Laporan Pakar PBB : Korea Utara Membeli Bahan Senjata Rudal dari Tiongkok dan Rusia

oleh Wu Huanxin

Laporan PBB yang baru dirilis menunjukkan bahwa meskipun ada sanksi internasional, Korea Utara masih bersikeras mengembangkan rudal balistik seperti rudal antarbenua. Suku cadang dan Bahan yang diperlukan mereka datangkan dari Tiongkok dan Rusia

Kelompok ahli komite sanksi terhadap Korea Utara di bawah Dewan Keamanan PBB baru-baru ini merilis laporan tahunannya, yang menyatakan bahwa pada 2021, Korea Utara setidaknya telah 4 kali mengimpor bahan dan komponen untuk senjata rudal seperti paduan baja tahan karat, katup, pompa, bantalan dan lainnya dari Tiongkok melalui perusahaan dagangnya. Itu semua merupakan bagan-bahan yang dibatasi oleh resolusi PBB 2017 tentang sanksi Korea Utara.

Penyelidikan menemukan bahwa orang yang memesan barang dari sebuah perusahaan di Kota Dandong, Liaoning, Tiongkok itu adalah Kim Jong-deok dari Perusahaan Perdagangan Mesin Korea Utara.

Selain itu, Kementerian Perindustrian Militer Korea Utara juga mengutus seseorang waega Korut bernama Lim Ryong Nam untuk membeli bahan seperti bubuk aluminium dari Kota Shenyang yang merupakan bahan bakar padat untuk rudal dari 2019 hingga 2020.

Laporan juga menunjukkan bahwa Korea Utara, melalui Oh Yong-ho, seorang diplomat di kedutaan besarnya di Moskow, membeli dari perusahaan Rusia atau teknisi rudal bahan paduan baja tahan karat khusus yang digunakan untuk menampung bahan bakar cair rudal balistik. 

Pada 2018, Korea Utara juga membeli 9 ton bahan paduan untuk badan utama rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM). Pada 2019, Korea Utara memperoleh gambar desain rudal jelajah Rusia TRDD-50.

Meskipun media Korea Selatan telah memberitakan laporan Komite Sanksi PBB terhadap Korea Utara, tetapi pejabat Korea Selatan tidak menanggapinya, juga tidak melihat komentar dari opini publik Korea Selatan.

Sejak awal tahun ini, Korea Utara kerap melakukan provokasi dengan peluncuran rudal, hingga 24 Maret lalu, mereka telah meluncurkan sebanyak 11 kali rudal balistik antarbenua (ICBM).

ICBM yang diluncurkan pada 24 Maret itu merupakan ICBM dengan kinerja tertinggi yang diluncurkan oleh Korea Utara setelah 4 tahun 4 bulan sejak November 2017.

Sebagai tanggapan, Korea Selatan pada 24 Maret berturut-turut meluncurkan rudal darat-ke-darat ‘Hyunmu-2’, dan sebuah Rudal Balistik Taktis Angkatan Darat (ATACMS),  sebuah rudal kapal-ke-darat ‘Haixing-2’, beserta dua buah rudal udara-ke-darat ke perairan di timur Korea Selatan.

Pada 1 April, Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook pada upacara reorganisasi Komando Strategis Rudal Angkatan Darat dan Komando Pertahanan Rudal Angkatan Udara juga memperingatkan Korea Utara bahwa jika peluncuran rudal Korea Utara jelas, “Korea Selatan memiliki kemampuan untuk secara tepat menyerang sumber serangan dan fasilitas komando yang mendukungnya.”

Menanggapi uji coba peluncuran rudal antar benua Korea Utara, pemerintah Jepang juga meniru pemerintah AS, telah mengambil tindakan hukuman berturut-turut untuk membekukan kekayaan dari 120 orang warga Korea Utara dan Rusia, serta 129 kelompok yang terkait dengan pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara. (sin)