Presiden Baru Korea Selatan Langsung Berbicara dengan AS, Jepang, Australia dan India, Terakhir Baru Tiongkok

oleh Wu Huanxin

Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Yoon Seok-youl langsung berbicara telepon dengan 4 kepala negara yang bergabung dalam QUAD (Dialog Keamanan Kuartet) dalam rangka mempererat hubungan kerja sama. Sedangkan pembicaraan telepon dengan kepala negara Tiongkok masih ditunda.

Lima jam setelah Yoon Seok-youl dikonfirmasi menjadi presiden baru Korea Selatan pada 10 Maret, dia langsung melakukan panggilan telepon dengan Presiden AS Joe Biden.

Opini publik Korea Selatan memperkirakan bahwa Yoon Seok-youl mungkin merupakan presiden Korea Selatan pertama yang mengadakan pembicaraan langsung dengan presiden AS. Karena pemerintahan Biden saat ini sedang mendorong dilakukannya pertemuan QUAD di Jepang pada Mei mendatang, diduga kesempatan itu dapat digunakan untuk mengadakan kunjungan ke Korea Selatan. Jika perjalanan itu terjadi, maka Yoon Seok-youl akan menjadi presiden Korea Selatan pertama yang berhasil melakukan pertemuan tingkat tinggi Korea Selatan – AS dalam waktu belum genap 1 bulan dilantik menjadi presiden yang akan diselenggarakan pada 10 Mei di Seoul.

Pada hari kedua setelah Yoon Seok-youl terpilih sebagai presiden Korea Selatan, ia juga menerima panggilan telepon dari Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. 

Dalam percakapan telepon itu, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral dan mempertahankan kerja sama dalam menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara. Kedua kepala negara juga sepakat untuk secepat mungkin mengadakan pertemuan puncak. Yoon Seok-youl menekankan bahwa dia bersedia melakukan kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak. 

Sejak Moon Jae-in menjabat presiden, hubungan Korea Selatan dengan Jepang telah merosot, dan Moon Jae-in pun tidak pernah mengadakan pertemuan puncak dengan Jepang.

Pada 14 Maret, Yoon Seok-youl berbicara lewat sambungan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan kerja sama yang aktif dalam isu-isu seperti denuklirisasi Korea Utara dan invasi Rusia ke Ukraina.

Pada 16 Maret, Yoon Seok-youl melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison, dan kedua belah pihak mencapai konsensus untuk memperluas kemitraan strategis antara kedua negara. 

Morrison mengatakan : “Saya berharap dengan mempererat kerja sama regional dapat berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea”. Yoon Seok-youl menjawab bahwa dirinya juga sangat merasakan hal sebagaimana yang disampaikan oleh Perdana Menteri Morrison, “Masalah kebebasan dan stabilitas di Semenanjung Korea itu tidak akan dapat dikompromikan.”

Media ‘Dong-A Ilbo’ melaporkan bahwa menurut sumber yang dekat dengan Yoon Seok-youl, bahwa kerja sama regional yang dimaksudkan Scott Morrison, itu diusulkan oleh keduanya selama diskusi mereka tentang Dialog Keamanan Kuartet (QUAD).

Pada 17 Maret, Yoon Seok-youl melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, dan kedua belah pihak bertukar pandangan untuk lebih memperdalam kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.

Yoon Seok-youl mengatakan bahwa India adalah negara maju di kawasan yang berbagi nilai dan gagasan demokrasi, dan dirinya memiliki tekad yang kuat untuk memperluas kerja sama substantif dengan India di bidang diplomasi dan keamanan. 

Modi mengatakan : “Sehubungan dengan meningkatnya risiko geopolitik saat ini, kerja sama dengan pihak Korea Selatan adalah sangat penting”.

Hingga 17 Maret, yakni setelah sepekan Yoon Seok-youl terpilih, ia telah melakukan pembicaraan telepon dengan 5 kepala negara asing, di mana, kecuali Perdana Menteri Inggris, 4 kepala negara lainnya adalah anggota Dialog Keamanan Kuartet.

Dalam pemilihan presiden sebelumnya, Yoon Seok-youl pernah secara terbuka untuk menyampaikan rencananya bergabung dengan Dialog Keamanan Kuartet, bahkan mendiskusikan soal mekanismenya. Ini dinilai sangat berbeda dengan pemerintahan Moon Jae-in yang mengadopsi garis ‘strategis ambigu’ antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dan bersikap negatif terhadap partisipasinya dalam Dialog Keamanan Kuartet karena takut mengganggu hubungan dengan Beijing.

Meski Sekjen Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping telah menyampaikan ucapan selamat melalui Xing Haiming, duta besar Tiongkok untuk Korea Selatan sehari setelah Yoon Seok-youl terpilih, namun keduanya belum berbicara secara langsung.

Opini publik Korea Selatan mengatakan bahwa panggilan telepon antara Yoon Seok-youl dan Xi Jinping cenderung dilakukan setelah pelantikan. Berbeda dengan presiden sebelumnya, setelah Moon Jae-in terpilih, urutan panggilan telepon dengan para pemimpin asing adalah 1. Amerika Serikat, 2. Tiongkok, 3. Jepang, 4. India, 5. Rusia dan seterusnya.

Berbeda dengan politik luar negeri Moon Jae-in yang lebih pro-Beijing, konvensi kampanye Yoon Seok-youl lebih pro-Washington, ia menekankan hubungan setara dengan Beijing. 

Dia mengatakan bahwa Beijing baru bersedia menghormati Korea Selatan hanya jika hubungan antara Korea Selatan dengan Amerika Serikat semakin kokoh.

Dia juga mengatakan : “Kita harus memperkuat kerja sama dengan negara-negara yang memiliki sistem nilai sama berdasarkan aliansi Korea Selatan – AS yang terkonsolidasi”. Dan “Kemudian melakukan diplomasi dengan Tiongkok dalam kerangka kerja sama internasional. Hanya dengan cara ini kita dapat membangun kesetaraan hubungan dengan Beijing”. (Sin)