Petunjuk Neuropsikolog untuk Mempertahankan Kemampuan Kognitif Individu dari Usia 20 – 70an Tahun

oleh Xia Yu

Meskipun mencegah penurunan kognitif tidak 100% dapat dikendalikan oleh siapa pun, tetapi jika kita secara konsisten mempertahankan kebiasaan sehari-hari yang bermanfaat bagi kesehatan otak, maka kita dapat menjaga otak kita agar tetap tajam untuk waktu yang lama dalam hidup kita. Yang tidak kalah pentingnya adalah, jangan pernah merasa terlalu dini atau terlambat dalam menerapkan kebiasaan baik ini.

Kemampuan kognitif meliputi daya ingat, kelancaran berbahasa, atensi dan konsentrasi. Memiliki kemampuan kognitif yang baik sepenuhnya mencerminkan kesehatan otak .

Situs web ‘wellandgood.com’ dalam artikelnya menyebutkan bahwa Dr. Mirella Diaz-Santos,  seorang neuropsikolog, asisten profesor di UCLA, dan spesialis Alzheimer berkenan memberi nasihat kepada orang-orang yang membutuhkan. 

Sesungguhnya melakukan kebiasaan baik buat mempertahankan kesehatan kognitif jangka panjang berada pada setiap kelompok usia, untuk itu Dr. Mirella Diaz-Santos menawarkan tips khusus tentang cara menjaga kesehatan otak sesuai kelompoknya.

Usia 20-an Tahun

Usia 20-an dapat dikatakan sebagai awal dari kehidupan mandiri seseorang, yang merupakan dasar untuk menentukan bagaimana seseorang itu ingin hidup di masa-masa mendatang. 

Dr. Mirella Diaz-Santos mengatakan : “Periode ini mungkin menjadi masa paling melelahkan bagi seseorang, jadi penting untuk mencari bantuan konseling jika merasa cemas”. 

Ia menjelaskan bahwa jika tidak diobati, kecemasan dapat mempengaruhi kesehatan otak.

Dalam hal makanan, Dr. Mirella menyarankan agar orang pada kelompok usia ini lebih memprioritaskan makan sayuran, buah-buahan, protein, serat, dan lemak sehat, karena ini semua yang mendukung kesehatan otak dalam jangka pendek dan panjang. 

Dia juga menyarankan agar minum banyak air, karena kurang minum air dapat merusak fungsi otak.

Mengenai tidur, Dr. Mirella mengatakan bahwa kurang tidur dalam jangka waktu lama adalah prediktor lain dari terjadinya serangan demensia. Orang-orang berusia 20-an membutuhkan antara lima setengah hingga delapan jam waktu tidur malam.

Selain itu, ia juga menyarankan agar kaum muda dalam kelompok usia ini untuk membangun koneksi sosial yang memprioritaskan persahabatan.

“Luangkan waktu untuk menelepon teman-teman Anda. Tidak hanya baik untuk pikiran Anda, tetapi juga baik untuk otak Anda”, kata Dr. Mirella.

Bernyanyi membantu orang bersosialisasi. (Shutterstock)

Usia 30-an atau 40-an tahun

“Banyak orang berusia 30-an dan 40-an, terutama wanita, merasakan efek dari stres terhadap seluruh tubuh mereka, termasuk otak”, kata Dr. Mirella Diaz-Santos. 

“Salah satu kondisi kesehatan terbesar yang mempengaruhi usia paruh baya banyak orang adalah tekanan darah tinggi yang ada hubungan yang erat dengan stres dan diet”.

Tekanan darah tinggi tidak hanya mempengaruhi kesehatan jantung, tetapi juga terkait dengan penurunan kognitif. Oleh karena itu, kebiasaan makan dan hidup yang melindungi jantung secara langsung juga melindungi kesehatan otak.

Tekanan darah tinggi tampaknya menjadi faktor yang mempercepat penurunan kognitif pada orang dewasa paruh baya dan para lansia, terlepas dari berapa lama tekanan darah telah meningkat atau tanpa memandang usia, itu semua dapat mengancam kesehatan otak. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh American Heart Association dalam jurnal Hypertension pada Desember tahun lalu. 

Stres juga dapat merusak otak, menurut sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Neurology. Studi ini menemukan bahwa orang dewasa paruh baya dengan konsentrasi kortisol tinggi memiliki volume otak dan fungsi kognitif yang lebih rendah daripada mereka yang konsentrasi kortisolnya lebih rendah. Penelitian menemukan bahwa stres mungkin menjadi penyebab utamanya.

Sangat penting untuk merawat diri sendiri dengan mengkonsumsi makanan yang padat nutrisi dan manajemen stres, kata Dr. Mirella Diaz-Santos.

Tubuh kita selalu berusaha untuk menyesuaikan diri agar berada dalam keadaan seimbang, tetapi ketika stres menghadang, tubuh sering kali cenderung menjadi tidak seimbang. (sirtravelalot/Shutterstock)

Usia 50-an atau 60-an tahun 

Orang-orang dalam kelompok usia ini dapat menderita Alzheimer dini, jadi penting untuk mengetahui tanda-tandanya, yang paling menonjol adalah mulai kehilangan ingatan, alias sering lupa.

“Di usia 50-an dan 60-an dan seterusnya, penting untuk melakukan semua kemampuan yang ada untuk melindungi dan mengembangkan hipokampus, merupakan bagian otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan memori”, kata Dr. Mirella.

Dia menyarankan orang-orang pada kelompok usia ini untuk terus menantang diri mereka sendiri dengan mempelajari hal-hal baru, apakah itu bahasa baru, alat musik, atau bahkan aktivitas fisik yang membuat sel-sel otak tetap aktif.

Mempelajari suatu bahasa baru membutuhkan penggunaan jaringan saraf yang luas dan dapat mewakili alat yang ampuh untuk restrukturisasi neuroplastisitas otak. Sebuah studi ilmiah tahun 2019 menemukan bahwa ketika orang berusia 59 hingga 79 tahun membutuhkan waktu 4 bulan untuk belajar suatu bahasa baru, hal itu dapat menyebabkan lebih banyak neuroplastisitas, yakni kemampuan otak untuk membentuk dan mengatur kembali koneksi sinaptik sehingga kemampuan kognitif kognitif secara keseluruhan meningkat secara signifikan.

Gejala demensia sering mulai muncul pada usia paruh baya, tetapi dengan memahami hubungan antara hipokampus dan memori dapat memberi peringatan kepada mereka agar waspada terhadap memburuknya kondisi demensia. (Shutterstock)

Setelah usia 70 tahun

Sejauh ini, semua saran di atas yang diberikan oleh Dr. Mirella Diaz-Santos  berlaku untuk orang berusia di atas 70 tahun, termasuk mengkonsumsi makanan padat nutrisi, cukup tidur, mengelola stres, memperhatikan tanda-tanda demensia, dan mempelajari keterampilan baru.

Dr. Mirella juga secara khusus meminta orang-orang dalam kelompok ini untuk memelihara hubungan yang kuat dan ikatan sosial. 

Selama pandemi ini, jika memang tidak kondusif untuk bertemu secara langsung, pertimbangkan untuk bergabung dengan klub online yang diminati dan sisihkan waktu setiap hari untuk menelepon keluarga dan teman.

Keterangan Foto : Seiring bertambahnya usia seseorang, otak akan menua, atau terjadi perubahan neuropatologis. Ada orang yang dapat mendengarkan suara hati mereka dan memperlambat penurunan fungsi otak.  (Shutterstock)

Studi Harvard : Makan lebih banyak ‘buah dan sayuran berwarna’ dapat mencegah penurunan kognitif

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Harvard Neurology pada 28 Juli 2021 menunjukkan bahwa flavonoid (senyawa yang terdapat pada tumbuhan) dapat melindungi sel-sel otak manusia dan bahkan mengaktifkan fungsi otak, membuat berpikir lebih lincah, tajam dalam waktu singkat.

Makanan kaya flavonoid seperti stroberi dan jeruk dapat membantu memperlambat penurunan kognitif. (Shutterstock)

Flavonoid diakui sebagai salah satu antioksidan terkuat di dunia dan mudah diserap oleh tubuh. Senyawa makanan alami ini banyak ditemukan pada sayuran dan buah-buahan, seperti stroberi, blueberry, jeruk, apel, pisang, jeruk bali, seledri, paprika, dan banyak lagi. 

Flavonoid tidak hanya memberi warna cerah pada buah dan sayuran, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan dengan mengurangi stres oksidatif di otak. Jadi, secara efektif mencegah penurunan kognitif, dan mengurangi risiko demensia. (sin)