Universitas Hong Kong Memperkirakan 3,58 Juta Orang Terinfeksi, Pasar Saham Turun 10% Hingga Omicron Siluman Merebak

Li Mei dan Chen Haiyue 

Hong Kong melaporkan 27.000 kasus COVID-19 baru pada Selasa (15/3/2022), dengan 289 kematian, tingkat kematian 0,58%.

Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong mengatakan bahwa sejalan dengan perkiraan sebelumnya, gelombang kelima epidemi Hong Kong telah mencapai puncaknya pada awal Maret.

Hingga Senin 14 Maret, diperkirakan 3,58 juta orang, atau sekitar setengah dari penduduk Hong Kong telah terinfeksi. Namun demikian, jumlah resmi yang dilaporkan sejauh ini hanya lebih dari 700.000 orang.

Dipengaruhi oleh epidemi di Hong Kong dan  daratan Tiongkok, pasar saham Hong Kong turun lebih dari 1.000 poin untuk penutupan hari kedua berturut-turut.

Indeks Hang Seng ditutup pada 18.415 poin pada Selasa, turun lebih dari 2.100 poin dalam dua hari, atau sekitar 10%.

Sekretaris pers Gedung Putih, Jens Psaki mengatakan pada Senin bahwa pemerintahan Biden mengamati dengan cermat situasi varian siluman Omicron, atau BA.2.

“Saat ini ada sekitar 35.000 kasus di Amerika Serikat. Pihaknya memperkirakan beberapa volatilitas, terutama pada tingkat yang relatif rendah ini, (jumlah kasus) pasti akan meningkat. Ia juga akan menunjukkan bahwa BA. 2 adalah lebih menular, itu versi yang lebih menular daripada Omicron,” ujarnya.

Varian siluman Omicron, BA.2, mengalami wabah terbesar dalam dua tahun di Tiongkok. Psaki mengatakan bahwa Tiongkok tidak dapat menahan gelombang epidemi ini.

“Seperti yang telah kita lihat, dan ada banyak laporan saat ini, tentang Inggris, dan tentu saja Tiongkok, dan Tiongkok memiliki kebijakan tanpa toleransi, seperti yang diketahui semua orang,” katanya.

BA.2 saat ini menyumbang lebih dari sepertiga kasus Omicron terbaru secara global.

Prancis mencabut sebagian besar pembatasan virus corona pada Senin, menghapus persyaratan untuk memakai masker di sebagian besar tempat umum dan memungkinkan orang yang tidak divaksinasi memasuki bar, restoran, dan bioskop. Publik menyambutnya.

Virginie De Busschere, seorang warga Prancis berkata : “Tanpa masker, ia merasa jauh lebih santai. Kami melihat senyum lagi, dan lebih menyenangkan bekerja tanpa masker. Ini adalah perubahan besar.” (hui)