Konon Xi Jinping Ingin Melonggarkan ‘Kebijakan Nol Kasus Infeksi’, Berubah Karena Lonjakan Penularan di Shanghai

oleh Lin Yan

Wall Street Journal pada Jumat 8 April mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut memberitakan bahwa Xi Jinping semula berharap akan melonggarkan penerapan kebijakan “Nol Kasus infeksi”,  tetapi berubah pikiran setelah kasus penularan COVID-19 di Shanghai semakin meluas.

Laporan menyebutkan, setelah 2 tahun menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat secara ketat, Xi Jinping justru mendapatkan beberapa pengalaman baru dari kasus penyebaran COVID-19 yang terjadi di Shanghai.

Mengutip sumber yang dekat dengan pembuat kebijakan pemerintah, bahwa Xi Jinping bermaksud memberikan kelonggaran bagi otoritas Shanghai untuk mengatasi wabah lokal, mengingat kebijakan “Nol kasus infeksi” telah menimbulkan kerusakan ekonomi dan kemarahan publik yang hebat. 

Idenya adalah membiarkan otoritas Shanghai hanya membatasi kegiatan masyarakat terhadap komunitas yang terkena dampak virus. Jika ini berhasil, maka pendekatan tersebut akan dijadikan model untuk koeksistensi dengan virus di masa-masa mendatang.

Sumber tersebut mengatakan bahwa sebelum munculnya gelombang wabah terbaru ini, Xi Jinping dan pejabat tinggi lainnya telah mencoba untuk menjadikan Shanghai sebagai percontohan dari tujuan jangka panjang hidup berdampingan dengan virus model Tiongkok.

Shanghai yang dipimpin oleh sekutu dekat Xi Jinping, tidak pernah berpengalaman dalam menangani wabah yang seserius ini.

Tetapi, setelah kota terpadat di Tiongkok ini mengalami lonjakan kasus infeksi sampai sebesar hampir 5 kali lipat hanya dalam sepekan terakhir, maka pihak berwenang di Beijing memutuskan untuk kembali ke kebijakan “Nol kasus infeksi”.

Menurut sumber yang dekat dengan pembuat kebijakan Tiongkok, bahwa dalam komentar kepada Komite Tetap Politbiro yang tidak dipublikasikan, disebutkan bahwa Xi Jinping telah dengan tegas menjelaskan, Tiongkok tidak dapat mundur dari kebijakan “Nol kasus infeksi” yang ketat, meskipun bisa membuat pertumbuhan ekonomi jadi melambat. 

Wall Street Journal melaporkan : Menurut ungkapan dari seorang sumber yang ikut mendengarkan pengarahan Xi, bahwa Xi Jinping pernah mengucapkan kalimat “Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada membasmi virus !” kepada para pemimpin atas pada akhir bulan Maret tahun ini.

Beberapa hari kemudian, otoritas Shanghai langsung meluncurkan 2 tahapan lockdown. Menurut ringkasan yang dilihat oleh reporter ‘Wall Street Journal’, bahwa kepala ahli epidemiologi di CDC Tiongkok, Wu Zunyou dalam konferensi online dengan para ahli mengatakan, Shanghai tidak cukup tegas dalam menangani wabah sehingga memungkinkan wabah menyebar luas dan gagal untuk mengendalikannya.

Sekretaris Jenderal Shanghai mengatakan pada 31 Maret, bahwa pejabat lokal tidak cukup memahami tentang varian virus Omicron dan tidak sepenuhnya siap.

Padahal “SOP” dari kebijakan “Nol kasus infeksi” adalah langsung memblokir lokasi dimana satu saja kasus positif ditemukan, kemudian menggiring seluruh warga menjalani tes asam nukleat dengan mengabaikan kekacauan dan ketegangan sosial yang mungkin timbul.

Di Shanghai, awalnya adalah begitu satu kasus positif infeksi ditemukan, maka seluruh bangunan atau jalan diblokir. Setelah kebijakan “Nol kasus infeksi” kembali ditekankan oleh pimpinan pusat, pihak berwenang Shanghai lalu mengubah pemblokiran kota Shanghai dengan setengah kota terlebih dahulu, lalu setengah lainnya menyusul.

Sekarang mereka sudah siap untuk memblokir seluruh Kota Shanghai tanpa batas waktu. Untuk melaksanakan pengujian terhadap setiap penduduk Shanghai, pihak berwenang telah mengirim 38.000 orang pekerja medis dari berbagai provinsi beserta 2.000 orang tentara bersenjata ke Shanghai.

Lebih dari 70 kota di seluruh Tiongkok yang menyumbang sekitar 40% dari output ekonomi Tiongkok ini telah dipaksa menerapkan langkah-langkah pengendalian COVID-19 yang ketat sejak pertengahan Maret tahun ini. 

Namun, varian virus Omicron ini berbeda dengan varian virus COVID-19 lainnya di masa lalu, dan dapat menimbulkan tantangan yang lebih berat bagi pemerintah komunis Tiongkok karena penyebarannya sangat cepat, biasanya hanya butuh 1,5 hingga 3 hari bagi seseorang untuk terinfeksi dan menyebar, dan kecepatan deteksi dan isolasi seringkali tidak dapat mengimbangi kecepatan penyebaran virusnya.

Michael Osterholm, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular AS, mengatakan pada bulan Februari tahun ini bahwa menghentikan penyebaran Omicron sama sulitnya dengan menghalangi tiupan angin, dan bahwa Beijing tidak dapat menggunakan metode otoriter mereka di masa lalu untuk menahan penyebaran virus varian Omicron.

“Melawan semua varian virus sebelumnya tidak jauh berbeda dengan memadamkan kebakaran hutan. Itu bisa dilakukan. Tapi Omicron ini sama seperti angin gunung. Mampukah Anda menghentikan angin ?”

Musim gugur tahun ini, Partai Komunis Tiongkok akan mengadakan kongres partai sekali dalam 10 tahun di Beijing. dimana Xi Jinping diperkirakan akan menerima pengakuan untuk memegang jabatan presiden masa ketiga yang belum pernah terjadi dalam sejarah PKT. 

Mengenai kembalinya Shanghai menerapkan kebijakan “Nol kasus infeksi”, Pei Minxin, seorang profesor ilmu politik dari Claremont McKenna College di Amerika Serikat, mengatakan kepada ‘Wall Street Journal’ : “Xi Jinping masuk perangkap !”

“Mengubah kebijakan “Nol kasus infeksi” sekarang akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang kepemimpinan Xi. Ini akan sulit untuk dipertahankan secara politik”, tambah Pei Minxin.

Heng He, seorang komentator politik kepada media ‘Epoch Times’ mengatakan : “Xi Jinping terikat erat dengan kebijakan ‘Nol kasus infeksi’. Jika ia mengambil keputusan pelonggaran terhadap kebijakan yang ia gagaskan itu, maka ia mungkin akan menghadapi tuntutan tanggung jawab dari pihak oposisi”.

Shanghai kembali ke jalur kebijakan “Nol kasus infeksi” adalah contoh terbaik. Heng He mengatakan bahwa Beijing tidak akan mampu membayar biaya error dari trial and error mereka. Ini berarti bahwa jika mereka memilih untuk hidup berdampingan dengan virus, maka mereka harus menanggung proses infeksi virus dan meningkatnya jumlah kematian. Di sisi lain, kebohongan pemerintah komunis Tiongkok sebelumnya dan pidato-pidato yang menggembar-gemborkan superioritas dari pimpinan sistem sosialis dalam mengatasi penyebaran epidemi telah menggiringnya berjalan menuju lorong buntu. (sin)