Perhitungan Rusia yang Rumit oleh Tiongkok

oleh James R. GorrieĀ 

Beijing mencoba memainkan sebuah permainan yang cerdas dengan mendukung perang Rusia di Ukraina, sambil menyeimbangkan tindakan- dan retorikanya, mengingat reaksi Barat yang sangat kuat terhadap invasi.

Tanpa berbuat kesalahan mengenai hal itu, meskipun kemajuan lebih lambat dari yang diantisipasi, kecuali perkembangan yang tidak terduga, Rusia akan menang dalam konflik  dengan Ukraina ini. Selanjutnya, Beijing tidak akan mengutuk mitranya, Rusia, setelah menggambarkan kemitraan antara kedua bangsa tersebut seperti “batu yang kokoh.”

Oleh karena itu, Beijing berusaha untuk mempertahankan kredibilitas di Barat, di mana kepentingan ekonomi Beijing adalah sangat besar, dan bersamaan dengan aliansi Beijing yang ekspansif dan berwawasan ke depan bersama dengan Rusia.

Sebuah Aliansi Campur-Aduk

Konon, dukungan Beijing untuk Moskow adalah rumit, di mana terdapat campuran antara keuntungan dengan kerugian.

Misalnya, Beijing ingin meminimalkan dampak ekonomi dari sanksi terhadap Rusia, namun tidak akan mengorbankan kepentingan ekonomi Beijing untuk membantu Moskow mengatasi sanksi tersebut. Hal tersebut dapat dimengerti. Dengan cadangan mata uang asing yang semakin menipis dan menyusutnya pasar-pasar di Eropa, Tiongkok sendiri menjadi lebih rentan secara ekonomi.

Lebih jauh lagi, tidak peduli seberapa keras Beijing berupaya memainkan kedua  pihak, Beijing telah kehilangan banyak niat baiknya dengan Eropa dan Barat karena kebijakan perdagangan Beijing yang beracun, pencurian teknologi yang merajalela, serta dukungan Beijing terhadap invasi Rusia.

Tidak ada yang benar-benar percaya pernyataan Beijing bahwa Beijing menginginkan hidup damai secara berdampingan atau bergerak melampaui suatu “mentalitas Perang Dingin” karena Beijing sepenuhnya mendukung sebuah perang tanpa beralasan di Ukraina. Tujuan Partai Komunis Tiongkok adalah untuk menggantikan Amerika Serikat dan memerintah dunia, dan semua orang tahu akan hal itu.

Rusia Merangkul Tiongkok

Pada saat yang sama, invasi tersebut telah mendorong Rusia semakin jatuh ke dalam cengkeraman Tiongkok. Hal itu seharusnya tidak mengejutkan siapa pun, apalagi negara-negara lain. Rusia dan Tiongkok membentuk aliansi  jauh sebelum invasi tersebut dan cenderung merencanakan aliansi tersebut bersama-sama sebagai perlawanan terhadap kekuatan Amerika Serikat.

Tetapi sekarang di bawah sanksi-sanksi ekonomi yang luas dari Barat, Rusia membutuhkan Tiongkok lebih dari sebelumnya. Lebih dari 300  perusahaan Barat telah menarik diri dari Rusia dalam dua minggu terakhir-ā€”dari maskapai penerbangan hingga makanan cepat saji, hingga perusahaan internet–yang menghancurkan ekonomi Rusia.

Misalnya, Moskow mengandalkan raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei untuk mengisi celah isolasi digital yang ditinggalkan oleh penyedia layanan internet Barat.

Rusia hampir tidak memiliki tempat lain untuk mencari layanan internet dan kemampuan digital lainnya yang diperlukan.

Kemungkinan Hasil Invasi ke Ukraina

Dalam suatu konteks geopolitik, hasil di Ukraina dapat sedikit berbeda-beda. Eropa yang tidak stabil dengan hubungan Amerika Serikat yang tegang dan berkurang pengaruh Amerika Serikat, misalnya, dapat menjadi sebuah kemenangan besar bagi Beijing dan Rusia. Hal itu dapat membuat NATO menjadi tidak relevan jika hampa.

Namun, jika NATO entah bagaimana tumbuh lebih kuat dan membantu Ukraina untuk mengusir Rusia, hal itu dapat dengan cepat memperluas perang. Memang, Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin sudah melakukannya di mana hingga 16.000 pejuang Suriah dalam perjalanan ke Ukraina. Tetapi jika Ukraina entah bagaimana tetap independen, maka hal itu akan menyebabkan kerugian lebih lanjut bagi Beijing dan Moskow dalam hal akses pasar Eropa dan pengaruh di seluruh dunia.

Hasil semacam itu mungkin tergantung pada keinginan atau kemampuan Eropa untuk melawan Moskow dan kemampuan Amerika Serikat untuk memperkuat hubungan Atlantik daripada terlihat lemah di panggung dunia.

Hasil ketiga dan sangat menguntungkan bagi Rusia untuk menyatukan keuntungan Rusia di Krimea, membangun negara-negara pengekor di Luhansk dan Donetsk, dan menegakkan netralitas dari apa yang tersisa dari Ukraina. Hal ini akan memberi kemenangan besar bagi Rusia tanpa memicu sebuah konflik yang lebih luas dan NATO sebagai jalan keluar.

Keuntungan Bertambah untuk Moskow Maupun Beijing

Namun, satu keuntungan yang diberikan invasi tersebut kepada Tiongkok adalah wawasan mengenai bagaimana Beijing dapat mempersiapkan, atau bahkan menghindari, masalah yang dihadapi Rusia, jika rezim Tiongkok menyerang Taiwan. Namun, tingkat keuntungan itu adalah tidak jelas.

Keuntungan lain adalah kenyataan bahwa perdagangan antara kedua negara itu telah melonjak hampir 40 persen selama tahun lalu, menjadi sekitar USD 147 miliar. Ini adalah hubungan yang penting dan saling menguntungkan. Sebagai pengimpor makanan terbesar di dunia, Tiongkok membutuhkan makanan Rusia dan sumber daya Rusia. Kesepakatan perdagangan baru-baru ini mencakup Tiongkok mengimpor minyak, gas, batubara, dan biji-bijian dari Rusia. Sebagai pengekspor gandum terbesar di dunia, Rusia menjadi lebih kritis dari sebelumnya.

Sebaliknya, Rusia membutuhkan bantuan keuangan Tiongkok, serta dukungan keahlian teknologi-tinggi dan produk konsumen dari Tiongkok. Sebagai contoh, sistem pembayaran UnionPay Tiongkok, yang bersaing dengan Mastercard dan Visa, sedang diadopsi oleh Rusia.

Pada saat yang sama, poros Rusia-Tiongkok memiliki ruang lingkup yang strategis, yang dimaksudkan untuk menantang tatanan liberal saat ini yang dipimpin oleh Amerika Serikat kawasan di Eropa dan di kawasan Asia Pasifik, baik secara militer maupun secara ekonomi.

Sistem pembayaran antar- bank lintas-batas Tiongkok dirancang untuk mengganti sistem SWIFT. Hal ini akan memberikan kekebalan terhadap sanksi-sanksi keuangan yang diberikan oleh Amerika Serikat. Negara-negara lain yang ingin menghindari kendali Amerika Serikat atas ekonomi mereka juga akan menyambut suatu alternatif SWIFT.

Tujuan yang Bertentangan

Seperti disebutkan sebelumnya, di satu sisi, Tiongkok berusaha menyeimbangkan hubungannya dengan para pemimpin global saat ini, dan di sisi lain, memanfaatkan kemitraannya dengan Rusia. Beberapa orang memandang Rusia sebagai bagian yang lebih kuat dari aliansi tersebut, tetapi agresi Rusia memungkiri keputusasaan Rusia, bukannya keunggulan Rusia.

Salah satu poin penting yang berkaitan dengan hubungan kekuasaan adalah untuk mempertimbangkan dalam aliansi Tiongkok-Rusia adalah tempat kepentingan masing-masing mitra berada, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam jangka pendek, kepentingan-kepentingan Rusia termasuk menaklukkan Ukraina, menghidupkan kembali ekonomi Rusia, dan mungkin menaklukkan satelit bekas Uni Soviet. Kepentingan Tiongkok melemahkan kendali keuangan global Amerika Serikat dan mungkin mengambilalih Taiwan.

Dalam jangka panjang, Rusia ingin mendominasi Eropa, sedangkan Tiongkok ingin mendorong Amerika Serikat keluar dari kawasan Asia-Pasifik serta mendominasi Eropa. Dengan demikian, juga akan mencakup Rusia.

Sementara itu, kedua negara menghadapi beberapa tantangan serupa.

Misalnya, di tingkat makro, keduanya menghadapi tantangan ekonomi yang kaku. Tiongkok sangat perlu mengalihkan ekonominya dari pengembangan real estate berbasis-utang ke konsumsi domestik. Ledakan ekonomi Rusia adalah jauh lebih dramatis dan membuat Rusia menjadi lebih lemah daripada  Tiongkok.

Di tingkat mikro, kedua pemerintah itu pada dasarnya memerintah negaranya masing-masing melalui kediktatoran.

Mungkin tidak secara kebetulan, keduanya semakin terisolasi dari panggung dunia. Seperti disebutkan dalam sebuah posting sebelumnya, pemimpin Tiongkok Xi Jinping belum meninggalkan Beijing dalam lebih dari dua tahun. Xi Jinping mungkin menghadapi tantangan internal di dalam Partai Komunis Tiongkok. Sementara itu, Vladimir Putin bersembunyi di sebuah bunker gunung.

Seperti dalam semua perang, ada hasil-hasil yang diantisipasi dan tidak terduga. Tetapi pada akhirnya, tampaknya Tiongkok–ā€”bukannya Rusia–ā€”yang paling diuntungkan dan paling kalah dari perang di Ukraina. (VIV)