Bagaimana Barat Kecolongan Sinyal Terpenting dari Vladimir Putin

Simone Gao

Bahkan sebelum dimulainya perang Ukraina, sebuah badai yang sempurna telah terjadi.

Untuk membuat Rusia menjadi sangat tangguh secara ekonomi, anda membutuhkan orang-orang Eropa di dalamnya. 

Tetapi orang-orang Eropa terlalu bergantung pada energi Rusia. Vladimir Putin mengetahuinya dan memanfaatkan kebutuhan itu untuk meloloskan sebagian besar agresinya di Eropa.

Pertarungan itu menyebabkan ratusan orang tewas dan puluhan ribu orang mengungsi, dan menegaskan kembali dominasi militer Rusia di kawasan tersebut.

Bagaimana dengan Amerika Serikat? Akankah Amerika Serikat ingin mengendalikan Rusia?

Karena kebangkitan Tiongkok akan menjadi wilayah terpenting dunia bagi Amerika Serikat, Teluk Persia karena terkait erat dengan Asia––minyak mengalir ke India, minyak mengalir ke Tiongkok. Teluk Persia akan menjadi nomor dua dan Eropa akan menjadi nomor ketiga. Pada dasarnya, kita membiarkan Eropa tertinggal.

Dipikir orang-orang berpikir itu adalah suatu kepentingan dan kita tidak boleh begitu saja mengabaikannya atau menyerah mengenai masalah Ukraina, tetapi hal itu bukan semacam kepentingan prioritas, untuk Amerika Serikat.

Barat memilih untuk mengabaikan protes Rusia terhadap ekspansi NATO. Kemudian, ketika Rusia bereaksi keras terhadap negara-negara Eropa Timur yang mencari keanggotaan NATO, Barat secara kolektif memilih untuk tidak memberikan sebuah pelajaran yang nyata kepada Rusia. Apakah ada yang salah dengan pemikiran ini?

Ia berjalan menuju kerumunan kecil di gerbang depan dengan apa yang kemudian digambarkan oleh seorang saksi sebagai sebuah cara yang lambat dan tenang. Untuk beberapa saat ia hanya menatap. Kemudian, setelah percakapan singkat di mana para pengunjuk rasa terkejut mendengar ia fasih berbahasa Jerman, ia memberitahu mereka bahwa jika mereka masuk, mereka akan ditembak.

Ini adalah sebuah deskripsi Vladimir Putin pada tanggal 5 Desember 1989, yang diambil dari buku Not One Inch karya M.E. Sarotte. Pada saat itu, Vladimir Putin adalah seorang perwira senior di Keamanan Negara Soviet, atau KGB, di Jalan Angelika di Dresden, Jerman. Tembok Berlin dibuka dan markas besar sekutu-sekutu polisi rahasia Vladimir Putin, Stasi, baru saja diserbu oleh kerumunan pengunjuk rasa yang sekarang menyerbu ke gedung tempat Vladimir Putin berada. Vladimir Putin telah menelepon untuk meminta instruksi dan bantuan Moskow, tetapi “Moskow diam.” Vladimir Putin memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri.

Setelah ia memberitahu para pengunjuk rasa bahwa mereka akan ditembak jika memasuki gerbang tersebut, kerumunan itu berhenti, bergumam, dan memutuskan untuk kembali ke markas besar Stasi. Vladimir Putin kembali ke rumah, di mana ia dan krunya “menghancurkan segalanya,” membakar “kertas-kertas siang dan malam” sampai “tungku meledak.”

Menurut  Vladimir Putin sendiri, ungkapan “Moskow diam” menghantuinya selama bertahun-tahun. Ia merasa pada saat itu bahwa negaranya sudah tidak ada lagi. Ia yakin Moskow membuat sebuah kesalahan besar dengan cara keluar dari Eropa Timur secara terburu-buru. Vladimir Putin yakin bahwa Uni Soviet dapat membela diri dan menghindari banyak masalah yang timbul jika keluarnya Uni Soviet dari Eropa Timur dengan tergesa-gesa tidak terjadi. Ia menganggap pecahnya Uni Soviet sebagai tragedi geopolitik terbesar abad ke-20. Dari landasan ideologis itu ia membentuk sebuah keyakinan abadi mengenai perlunya menghindari suatu kelumpuhan kekuasaan. Ia mengatakan hal ini ketika ia menjadi Presiden Rusia: “hanya satu hal yang berhasil dalam keadaan seperti itu–—untuk menyerang. Anda harus memukul terlebih dahulu, dan memukul dengan keras sehingga lawan anda tidak akan berdiri.”

Komentar Vladimir Putin dibuat mengacu pada konflik dengan Chechnya dan pada saat Vladimir Putin menerima ancaman pembunuhan dari orang-orang Chechnya. Vladimir Putin memerintahkan tindakan keras terhadap pemberontak Chechnya sampai pemberontak Chechnya terpencar-pencar dan dihancurkan. Vladimir Putin tidak menyesali kekejaman Perang Chechnya Kedua, sebuah perang yang menyebabkan antara 25.000 hingga 50.000 korban sipil Chechnya dan 7.500 hingga 15.000 kematian tentara Rusia. 

Faktanya, Vladimir Putin telah setia pada keyakinan pendahuluan perang untuk melumpuhkan musuh sepanjang masanya sebagai pemimpin top Rusia. Setelah peristiwa itu terjadi maka dapat dipahami, keyakinan Vladimir Putin ini, bersama dengan dorongan Vladimir Putin yang saling bertentangan yang menarik Vladimir Putin ke arah demokrasi di satu sisi dan pemerintahan otoriter di sisi lain, seharusnya mendapat lebih banyak perhatian dari para pemimpin Barat dan para ahli strategi militer Barat.

Dalam sebuah artikel tahun 2.000 berjudul “Putin Menceritakan Mengapa Ia Menjadi Seorang Mata-mata,” New York Times menulis bahwa Vladimir Putin menggambarkan pemisahannya dari KGB setelah percobaan kudeta terhadap Presiden Mikhail S. Gorbachev pada Agustus 1991 sebagai sebuah pengalaman yang memilukan. Ketika Vladimir Putin kemudian menyembunyikan kartu Partai Komunisnya dan dokumen-dokumen lainnya di dalam sebuah laci meja, ia berkata bahwa ia “membuat tanda salib di atas kartu tersebut dan dokumen-dokumen itu” — seolah-olah meletakkan bagian hidupnya untuk beristirahat.

Tetapi masa lalu itu tidak akan istirahat. Ekspansi NATO ke arah timur dan penolakan Rusia dari pertimbangan keanggotaan NATO, dikombinasikan dengan upaya Vladimir Putin yang konsisten untuk menekan media dan para pembangkang, menyebabkan saling ketidakpercayaan antara Putin dengan Barat. Ketidakpercayaan itu membuat integrasi Rusia ke dalam komunitas Eropa adalah sangat tidak mungkin. Demokrasi telah gagal sepenuhnya ditegakkan di Rusia. Di mana pernah ada harapan bahwa Vladimir Putin dapat merangkul cita-cita demokrasi, dunia menyaksikan Vladimir Putin menjauh dari cita-cita Barat dan menuju naluri-naluri otoriternya.

Vladimir Putin telah mengungkapkan gagasan adanya ‘Dunia Rusia.’ Para ahli terus-menerus memperdebatkan apakah ini berarti Vladimir Putin memiliki aspirasi untuk menghidupkan kembali dinasti Rusia atau Soviet dengan cara merebut kembali tanah yang hilang. Untuk itu, Vladimir Putin mengatakan, “Siapa pun tidak merindukan Uni Soviet berarti ia tidak mempunyai hati. Siapa pun yang menginginkan kembalinya Uni Soviet berarti ia tidak mempunyai otak.”

Jadi cara yang mana? Mungkin bagi Vladimir Putin ini bukanlah sebuah pertanyaan hitam putih. “Dunia Rusia” dapat berarti dominasi Rusia dan berkumpulnya kembali “satu bangsa” Rusia, sebuah istilah yang berulang kali Vladimir Putin gunakan untuk orang-orang Ukraina dan Rusia. Tetapi ia cenderung mengerti bahwa tidak semua wilayah Soviet dapat secara fisik bergabung kembali ke Federasi Rusia. Dominasi dapat mengambil banyak bentuk. Aneksasi bukanlah satu-satunya cara, dan marginalisasi mungkin merupakan alternatif yang diinginkan.

Meminggirkan suatu negara berarti membuat para pemimpin negara itu sepenuhnya bergantung pada Moskow, baik dengan cara mengangkat para pemimpin yang bersahabat dengan Rusia melalui pemilihan umum yang curang atau memastikan bahwa mereka terikat pada jaringan-jaringan keamanan ekonomi dan politik Rusia. Rusia telah melakukan hal ini dengan frekuensi dan kedaruratan yang meningkat. Misalnya, Rusia menekan Kazakhstan untuk mengarahkan kembali dirinya ke Rusia bukannya menyeimbangkan antara Rusia dengan Tiongkok. Dan, hanya beberapa hari sebelum invasi Ukraina, Azerbaijan menandatangani sebuah perjanjian militer bilateral dengan Rusia, sebuah perjanjian yang telah ditentang Azerbaijan selama beberapa dekade. Rusia juga telah “menjadikan dirinya sebagai penengah terakhir dari hubungan masa depan antara Armenia dengan Azerbaijan.” Belarusia juga telah sepenuhnya ditaklukkan oleh Moskow.

Dalam banyak hal, ini adalah perlawanan Rusia terhadap ekspansi NATO.

Selama hari-hari awal pola ini, NATO dan Amerika Serikat membuat sebuah kesalahan yang kritis. Sementara mengabaikan protes Rusia yang berulang-ulang terhadap ekspansi NATO, NATO dan Amerika Serikat sebagian besar membiarkan agresi Vladimir Putin terhadap negara-negara tetangga tanpa mendapat hukuman. Contoh pertama yang bermakna dari hal ini adalah Perang Rusia-Georgia. Profesor John Mearsheimer, seorang ahli teori hubungan internasional yang terkenal di Universitas Chicago, mengatakan hal berikut ini mengenai penyebab perang itu:

Tetapi kemudian masalah besar dimulai, dan masalah besar itu muncul di KTT Bucharest yang terkenal, KTT Bucharest NATO––pada bulan April 2008 di mana, di akhir KTT, sebuah deklarasi dikeluarkan yang mengatakan, “NATO menyambut aspirasi-aspirasi Euro-Atlantik Ukraina dan Georgia untuk menjadi anggota NATO. Kami sepakat hari ini bahwa negara-negara ini akan menjadi anggota NATO.” Jadi, Soviet dan orang-orang Rusia membuatnya menjadi sangat jelas bahwa hal ini tidak dapat diterima. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia mengatakan keanggotaan Georgia dan Ukraina dalam NATO adalah sebuah kesalahan strategis yang besar yang akan memiliki konsekuensi-konsekuensi paling serius bagi keamanan pan-Eropa. Vladimir Putin sendiri mengatakan Georgia dan Ukraina yang menjadi bagian NATO merupakan sebuah ancaman langsung bagi Rusia.

Janji NATO kepada Georgia dan Ukraina tidak pernah terpenuhi. Sebuah perang pecah antara Georgia dengan Rusia pada bulan Agustus 2008, empat bulan sebelum tinjauan terjadwal NATO atas aplikasi kedua negara itu ke NATO. Perang tersebut melibatkan Georgia, termasuk dua negara bagiannya yang memisahkan diri yaitu Ossetia Selatan dan Abkhazia, dan Rusia.

Pada  1 Agustus, pasukan pro-Rusia di Ossetia Selatan menyerang desa Georgia tetapi kemudian diserang balik oleh pasukan pemerintah Georgia. Rusia kemudian melemparkan tuduhan-tuduhan, mengklaim bahwa Georgia melakukan genosida terhadap Rusia di Ossetia Selatan dan menggunakan klaim itu sebagai pembenaran untuk meluncurkan sebuah invasi darat, udara dan laut skala-penuh ke Georgia pada 8 Agustus.

Tentara Rusia memiliki serangkaian kemenangan yang bermakna sebelum kedua negara itu mencapai sebuah kesepakatan gencatan senjata melalui mediasi pihak-pihak internasional. Perang berakhir dan, pada  26 Agustus 2008, Rusia mengakui kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhazia. Pada hari yang sama, Georgia memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia.

Perang Rusia-Georgia berhasil mencegah Georgia dan Ukraina menjadi anggota NATO. Vladimir Putin berhasil. Lebih penting lagi, Vladimir Putin mendapatkan apa yang ia inginkan dan membayar harga yang sangat murah.

Selama dan setelah Perang Rusia-Georgia, sanksi terhadap Rusia dari Eropa dan Amerika Serikat adalah ringan dan dengan cepat dicabut. Menurut Dewan Atlantik, gencatan senjata yang dirancang oleh Presiden Prancis adalah bias terhadap Rusia, dan laporan selanjutnya oleh Uni Eropa menempatkan tanggung jawab perang terutama di Georgia. Belakangan di tahun itu, Prancis juga mengumumkan penjualan Advanced Arms, sebuah kapal induk helikopter kelas Mistral ke Rusia.

Setelah Gencatan Senjata Georgia ditandatangani, Presiden Amerika Serikat pada saat itu George W. Bush menolak menyediakan  senjata anti-tank dan anti-pesawat untuk Georgia. Beberapa bulan kemudian, Barack Obama menjabat dan memprakarsai mengatur ulang Rusia yang tidak terwujud.

Enam tahun kemudian, dalam upaya Vladimir Putin yang berkelanjutan untuk menghentikan ekspansi NATO, Vladimir Putin mengambil sebuah kesempatan di Ukraina. Vladimir Putin mengulangi apa yang ia lakukan terhadap Georgia di Ukraina, hanya saja dengan peningkatan yang besar.

Dan maksud penulis adalah bahwa pemahaman yang mendalam itu menyebabkan maksud Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa untuk melepaskan Ukraina dari orbit Rusia dan memasukkan Ukraina ke orbit Barat. Tujuan dasar kami adalah menjadikan Ukraina sebagai sebuah benteng Barat di perbatasan Rusia. Dan Rusia mengatakan hal ini tidak terjadi, titik. Tamat. Dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan hal itu tidak terjadi. Itulah penyebab yang dalam. 

Sekarang penyebab yang mendalam itu satu langkah lebih maju. Ada tiga unsur penting dalam strategi kita Strategi pertama adalah ekspansi NATO dan, dalam banyak cara, terpenting. Dan saya akan membicarakan beberapa rincian mengenai hal tersebut secara singkat. Tetapi seperti yang anda ketahui, sejak Perang Dingin berakhir, mulai dari pemerintahan Bill Clinton, penulis telah memindahkan sisi timur NATO mendekati perbatasan Rusia dan Rusia mengatakan hal ini adalah mutlak tidak boleh. Dan, penulis akan menjelaskan cerita tersebut secara singkat. Strategi kedua, adalah ekspansi Uni Eropa. Ekspansi Uni Eropa adalah semua mengenai mengintegrasikan Ukraina secara ekonomi ke Barat, cara kita berada dalam proses mengintegrasi Polandia, Republik Czech, Slovakia, dan negara-negara Baltik ke Barat dan, tentu saja, kita juga melakukannya bersama dengan NATO. 

Ada dua set lembaga: NATO, sebuah lembaga militer; Uni Eropa, sebuah lembaga ekonomi. Dan gagasan tersebut sekali lagi adalah untuk merampas Ukraina dari Rusia, dan menjadikan Ukraina bagian dari Barat. Bagian ketiga dari cerita tersebut adalah mengembangkan sebuah Revolusi Oranye. Ini adalah semua mengenai mempromosikan demokrasi di Ukraina dan di tempat-tempat lain. Seperti yang anda semua ketahui, Amerika Serikat mengelilingi dunia berupaya untuk menumbangkan rezim-rezim dan menempatkan rezim Amerika Serikat yang terpilih secara demokratis. 

Dan bagi hampir anda semua, juga penulis, adalah sulit untuk menentang mempromosikan demokrasi. Kita semua cinta demokrasi. Tetapi jika anda adalah Vladimir Putin atau jika anda adalah bagian kepemimpinan di Beijing, ketika Amerika Serikat membicarakan mengenai promosi demokrasi yang berarti menumbangkan rezim anda. Dan anda tidak akan terkejut mendengar hal ini—Amerika Serikat tidak suka hal-hal itu di Beijing dan Amerika Serikat tidak suka hal-hal itu di Moscow.

Pada November 2013, sebuah gelombang protes skala-besar meledak dalam menanggapi penolakan Presiden Ukraina pada saat itu Yanukovych untuk menandatangani sebuah kesepakatan asosiasi politis dan perdagangan bebas dengan Uni Eropa. 

Sebagai gantinya, President Yanukovych tertarik dengan sebuah proposal Rusia yang melibatkan kerjasama antara Uni Eropa, Rusia, Dana Moneter Internasional, atau IMF, dan Ukraina yang dipercayai President Yanukovych menawarkan hal-hal yang lebih disukai kepada Ukraina. Protes-protes ini terus berlanjut selama berbulan-bulan tanpa kejadian penting. 

Sampai pada  Februari 2014, ketika bentrokan antara para pengunjuk rasa dengan polisi anti huru-hara khusus berubah menjadi kasar, yang menyebabkan kematian hampir 130 orang.

Seperti yang anda bayangkan, kematian-kematian tersebut memicu sebuah situasi yang memang sudah memanas dan menyebabkan para pengunjuk rasa menguasai Kyiv pada 22 Februari. Yanukovych melarikan diri dari Ukraina dan Parlemen Ukraina memilih untuk memecatnya dari jabatannya pada hari yang sama.

18 Hari sebelum Yanukovych meninggalkan Ukraina, di tengah panasnya protes-protes jalanan, sebuah rekaman percakapan telepon bocor antara Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Victoria Nuland, dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Ukraina, Geoffrey Pyatt. Mereka mendiskusikan keinginan mereka untuk sebuah transisi Ukraina ke pemerintahan sementara dan, khususnya, peran yang mereka harapkan untuk bertemu dengan para pemimpin oposisi terkemuka:

“Saya tidak berpikir Klitsch (Klitschko) harus masuk ke pemerintahan. Saya tidak pikir hal itu adalah perlu. Saya tidak pikir hal itu adalah sebuah gagasan yang bagus.”

“Biarkan saja ia keluar dan melakukan pekerjaan rumah politiknya dan hal-hal lain.”

“Saya pikir Yats (Yatsenyuk) adalah orang yang memiliki pengalaman ekonomi, pengalaman pemerintahan. Saya hanya berpikir Klitsch masuk … ia akan berada di tig=ngkat itu bekerja untuk Yatseniuk, itu tidak akan berhasil.

“Kita ingin mencoba mendapatkan seseorang dengan kepribadian internasional untuk datang ke sini dan membantu hal ini.”

Arseniy Yatsenyuk, pilihan Victoria Nuland untuk memimpin Ukraina, memang menjadi pemimpin pemerintahan sementara setelah Yanukovych melarikan diri ke Rusia dan kemudian menjadi Perdana Menteri Ukraina.

Apakah benar/demi kepentingan terbaik Amerika Serikat bagi diplomat Amerika Serikat untuk terlibat dalam negara-negara lain dan urusan-urusan dalam negeri negara-negara lain? Maksud penulis, khususnya merujuk pada bocoran panggilan telepon Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland yang mengungkapkan pilihannya untuk para pemimpin Ukraina selama revolusi Maidan? 

Saya pikir, saya benci untuk mengatakannya, tetapi agaknya hampir, yah, biarkan  memikirkannya begini: semua negara ikut campur dalam politik-politik dalam negeri negara-negara lain. Mereka selalu ingin mengklaim bahwa hanya negara-negara lain yang melakukannya dan mereka tidak melakukannya. Jadi, Rusia melakukannya sepanjang waktu. Tiongkok melakukannya sepanjang waktu. Amerika Serikat melakukannya sepanjang waktu. Ini pada dasarnya adalah salah satu dari hal-hal semacam ini yang tidak ingin kita bicarakan dalam politik-politik internasional, tetapi campur tangan seperti itu biasa terjadi. Panggilan telepon Victoria Nuland, seperti yang anda tahu, sudah berakhir, dipantau oleh intelijen Rusia dan intelijen Rusia merilisnya untuk mencoba mempermalukan Amerika Serikat dan mempermalukan pemerintah yang baru muncul di Ukraina. Dan ini adalah semacam bagian serangkaian operasi yang berupaya dilakukan Rusia untuk mendiskreditkan pemerintah itu dan berusaha untuk menjaga Ukraina tetap dekat dengan Rusia dan mencegah Ukraina ke Barat.

Tetapi inti pertanyaan anda sebenarnya adalah sebuah pertanyaan yang penting, yaitu haruskah kita terlibat secara mendalam mengenai politik-politik dalam negeri negara-negara ini? Dipikir adalah cukup sulit bagi kita untuk tidak terlibat, ketika anda melihat sebuah revolusi demokrasi atau sebuah kecenderungan demokrasi terjadi di negara-negara lain. Adalah sangat sulit bagi Amerika Serikat sebagai sebuah negara demokratis untuk mengatakan, “Itu adalah urusanmu. Kami tidak akan melakukan apa-apa untuk itu.” 

Namun, saya pikir kita perlu mengamati semacam kebijakan atau kehati-hatian ketika negara ini atau negara-negara ini sangat dekat dengan saingan-saingan geopolitik. Dikatakan itu bukan seolah-olah saingan-saingan kita Tiongkok dan Rusia tidak campur tangan dalam politik-politik dalam negeri kita atau atau tidak campur tangan dalam politik-politik dalam negeri negara-negara lain. Jadi, dalam beberapa hal, inilah cara permainan dimainkan dalam politik-politik internasional. Dan agak tidak realistis untuk berpikir bahwa kita akan menghentikannya. Hanya saja, kita mungkin ingin mencoba untuk sangat berhati-hati mengenai hal itu dan membatasinya.

Keterlibatan Rusia dalam Revolusi Maidan pada tahun 2014 di Ukraina secara resmi dimulai setelah Presiden Ukraina Yanukovych melarikan diri ke Rusia pada tanggal 22 Februari. Yanukovych mengklaim pemungutan suara Parlemen untuk mencopotnya adalah ilegal dan meminta bantuan Rusia. Rusia mengerahkan pasukan ke Krimea dan menduduki gedung-gedung pemerintah. 

Pada 16 Maret, dalam sebuah langkah yang dianggap ilegal oleh Ukraina dan sebagian besar negara di dunia, Rusia mengajukan sebuah referendum untuk reunifikasi antara Krimea dengan Rusia. Hasil-hasil resmi menunjukkan lebih dari 90% dukungan untuk reunifikasi itu dan, pada 18 Maret, Rusia secara resmi memasukkan Krimea ke dalam Federasi Rusia hingga hari ini.

Setelah aneksasi Krimea, NATO memulai sanksi ekonomi terhadap Rusia. Ada tiga jenis sanksi ekonomi. Sanksi pertama membatasi akses ke pasar dan layanan ke keuangan Barat untuk perusahaan milik negara Rusia yang ditunjuk. Sanksi kedua dan sanksi ketiga menempatkan sebuah embargo ekspor barang-barang tertentu ke Rusia. Sementara itu, Amerika Serikat bekerja sama dengan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak yang menurunkan harga minyak secara global.

Upaya gabungan ini menyebabkan tekanan ke bawah yang signifikan terhadap nilai Rubel, meningkatkan pelarian modal internasional keluar dari Rusia, dan memaksa Rusia masuk ke dalam resesi. Namun, sanksi tersebut mengabaikan sektor terpenting: impor minyak dan gas Rusia. Sekitar 40% gas alam Eropa berasal dari Rusia. 8% Minyak yang diimpor Amerika Serikat juga berasal dari Rusia. Minyak dan gas menyumbang 60% ekspor Rusia dan 39%  pendapatan anggaran federal Rusia. Ketika minyak dan gas Rusia masih mengalir ke Eropa dan Amerika Serikat, pukulan sanksi lain yang dijatuhkan kepada Rusia tidak berakibat fatal bagi perekonomian Eropa dan Amerika Serikat.

Mengapa NATO dan Amerika Serikat di satu sisi mengabaikan protes Rusia terhadap ekspansi NATO selama bertahun-tahun tetapi, di sisi lain, tidak akan menghukum Rusia ketika Rusia menginvasi negara-negara lain seperti Georgia dan Ukraina untuk menghentikan ekspansi tersebut?

Aneh, anda mungkin mengatakan demikian, bahwa kami agak menentang langkah-langkah itu tetapi memberikan sanksi dan hukuman yang cukup lemah, menurut penulis, terhadap Rusia. Kami memang memberikan sanksi kepada Rusia. Hubungan menjadi jauh lebih buruk. Tetapi hal-hal ini tampaknya tidak, memahami kejadian tersebut setelah terjadi, merusak Rusia seperti yang diperlukan untuk mengubah pemikiran Rusia. Dan saya pikir alasannya adalah bahwa itu semua adalah strategi yang sangat cerdas oleh Rusia untuk mencoba menjaga ambang batas tindakan Rusia secara cukup rendah sehingga sebuah konsensus dalam aliansi Barat tidak dapat dicapai mengenai menghukum Rusia. 

Untuk benar-benar tangguh di Rusia secara ekonomi, anda membutuhkan orang-orang Eropa di dalamnya, namun dengan hanya mengambil Krimea dan kemudian secara halus––maksudnya tidak begitu halus, tetapi intervensi semacam ini, yang ditolak di Ukraina Timur––Rusia dapat mempertahankan tingkat ancaman cukup rendah sehingga pemain kunci seperti Jerman tidak akan setuju dengan sanksi yang lebih keras.

Jadi, jenis tragedi politik adalah bahwa anda hanya dapat membangun sebuah konsensus di balik sebuah tanggapan yang sangat kuat terhadap Rusia ketika Rusia benar-benar mengambil sebuah tindakan yang jauh lebih merusak, mengancam, dan berbahaya, seperti yang dilakukan Rusia dua minggu lalu.

Jika ini memang perhitungan Vladimir Putin, maka Vladimir Putin adalah benar. Ia tahu betul bahwa Eropa tidak akan berdiri tegak melawan Rusia karena Eropa bergantung pada energi Rusia. Tarian antara bergantung pada energi Rusia dan menjaga dari Rusia secara militer telah berlangsung selama beberapa dekade. Hasilnya adalah jalur-jalur pipa Nord Stream dan Nord Stream 2 dibangun terlepas dari oposisi Amerika yang terkenal. Ternyata, bahkan Amerika Serikat tidak mampu menguasai selera Eropa akan energi Rusia. (Vv)