Sejumlah Warga Protes Polisi Shanghai Menggunakan Rumah Pribadi dan Gedung Sekolah Sebagai Tempat Penampungan Pasien

oleh Gu Xiaohua, Yi Ru dan Liu FangĀ 

Saat ini Kota Shanghai masih diliputi oleh suasana naiknya jumlah kasus positif COVID-19. Dan, otoritas Shanghai memaksakan kehendaknya untuk menjadikan gedung apartemen dan gedung sekolahan sebagai tempat karantina bagi warga yang dicurigai terinfeksi, alias pengganti rumah sakit penampungan darurat. Hal mana memicu sejumlah warga penghuni apartemen untuk melakukan protes yang telah berlangsung selama beberapa hari terakhir. Pada 14 April, pihak berwenang mengirim polisi bersenjata untuk menindas mereka, akibatnya banyak orang mengalami luka-luka dan beberapa orang warga sampai ditangkap

Pada 15 April, seorang warga penghuni Komunitas Internasional Nashi di daerah Zhangjiang, Area Baru Pudong, Shanghai, yang menggunakan nama samaran Chen Ning mengatakan kepada reporter New Tang Dynasty TV, bahwa kemarin otoritas Shanghai telah mendatangkan dua kelompok polisi untuk menguasai komunitas tersebut, dengan instruksi untuk menjadikan gedung-gedung apartemen menjadi lokasi penampungan bagi warga yang dicurigai terkena wabah. Bentrokan pun terjadi antara warga dengan polisi.

Warga dengan nama samaran Chen Ning ini mengatakan : “Ketika kelompok polisi pertama datang, keluar beberapa orang dari pihak warga yang berusaha berbicara dengan suara keras  terhadap mereka. Kemudian mereka mundur dan pergi. Tetapi 1 jam kemudian, kelompok polisi kedua datang, mereka berusaha untuk memaksakan masuknya kendaraan petugas ke lokasi komunitas, ingin mendobrak barisan warga yang berusaha menghalangi masuknya petugas dengan cara duduk-duduk, ada yang berdiri dan ada pula yang berbaring di tanah”.

Chen Ning mengatakan, pada saat itu, semua penghuni gedung apartemen di komunitas tidak lagi peduli terhadap pemblokiran dan langsung turun ke bawah untuk ikut memprotes, meskipun jumlahnya tidak sebanyak polisi.

“Pada saat ini, polisi mulai mendorong, mendorong warga ke sisi samping. Ada 1 penduduk yang didorong oleh 3 atau 4 orang polisi, saling tarik dan dorong, Tentu saja, warga penghuni lebih memilih untuk melindungi milik mereka, karena itu konflik terjadi”, kata Chen Ning.

Chen Ning mengatakan, beberapa warga penghuni mengalami luka-luka saat konflik terjadi. Kemudian ada warga yang sampai memohon polisi (untuk tidak masuk ke apartemen) dengan cara berlutut di jalanan.

Chen Ning mengatakan : “Mereka tidak mau mendengarkan apa pun yang kita sampaikan, dan kita juga tidak ingin mengambil inisiatif, jadi kami tidak punya pilihan lain selain berlutut. Mohon polisi agar tidak masuk ke dalam komunitas. Tampaknya tak kurang dari 10 orang warga yang berada di barisan protes paling depan yang dibawa pergi oleh polisi dengan mobil mereka. Meskipun malam harinya mereka dipulangkan usai menjalani beberapa jam penahanan”.

Menurut penjelasan Chen Ning, bahwa dalam komunitas tersebut ada 17 gedung bangunan apartemen, dan 14 di antaranya telah diminta oleh otoritas untuk dijadikan tempat penampungan sementara warga yang dicurigai terinfeksi. Pada 12 April, masyarakat menginformasikan bahwa seluruh penghuni harus pindah, karena khawatir dengan penyebaran wabah dan mempengaruhi pembebasan pemblokiran komunitas, sehingga mereka melakukan protes secara kolektif.

Namun demikian, otoritas selain meminta rumah tempat tinggal pribadi, tetapi juga meminta Sekolah Dasar Bahasa Asing Taman Fushan di Pudong sebagai tempat penampungan. Lalu warga di sana juga turun ke bawah untuk ikut protes dengan mengabaikan larangan ke luar rumah pada 14 April.

Zheng Hao, seorang warga Pudong New Area Shanghai mengatakan : “Ada banyak orang yang terinfeksi sekarang, dan rumah sakit penampungan darurat masih tidak mencukupi meskipun terus dibangun. Jadi memanfaatkan gedung sekolahan yang sementara waktu ini pelajarannya diliburkan untuk digunakan sebagai alternatif penampungan. Tetapi bagi warga yang tinggal di komunitas yang tidak jauh dengan lokasi itu tentu menolak dan protes. Karena itu sama saja dengan menempatkan virus di samping mereka. Itu sebabnya ada sejumlah orang warga yang ditangkap”. 

Ji Xiaolong, seorang warga Shanghai menulis komentar yang ditujukan kepada pemerintah Shanghai, agar memanfaatkan semua sekolah partai dan ruang kegiatan mewah milik para kader veteran, termasuk markas rahasia Komisi Pengawasan untuk digunakan sebagai rumah sakit penampungan darurat. Alih-alih memaksa penggunaan rumah-rumah pribadi warga, dan sekolahan-sekolahan milik swasta!. (sin)