Pemimpin Korsel dan AS Bertemu untuk Memperkuat Aliansi, Pakar : Tidak Lagi Melihat Wajah Tiongkok dan Korea Utara

Li Juanzai dan Jin Yan

 Presiden Korea Selatan  Yoon Suk-yeol akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden untuk pertama kalinya. Kedua belah pihak akan membahas isu-isu seperti aliansi Korea Selatan-AS, krisis Korea Utara dan strategi Indo-Pasifik.

Kim Jae-chun, pakar dari Political Science, Sogang University International College mengatakan dikarenakan perang Ukraina saat ini dan Perang Dingin baru antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dari sudut pandang tertentu, Amerika Serikat sangat membutuhkan negara liberal tengah seperti Korea Selatan. Pasalnya, Korsel memainkan peran yang lebih penting dari sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa peran aliansi Korea-AS menjadi sangat penting dalam strategi AS di Asia Timur.

Para ahli memperkirakan bahwa pemeliharaan tatanan internasional liberal, ancaman nuklir dan rudal Korea Utara serta kerja sama antara kedua negara,  menjadi topik utama dalam pembicaraan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Hanya dua hari setelah Yoon Suk-yeol menjabat, Korea Utara kembali menguji coba rudalnya. Ini adalah kali ke-16 Korea Utara meluncurkan rudal tahun ini. Oleh karena itu, pertemuan puncak Korea Selatan-AS tahun ini, juga akan melakukan diskusi substantif pencegahan AS tentang rencana perpanjangan waktu. 

Yoon Suk-yeol pertama kali menyebutkan kemungkinan bergabung dengan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dalam pidato kongresnya.

Kim Jae-chun mengatakan Aliansi Korsel dengan Amerika Serikat adalah pilihan  yang tak terhindarkan, jadi  harus fokus pada aliansi dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat. Tentu saja, Tiongkok akan melakukannya. Pada akhirnya Korea Utara juga akan merasa tidak nyaman.”

Pemerintahan partai komunis Tiongkok melihat konsep kerangka ekonomi Indo-Pasifik sebagai upaya untuk mengikat konsorsium Tiongkok secara ekonomi dan teknologi. Jadi, saatnya menunjukkan tingkat kewaspadaan yang tinggi.

Kim Jae-chun menilai korea selatan harus melakukan diplomasi dengan lebih jujur. Bahkan jika keputusannya bertentangan dengan kepentingan Komunis Tiongkok dan Korea Utara, korea selatan harus membuat keputusan dengan kepercayaan. Karena ini untuk melindungi kedaulatan  dan melindungi korea selatan. Kepentingan inilah yang menjadi inti negara korea selatan. (hui)