Puncak Kemarahan Seorang Ibu Warga Shanghai yang Gagal Memperjuangkan Pengobatan Anaknya di Rumah Sakit

  • Otoritas Shanghai telah menginvestasikan sebagian besar sumber daya medis mereka untuk mewujudkan kebijakan “Nol kasus infeksi” yang lebih kuat bau politiknya ketimbang pencegahan penyebaran epidemi. Sehingga banyak pasien non-COVID-19 yang tidak dapat berobat menemui ajal akibat gagal dilarikan ke rumah sakit untuk pertolongan atau tidak mendapat perawatan yang semestinya di rumah sakit.
  • Sebuah video yang diposting di Twitter pada 22 April menunjukkan bahwa seorang ibu melampiaskan kemarahannya di halaman luar rumah sakit setelah 4 hari 4 malam gagal mencari perawatan medis bagi putrinya yang sakit tumor, ditambah lagi dirinya bersama sang putri yang sedang sakit harus menunggu tanpa daya di udara terbuka halaman luar rumah sakit.

NTDTV.com

Video yang dirilis pada 22 April ini menunjukkan seorang ibu warga Shanghai sambil melakukan perekaman video dengan ponselnya sambil melampiaskan kemarahan di dalam tenda darurat yang dibangun di halaman luar Rumah Sakit Tongji, Shanghai yang digunakan untuk menangani penyakit umum. 

Dengan nada emosi ibu tersebut mengklaim bahwa dirinya telah 4 hari 4 malam membawa putrinya yang terkena penyakit tumor untuk pergi berobat ke sejumlah rumah sakit di Shanghai, tetapi sama sekali tidak mendapatkan perawatan. Sesampainya di rumah sakit ini, ia bersama putrinya terpaksa menunggu semalaman di halaman luar rumah sakit agar bisa bertemu dokter di keesokan harinya, Namun, di siang harinya, dokter yang menemui hanya berkata : “Sekarang sudah tidak bisa berobat penyakit apa pun”. 

Para dokter yang berada di lokasi satu demi satu menghindar dari kamera tanpa mengatakan apa-apa. Ibu tersebut mengatakan : “Saya tidak menyalahkan dokter”, dan dengan nada marah ia mengkritik : “Apa yang salah dengan kebijakan negara ini”. “Bagaimana jika anak ini menemui hal-hal yang tidak diinginkan !”

Setelah penerapan lockdown kota Shanghai, pihak berwenang berulang kali menekankan bahwa  rumah sakit tetap menjamin perawatan medis bagi pasien non-COVID-19 yang membutuhkan pengobatan. Namun, kebijakan “Nol kasus infeksi” yang sedang dilaksanakan pemerintah Shanghai dengan tanpa prosedur operasi standar, dan secara gila-gilaan itu nyaris menghabiskan seluruh sumber daya medis. Sehingga sebagian besar rumah sakit di Kota Shanghai lumpuh total sampai-sampai mereka menolak pasien yang datang berobat. Sedangkan mobil ambulans yang sudah bersusah payah membawa pasien pun menghadapi situasi entah mau membawa pasien ke rumah sakit mana, karena yang ini menolak, rumah sakit yang itu tidak ada dokter. Berita tentang pasien meninggal di Shanghai karena terlambat ditolong atau sama sekali tidak ditolong terus bermunculan.

Menurut data resmi yang dikeluarkan pemerintah komunis Tiongkok, pada tahun 2018, Shanghai menerima rata-rata 740.000 orang pasien dan melakukan sekitar 7.000 kasus operasi bedah setiap harinya. (sin)