Kelaparan dan Kepanikan Melanda Kalangan Mahasiswa Internasional di Universitas Fudan, Konjen Korsel Kirim Surat Meminta Pembebasan

Luo Tingting

Setelah Shanghai ditutup, mahasiswa Korea Selatan mengalami kelaparan dan kepanikan, mereka sangat ingin kembali ke negara mereka. Akan tetapi, Universitas Fudan menolak untuk membiarkan mereka pergi. Kedutaan Korsel baru-baru ini mengirim surat kepada Universitas Fudan, memohon persetujuan agar mahasiswa Korea selatan kembali ke negara mereka sendiri, dan berjanji  menyediakan kendaraan bagi mahasiswanya untuk pergi ke Bandara Pudong.

Mahasiswa Korea Selatan : Setiap Hari Seperti Perang

Radio Free Asia melaporkan bahwa pada 18 April bahwa saat ini ada lebih dari 2.000 mahasiswa Korea Selatan di Shanghai, di mana lebih dari 300 diantaranya tinggal di luar kampus. Mereka biasanya makan siang yang disediakan oleh kampus, tetapi mereka kekurangan kebutuhan sehari-hari seperti air mineral dan tisu toilet.

Seorang mahasiswa bermarga Park yang tinggal di kampus berkata: “Hanya ada tiga botol air 550 ml yang tersisa. Harus menghemat untuk diminum. Ada kekurangan  serius untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi tidak ada cara untuk membelinya.”

Menurut survei serikat mahasiswa Universitas Fudan, 170 mahasiswa Korea Selatan yang tinggal di luar kampus mengatakan mereka kekurangan makanan.

“Setiap hari seperti perang. Saya tidak menyangka blokade akan berlangsung begitu lama, dan persiapan untuk kebutuhan hidup sangat tidak memadai,” kata Kim Sung-joon, presiden Asosiasi Pelajar Korea Selatan di Shanghai, kepada Radio Free Asia. Ia juga mengatakan banyak mereka berada di bawah banyak tekanan mental, yang paling membuat stres ada orang tidak tahu kapan blokade akan dibuka.

Ekspatriat Korea Selatan di Shanghai memberikan bantuan kepada mahasiswa internasional Park Changzhu, kepala kelompok sukarelawan Korea Shanghai “Angels in White”, memobilisasi ekspatriat untuk mengumpulkan dana bagi mahasiswa internasional, dan mengumpulkan 250.000 yuan dalam dua hari.

Park Changju mengatakan kepada JoongAng Daily pada 13 April, “Jika Anda ingin mengirimkan makanan kepada mahasiswa yang berada dalam situasi darurat, maka itu akan membutuhkan biaya pengiriman yang tinggi. Saat ini di Shanghai, hanya mereka yang telah memperoleh izin yang dikeluarkan oleh pemerintah Tiongkok yang dapat mengirimkan barang. Bahkan, baru-baru ini harga pengiriman juga meningkat tajam.”

Namun demikian, di bawah situasi blokade, ekspatriat Korea Selatan sendiri juga menghadapi masalah kekurangan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

Konsulat Jenderal Republik Korea Selatan Mengirim Surat ke Universitas Fudan Meminta “Pembebasan”

Dengan penguncian yang berkepanjangan, banyak mahasiswa Korea Selatan  mencari bantuan dari konsulat Korea Selatan dan sangat berharap untuk kembali ke rumah mereka. Namun demikian, untuk melakukan perjalanan dari tempat tinggal ke bandara, Anda harus mendapatkan izin resmi dari sekolah atau tempat tinggal. Kini, beberapa mahasiswa Korea Selatan menghadapi penahanan di Universitas Fudan.

Li Min, lulusan Universitas Fudan di Shanghai, mengatakan kepada Free Asia pada 18 April, bahwa setengah dari mahasiswa Korea yang berada di Tiongkok dijemput dengan pesawat minggu lalu. Ada mahasiswa Korea di setiap sekolah, tetapi Universitas Fudan “tidak akan membiarkan mereka pergi”, “mahasiswa membutuhkan bukti tes PCR sebelum naik pesawat. Tetapi pihak kampus tidak mau bekerja sama.”

Untuk tujuan ini, Konsulat Jenderal Korea di Shanghai telah menulis surat ke Universitas Fudan pada 16 April, meminta sekolah untuk menyetujui mahasiswa Korea Selatan pulang ke negaranya.

Surat itu berbunyi: Dengan perpanjangan penguncian yang tidak terbatas, banyak mahasiswa sangat panik dan tidak berdaya, dan orang tua yang jauh di Korea Selatan juga sangat khawatir. Baru-baru ini, banyak orang tua dan mahasiswa telah meminta bantuan konsulat kami dan menyatakan keinginan kuat mereka untuk kembali ke negaranya. Mengingat hal ini, saya mendesak sekolah Anda untuk mempertimbangkannya dan menyetujui mahasiswa yang secara sukarela mendaftar dan memenuhi persyaratan penerbangan untuk kembali ke negaranya sesegera mungkin.

Korea Selatan berjanji akan menyediakan kendaraan terpadu untuk mahasiswa yang kembali ke Bandara Pudong. Saat ini, ada dua penerbangan seminggu dari Shanghai ke Seoul.

(tangkapan layar web)

Pelajar Korea di Shanghai berada dalam masalah, menyebabkan kegemparan di Korea Selatan. Orang tua siswa mengajukan petisi ke Blue House, meminta pemerintah untuk menyelamatkan para mereka. Dilaporkan bahwa dengan upaya pemerintah Korea Selatan, gelombang pertama dari 20 mahasiswa Korea Selatan telah kembali ke Korea Selatan dengan pesawat pada 15 April.

Xue Meiqing, yang lulus dari Hankuk University of Foreign Studies di Tiongkok dan akrab dengan budaya Tiongkok, kepada Radio Free Asia mengatakan: “Shanghai, sebagai kota metropolitan internasional, telah menerapkan tindakan penguncian yang parah membuat  terkejut bagi orang-orang di negara lain.”

Ia berharap Kementerian Luar Negeri Korea Selatan lebih lanjut bernegosiasi dengan pemerintah Tiongkok dan memberikan kemudahan bagi mahasiswa Korsel di Shanghai.

Sun, seorang penduduk Shanghai, mengatakan kepada Radio Free Asia, “Mahasiswa asing di Fudan tidak lagi berada di Shanghai dan telah pindah ke Zhejiang dan Jiangsu. Ketika rumah sakit kabin lokal tidak cukup, orang-orang ditarik dalam semalam.”

Penutupan kota di Shanghai berdampak buruk bagi banyak orang asing yang tinggal dan bekerja di Shanghai. Li Min mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa guru asing yang mengajar di Shanghai International School telah kembali ke negaranya dan sekolah terpaksa ditutup.

Menurut dia, tidak hanya Shanghai, tetapi guru-guru sekolah internasional terbaik di Tiongkok juga semuanya telah pergi. Mereka juga mengirim surat. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah sekolah asing dengan sejarah lebih dari 100 tahun. Penutupan kota memunculkan tidak ada harapan dibuka dalam waktu  singkat,  sejumlah besar guru telah mengundurkan diri. Di Shanghai, mereka tidak dapat jaminan untuk makan dan minum secara normal. 

Sebuah sekolah internasional mengeluarkan pengumuman yang mengatakan bahwa sebanyak 28 guru asing mengindikasikan mereka dapat meninggalkan Shanghai sebelum 2 Juni, dan 24 di antaranya diharapkan kembali ke Shanghai pada tahun ajaran berikutnya.

Jepang memperingatkan pejabat Shanghai

Selain Korea Selatan, Konsulat Jepang di Shanghai mengirimkan surat kepada Wakil Walikota Zong Ming dari Pemerintah Kota Shanghai pada 15 April. Surat itu menyatakan bahwa saat ini ada sekitar 40.000 ekspatriat Jepang yang tinggal di Shanghai. Mereka mengalami kesulitan yang sama dengan orang-orang Tiongkok. Selain itu, sekitar 11.000 perusahaan yang didanai Jepang telah menetap dan berkembang di Shanghai. Dengan tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi jangka panjang, penangguhan produksi dan produksi telah berhenti selama lebih dari sebulan, yang telah mempengaruhi perusahaan secara serius dan mungkin terpaksa pindah ke daerah lain.

Fan, seorang pakar dari Shanghai, mengatakan bahwa surat Jepang kepada pemerintah Shanghai sebenarnya adalah sebuah peringatan. (hui)

(tangkapan layar web)