Lebih dari 5.000 Orang Meninggal Dunia di Hong Kong karena COVID-19, Pemerintah Hong Kong Mulai Mencabut Banyak Pembatasan

Li Mei dan Rong Yu – NTD

Tak termasuk daratan Tiongkok pada Senin 21 Maret, lebih dari 470 juta orang di seluruh dunia didiagnosis dengan COVID-19 atau virus Komunis Tiongkok dan sekitar 6,07 juta meninggal dunia. Jumlah kasus yang dikonfirmasi dan rawat inap di Inggris terus meningkat, dan kota-kota tetap buka. Otoritas Hong Kong mencabut banyak pembatasan, termasuk larangan terbang.

Hong Kong melaporkan 14.000 kasus baru pada hari itu, hari ketiga berturut-turut di bawah 20.000 kasus. Ada 223 kasus kematian baru pada hari tersebut, sehingga jumlah kematian menjadi lebih dari 200 kasus selama 17 hari berturut-turut. Gelombang kelima wabah telah menewaskan lebih dari 5.000 orang.

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan pada hari itu bahwa sejumlah pembatasan akan dicabut. Termasuk penundaan rencana tes COVID-19 wajib nasional yang diumumkan pada 22 Februari, pembatalan awal larangan penerbangan dari sembilan negara, dan pengurangan karantina hotel menjadi setidaknya 7 hari.

“Larangan penerbangan di sembilan negara tidak lagi diperlukan karena situasi epidemi di negara-negara ini tidak lebih buruk daripada di Hong Kong,” katanya.

Carrie Lam mengakui bahwa tindakan ini telah menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat.

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menuturkan: “Jika kita melanjutkan larangan penerbangan, maka akan membawa masalah besar bagi orang-orang Hong Kong yang terdampar di sembilan negara ini.”

Pemerintah Hong Kong mengatakan bahwa beberapa pebisnis khawatir tentang perlunya memasuki fasilitas karantina untuk tes COVID-19 secara nasional, dan memutuskan  meninggalkan Hong Kong untuk waktu yang singkat.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan pada hari yang sama, bahwa pemerintah Inggris tidak terlalu khawatir tentang varian subtipe Omicron BA.2 yang lebih menular dan  tingkat siaga tidak berubah.

Javid berkata : “Tingkat kewaspadaan kami tidak berubah karena meskipun jumlah kasus, tingkat infeksi meningkat dan rawat inap meningkat, masih jauh di bawah puncaknya.”

Tiga minggu lalu, Inggris berhenti mewajibkan karantina lima hari bagi mereka yang dites positif. Semua pembatasan masuk dicabut lagi minggu lalu, dan pelancong tidak lagi diharuskan untuk menjalani tes COVID-19  saat masuk.

Sedangkan Jepang mencabut “langkah-langkah utama untuk mencegah penyebaran ” di 18 prefektur pada Senin 21 Maret, mengakhiri gelombang keenam epidemi dan mengembalikan warga ke kehidupan normal.

Sejak Januari, Jepang telah mencatat peningkatan sekitar 4,3 juta kasus yang dikonfirmasi, dan 90% dari kematian berusia di atas 70 tahun. (hui)