadi tanpa persetujuan para pengguna.

TikTok tidak membalas permintaan The Epoch Times untuk komentar pada waktu pers.

Bagi Casey Fleming, risikonya sangat tinggi.

“Kita harus memahami, sebagai bangsa yang bebas, apa yang kita hadapi. Kita menghadapi sebuah perang dunia lagi. Aliansi Tiongkok, Rusia, Iran, dan Korea Utara melawan dunia bebas. Orang-orang Amerika Serikat perlu menjadi lebih sadar,” kata Casey Fleming, “dan buka mata orang-orang Amerika Serikat untuk melihat apa yang  sedang terjadi.

“Kita harus melakukan segala yang kita dapat lakukan untuk melindungi data dan kekayaan intelektual kita. Jangan berikan data anda. Selalu jangan berpartisipasi. Dan hapus aplikasi-aplikasi Tiongkok dari telepon seluler dan komputer anda.” (Vv)