Elit Korea Utara : Jika Tiongkok Menyerang Taiwan, Korea Utara Menyerang Korea Selatan

‘Wawancara Fangfei’

Pada 10 Mei, Yoon Seok-youl dilantik sebagai Presiden baru Korea Selatan. Ia mengatakan bahwa Korea Selatan perlu dan akan meningkatkan kerja sama dengan Amerika Serikat untuk memerangi kediktatoran dan tirani. Selain itu ia juga menghimbau Korea Utara untuk benar-benar mewujudkan denuklirisasi. Apakah akan terjadi perubahanan dinamika dalam hubungan antara Korea Selatan, Korea Utara, Tiongkok dan Amerika Serikat ? Apakah perang Rusia – Ukraina berpengaruh terhadap Semenanjung Korea ?

Fangfei : Hari ini kami telah mengundang Mr. Hyun-seung Lee, eksekutif Konferensi Aksi Politik Konservatif Korea Selatan (Conservative Political Action Conference. CPAC), untuk berbicara dengan kita tentang pandangannya terhadap masalah ini. Keluarga Hyun-seung Lee telah membelot dari Korea Utara pada tahun 2014. 

Hai. Hyun-seung, senang sekali bertemu kembali dengan Anda.

Hyun-seung Lee (HSL) : Hai, Fangfei. Senang juga kita bertemu lagi, terima kasih atas undangannya.

Epidemi dan Kemampuan Senjata Nuklir Korea Utara

Fangfei : Terima kasih, Hyung-seung. Anda tahu benar situasi yang terjadi di Korea Utara, saya ingin bertanya dulu tentang situasi epidemi COVID-19 di Korea Utara. Minggu lalu untuk pertama kalinya Korea Utara mengumumkan mengenai jumlah epidemi yang terjadi di sana. Sejauh ini, jumlah kasus demam telah mencapai lebih dari 1,7 juta, tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa lebih dari 1 juta orang telah pulih. Menurut Anda bagaimana situasi sebenarnya di sana ?

HSL : Epidemi COVID-19 telah menyebar selama 2 tahun di sana, tetapi Korea Utara belum mengumumkan jumlah kasusnya. Sekarang mereka tiba-tiba mengumumkan, karena berkepentingan dengan penutupan perbatasan yang lebih ketat, juga ingin menciptakan situasi agar  komunitas internasional menyumbangkan kepada Korea Utara alat tes, dan obat-obatan COVID-19. Tapi saya tidak yakin apakah rezim bersedia menerima vaksin buat Korea Selatan, atau vaksin buatan Amerika Serikat yang disumbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat atau Korea Selatan. Mereka lebih memilih bantuan dari komunitas internasional di luar Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Fangfei : Menarik. Banyak orang mengatakan bahwa kondisi medis Korea Utara jelek. Bagaimana menurut Anda apakah kondisinya akan semakin buruk ?

HSL : Saya pikir dalam 2 tahun terakhir kondisinya semakin parah. Pihak berwenang baru-baru ini sudah mengumumkan dan mengakuinya. Ada beberapa alasan yang pernah saya jelaskan sebelumnya. Kim Jong-un berusaha untuk mengungkap situasi dalam negeri Korea Utara agar dia bisa mendapatkan lebih banyak bantuan dari masyarakat internasional.

Sebagaimana yang saya singgung bahwa semua orang tahu kondisi medis Korea Utara lebih buruk dari sebelumnya. Jadi dia mencoba untuk mendapatkan lebih banyak bantuan dari masyarakat internasional. Tetapi dia tidak akan menerima bantuan dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, karena jika Korea Selatan dan Amerika Serikat memberikan bantuan medis kepada Korea Utara, itu akan berdampak buruk terhadap rakyat Korea Utara, karena Amerika Serikat dan Korea Selatan sejak dahulu sudah diplotkan sebagai musuh rakyat Korea Utara.

Fangfei : Itulah sebabnya ketika mendengar Biden akan mengunjungi wilayah tersebut (Korea Selatan), pihak badan intelijen AS dan Korea Selatan mengindikasikan bahwa Korea Utara bermaksud untuk melakukan uji coba peluncuran rudal jarak jauh, bahkan nuklir. Tetapi bagaimana menurut Anda apakah hal ini akan terjadi ketika Biden mengunjungi wilayah tersebut ? 

HSL : Saya pribadi berpendapat rezim Korea Utara tidak akan melakukan uji coba senjata militer selama KTT, tetapi mereka bisa melakukan tes usai KTT. Karena mereka ingin mengetahui hasil KTT, jika terdapat pernyataan yang kuat atau keras, atau membuat rezim Kim Jong-un merasa tidak puas dengan hasil KTT, mereka mungkin saja melakukan uji coba yang skopnya diperbesar.

Tetapi uji coba peledakan nuklir mungkin tidak terjadi. Sejauh yang saya tahu, Korea Utara telah melakukan tujuan mereka untuk memaksimalkan hulu ledak mereka, sehingga mereka mungkin melakukan tes miniaturisasi, meminimalkan hulu ledak mereka, mungkin beruji coba seperti itu. Di luar itu, mereka akan terus menguji peluncuran peluru kendali balistik antarbenua (ICBM).

Fangfei : Bagaimana penilaian Anda tentang kemampuan dan kinerja nuklir Korea Utara saat ini ?

HSL : Saya pikir kemampuan dan kinerjanya telah mencapai suatu tingkat tertentu, yang berarti bahwa mereka sudah mampu meluncurkan hulu ledak nuklir untuk menyerang Amerika Serikat. Tidak diragukan lagi, Ini menjadi ancaman besar terhadap Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang. Selain itu, ia juga berpotensi menjadi ancaman bagi Tiongkok, mengingat mereka telah berhasil mengembangkan teknologi rudal jarak menengah. Jadi, jika Kim Jong-un tidak puas, atau suatu hari dia mungkin bertindak gila, dia bisa saja meluncurkan rudal ke Beijing.

Fangfei : Jadi menurut Anda epidemi COVID-19 di Korea Utara tidak akan mempengaruhi otoritas untuk melakukan uji coba senjata militer mereka.

HSL : Banyak ahli percaya bahwa Korea Utara tidak akan melakukan uji coba senjata militer apapun karena COVID-19 sedang mewabah. Namun saya yang dibesarkan di Korea Utara dan tinggal di sana selama sekitar 30 tahun tahu bahwa Korea Utara tidak pernah mengubah rencana militernya karena urusan dalam negeri. Rencana sudah ditetapkan, dan mengembangkan senjata rudal adalah tugas nomor satu rezim Kim Jong-un, jadi tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya COVID-19. Saya pikir rezim Kim Jong-un akan tetap melakukan uji coba senjata militer.

Fangfei : Baiklah. Jadi sekarang setelah Korea Selatan memiliki presiden baru, dapatkah Anda ceritakan apa perbedaan antara presiden baru ini dengan presiden sebelumnya, apa saja pengaruhnya, atau seperti apa perubahan yang akan dibawanya kepada Korea Selatan, dan bagaimana ia akan menangani isu Korea Utara ?

Korea Utara tidak berniat denuklirisasi, tujuan akhir : mendominasi Semenanjung Korea

HSL : Benar. Presiden baru Korea Selatan berbeda dengan sebelumnya. Presiden sebelumnya beraliran sangat kiri, condong ke komunis Tiongkok dan Korea Utara, termasuk semua ajudannya dan orang-orang di sekitarnya. jadi kebijakan mereka adalah mencoba menjauhkan diri dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat, dan bergerak lebih dekat dengan negara-negara komunis. Tapi pidato pelantikan presiden baru menekankan kebebasan, sampai 35 kali ia menyebutkan istilah kebebasan. Itu adalah sinyal positif yang kami tangkap, bahwa dia menghargai kebebasan lebih dari apa pun. Jadi presiden baru akan memberikan pengaruh yang berbeda, dan akan menerapkan strategi yang berbeda dalam menghadapi Tiongkok dan Korea Utara.

Fangfei : Jika demikian, bagaimana menurut Anda presiden baru ini akan menangani ancaman nuklir Korea Utara ?

HSL : Sejujurnya, tidak akan ada solusi yang jelas untuk menghilangkan ancaman nuklir Korea Utara kecuali kita mengubah rezim Korea Utara dan perilaku mereka yang berkuasa. Sebagaimana yang kita lihat sebelumnya, pemerintah Korea Selatan telah mencoba menerapkan “sunshine policy”, berusaha memberikan banyak bantuan dan dana, dan mencoba membawa mereka ke meja perundingan, namun semuanya gagal karena Korea Utara memang tidak berniat denuklirisasi.

Oleh karena itu, Korea Utara akan terus mengembangkan senjata nuklir, terlepas dari apakah mereka menerima bantuan atau tidak. Apakah sanksi internasional dicabut, atau apakah Korea Selatan mengakui kerja sama dengan mereka untuk reunifikasi.

HSL : Tetapi poin yang ingin saya tekankan adalah bahwa rezim Korea Utara tidak mengubah kebijakannya selama tujuh dekade, dan tujuan akhir mereka adalah agar rezim Kim Jong-un menguasai seluruh Semenanjung Korea. Jadi mereka tidak pernah mengubah kebijakan, mereka akan terus melakukan apa yang mereka inginkan, sehingga tidak mudah bagi setiap presiden Korea Selatan untuk menghadapi ancaman nuklir Korea Utara.

Namun presiden baru bisa memperkuat aliansi dengan Amerika Serikat dan meningkatkan fungsi sanksi terhadap Tiongkok dan Korea Utara, sehingga rezim Korea Utara tidak bisa mendapatkan lebih banyak dana untuk mengembangkan senjata nuklir, dan secara bertahap melemahkan kemampuannya dalam mengembangkan senjata nuklirnya.

Kita wajib memberikan lebih banyak informasi kepada warga dan elit tentang ancaman senjata nuklir terhadap masyarakat. Bahwasanya senjata nuklir bukan untuk memperkuat pertahanan Korea Utara, tetapi justru menjadi ancaman bagi masyarakat. Karena Korea Utara tidak dapat bertahan jika meletus perang nuklir. Lebih baik Korea Utara tidak memiliki senjata nuklir karena itu lebih baik bagi rakyat Korea Utara, kecuali terhadap dia yang mengejar senjata nuklir – rezim Kim Jong-un.

Perang Rusia – Ukraina memotivasi Korea Utara untuk mengintensifkan pengembangan senjata nuklir

Fangfei : Baiklah. saya pikir Anda telah menyentuh pada masalah inti dan sangat sulit untuk dipecahkan. Di luar itu, saya kira perang Rusia – Ukraina mungkin telah memotivasi Korea Utara untuk mengintensifkan pengembangan senjata nuklir. Bagaimana menurut Anda ?

HSL : Benar. saya telah berbincang-bincang dengan beberapa teman yang dalam internal mereka pernah mendiskusikan : Tampaknya Ukraina menjadi lemah setelah ia meninggalkan pengembangan senjata nuklir, sehingga Rusia berani menginvasi Ukraina. Tetapi pejabat Korea Utara tidak dapat mengkritik Rusia, mereka mendukung perang Rusia, menyebutnya sebagai perang demi keadilan. Tetapi Korea Utara percaya bahwa Ukraina menghadapi petaka karena mereka menghentikan program pengembangan senjata nuklir. Jadi secara internal mereka mencoba membuat orang percaya bahwa negara baru kuat jika memiliki senjata nuklir.

Fangfei : Saya mendengar beberapa orang mengatakan bahwa Semenanjung Korea sekarang menjadi daerah paling tegang geopolitiknya, kedua setelah Rusia dan Ukraina. Bagaimana menurut Anda ? Juga, bagaimana pendapat Anda tentang dampak perang Rusia – Ukraina terhadap Semenanjung Korea ?

HSL : Dampaknya secara langsung tidak begitu serius, tetapi perang itu akan berdampak pada banyak hal lainnya. Perang Rusia-Ukraina tidak secara langsung mempengaruhi politik dan situasi, tetapi situasi di Semenanjung Korea mirip dengan Rusia dan Ukraina. Korea Utara mungkin melihat Korea Utara sebagai Ukraina dan melihat Rusia sebagai Amerika Serikat. Jadi mereka berargumen : “Kita tidak bisa melucuti senjata. Begitu kita menghentikan pengembangan senjata nuklir, maka Amerika Serikat dapat menyerang Korea Utara”.

Tapi yang saya pikirkan adalah bahwa Korea Utara tidak akan bertindak bodoh terhadap Korea Selatan karena situasi di Ukraina benar-benar berbeda, Ukraina tidak memiliki pangkalan militer AS, tetapi Korea Selatan memiliki pangkalan militer AS. Jadi begitu Korea Utara berperang nuklir melawan Korea Selatan, itu berarti mereka berperang melawan Amerika Serikat. Jadi situasinya benar-benar berbeda. Tetapi mereka mungkin berpikir bahwa jika Tiongkok menggunakan kekuatan senjata untuk menaklukkan Taiwan, mereka akan mempertimbangkan untuk berperang. Dikarenakan, mereka percaya bahwa AS akan tidak mampu untuk bercampur tangan terhadap dua atau tiga perang yang berlangsung bersamaan.

Korea Utara sudah mengantongi rencana penyerangan 3 hari dan 7 hari ke Korea Selatan bila Tiongkok menginvasi Taiwan

Fangfei : Ini sebenarnya topik lain yang sangat menarik. Izinkan saya bertanya terlebih duhulu soal benarkah Anda pernah menyinggung soal Korea Utara mengantongi rencana 3 hari dan 7 hari penyerangan ke Korea Selatan ? Tadi Anda menyebutkan bahwa tujuan akhir Korea Utara adalah agar Kim Jong-un mendominasi kekuasaan di Semenanjung Korea. Dapatkah Anda menjelaskan kepada kita tentang program 3 hari dan 7 hari itu ?

HSL : Saya bukan ahli militer, tapi saya pernah bertugas di kemiliteran Korea Utara. Beberapa jenderal Korea Utara pernah bercerita mengenai hal ini. Teman saya dan teman ayah saya juga pernah menyinggung soal topik tersebut. Saya tidak tahu bagaimana mereka merancang penyerangan 3 hari dan 7 hari itu, tetapi sebagian besar dari rencana mereka itu tetap sama. Sejak mereka meningkatkan kemampuan jaringan mereka, ada sedikit perubahan yang mereka lakukan.

Sebelum berperang, mereka ingin melancarkan serangan siber ke Korea Selatan, mereka ingin melalui serangan siber untuk melumpuhkan seluruh infrastruktur Korea Selatan, lalu memotong jalur transportasi, mereka ingin mengacaukan sistem perbankan, sistem energi listrik, media sosial … seluruh infrastruktur untuk menimbulkan kekacauan besar di Korea Selatan.

Kemudian mereka akan sengaja menyebarkan informasi palsu dan tidak benar untuk membingungkan dan meresahkan warga sipil. Setelah itu mereka ingin melancarkan serangan artileri ke daerah di dekat Ibu kota Seoul, mereka mungkin mengancam pemerintah Korea Selatan dengan senjata nuklir untuk mendesak penyerahan kekuasaan jika ingin menghindari perang nuklir. Ini adalah rencana invasi yang 3 hari. Mereka ingin segera mengakhiri perang dengan membuat Korea Selatan menyerah, dan jika pemerintah Korea Selatan menyerah, itu akan menjadi rencana 3 hari.

Jika belum mau menyerah, mereka mungkin akan mempertimbangkan untuk menambah waktu 4 hari untuk merealisasikan pendudukan Korea Selatan yang sebenarnya. Pokoknya mereka sudah yakin pasukan Korea Utara dapat menduduki seluruh Semenanjung Korea dalam waktu 7 hari.

Fangfei : Saya mengerti. Anda baru saja mengatakan bahwa jika komunis Tiongkok menggunakan kekuatan militer untuk menyerang Taiwan, Korea Utara akan melihatnya sebagai kesempatan untuk menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang Korea Selatan.

HSL : Benar. Alasan saya mengatakan begitu adalah, bahwa jika Tiongkok menyerang Taiwan, militer AS mungkin akan dilibatkan. AS memiliki pasukan yang ditempatkan di Jepang dan Korea Selatan. Korea Utara mengharapkan pasukan AS di Korea Selatan dikerahkan untuk bercampur tangan dalam masalah Taiwan, sehingga Korea Utara bisa memanfaatkan peluang untuk menyerang Selatan, Tiongkok dan Partai Buruh Korea Utara dapat mengintensifkan bekerja sama dalam ini.

Korea Selatan pro-AS untuk anti-komunisme, menghendaki perubahan rezim Korea Utara 

Fangfei : Kita tahu bahwa presiden baru Korea Selatan secara terbuka menyatakan bahwa hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat adalah inti dari kebijakan luar negeri Korea Selatan. Setelah itu, Partai Komunis Tiongkok mengirim wakil ketuanya Wang Qishan untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru. Saya pikir Tiongkok mulai khawatir lagi soal perubahan kebijakan luar negeri Korea Selatan. Jadi bagaimana Anda melihat persaingan politik antara Korea Selatan, Korea Utara dan Tiongkok, apakah akan terjadi perubahan ? Apakah komunis Tiongkok berusaha meninggalkan kesan yang baik kepada Korea Selatan lewat mengurangi dukungannya kepada Korea Utara ?

HSL : Saya pikir Partai Komunis Tiongkok mengirim Wang Qishan untuk memimpin delegasinya menghadiri upacara pelantikan presiden baru Korea Selatan itu memiliki beberapa arti. Yang pertama adalah untuk memperingatkan Korea Selatan agar tidak berlawanan dengan Tiongkok. Pengartian yang lain adalah bahwa Tiongkok mungkin menganggap Yoon Seok-youl mungkin bisa bersekutu dengan Tiongkok, sehingga mereka mengirim Wang Qishan (Fangfei : untuk menguji). Benar !

Saya telah berbicara dengan beberapa orang elit dalam pemerintahan baru ini, mereka telah menetapkan kebijakan luar negeri yang keras. Secara pribadi, mereka percaya bahwa denuklirisasi sulit terealisasi kecuali terjadi perubahan rezim penguasa Korea Utara, dengan demikian juga masyarakat Korea Utara dapat berubah.

Tapi mereka tidak akan menyebarkan informasi yang salah untuk menyesatkan masyarakat, oleh karena itu mereka tidak mengumumkan kebijakan seragam.

Mereka ingin dengan sekuat tenaga untuk mempromosikan kebijakan Korea Selatan terhadap Tiongkok. Mereka memantau hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Mereka percaya bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab untuk mengendalikan dan menekan provokasi komunis Tiongkok. 

Pemerintah Korea Selatan saat ini akan berdiri di pihak Amerika Serikat, yang berbeda dengan pemerintahan Moon Jae-in sebelumnya. Pemerintah baru tidak akan lagi mau didikte Tiongkok.

Fangfei : Jadi, saya pikir pemerintah Korea Selatan yang baru ingin melihat apa selanjutkan yang akan dilakukan AS untuk kemudian diselaraskan dengan kebijakannya. Ini terkait dengan perjalanan Asia Biden kali ini. Menurut Anda apa saja tujuan yang dicapai Biden melalui kunjungannya dan apa pula pengaruhnya ?

HSL : Saya pikir kunjungan Biden sangat penting bagi rakyat Korea Selatan. Karena selama lima tahun terakhir, warga Korea Selatan merasa telah kehilangan kebebasan dan kehilangan kepercayaan dengan Amerika Serikat. Oleh karena itu, Korea Selatan yakin dapat menggunakan momentum ini untuk memulihkan demokrasi dan kebebasan, serta memperkuat aliansinya dengan AS. Jadi saya pikir perjalanan ini adalah perjalanan yang baik untuk mengkonsolidasikan kembali aliansi kuat antara AS dengan Korea Selatan.

Korea Selatan ingin bergabung dalam Dialog Keamanan Kuadrilateral, tidak berteman dengan negara komunis

Fangfei : Presiden Korea Selatan menyatakan bahwa Korea Selatan ingin bergabung dengan Dialog Keamanan Kuadrilateral (Quad Security Dialogue. QSD), aliansi strategis antara Amerika Serikat, India, Jepang, dan Australia. Menurut Anda apa alasannya ? Apakah itu mungkin terjadi ?

HSL : Terdapat pemikiran bahwa pada akhirnya mereka tidak menghendaki lagi untuk berteman dengan komunisme dan sosialisme, karena baik Partai Kebebasan Korea maupun kaum konservatif di Korea Selatan tahu bahwa komunisme telah menghancurkan negara itu sebelum dan selama Perang Korea berlangsung. Jadi mereka percaya bahwa Semenanjung Korea tidak bisa memilih komunisme, totalitarianisme atau otoritarianisme.

Mereka ingin berdiri dengan masyarakat bebas dan dunia bebas, bukan dengan otoritarianisme dan komunisme. Meskipun pemerintahan baru tidak secara terbuka menentang Tiongkok, kebijakan mereka jelas, tidak akan berjalan terlalu dekat dengan Tiongkok, tetapi membangun hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan dunia Barat.

Fangfei : Apakah hal itu bisa dicapai ? Apakah Korea Selatan dapat bergabung dengan Dialog Keamanan Kuadrilateral ? Apakah Dialog Keamanan Kuadrilateral mau diperluas ?

HSL : Saya pikir mereka bisa melakukannya. Ini bisa memberi tekanan kepada Tiongkok. Jika Korea Selatan menjadi sekutu dekat Amerika Serikat dan mengambil tindakan berani, Tiongkok pada gilirannya akan menenangkan pemerintah Korea Selatan. Tapi jika Korea Selatan berjalan dekat dengan Tiongkok, Tiongkok maunya memaksa Korea Selatan untuk mematuhinya, karena Korea Selatan masih menganut demokrasi liberal.

Tiongkok ingin mengubah Korea Selatan agar seperti dirinya, sistem satu partai, dan menjadikan mereka berdua sebagai negara totaliter. Namun pada akhirnya tidak berhasil, karena rakyat Korea Selatan memilih pemerintahan baru sebagai perlawanan terhadap sistem satu partai.

Fangfei : Ya, benar. Hasil pemilu mencerminkan pilihan rakyat. Tetapi pada saat yang sama, presiden baru hanya memenangkan pemilihan dengan suara yang kurang dari 1%. Apakah ini berarti ada perbedaan pendapat di antara rakyat Korea Selatan ?

HSL : Suasana politik sangat tegang, dan memang ada perbedaan pendapat di antara warga masyarakat sipil. Namun, mereka tidak simpati terhadap Tiongkok. Seperti yang Anda ketahui, beberapa jajak pendapat yang telah dilakukan di Korea Selatan menunjukkan bahwa lebih dari 70% orang Korea Selatan tidak menyukai komunis Tiongkok dan perbuatannya yang telah dilakukan terhadap Korea Selatan. Sikap ini yang berbeda dengan politik dalam negeri Korea Selatan.

Korea Selatan terdesak untuk menentukan sikap keperihakan dalam hubungan AS – Tiongkok yang semakin memburuk

Fangfei : Baik. Jika demikian situasinya, bagaimana menurut Anda presiden baru harus menyeimbangkan hubungannya dengan Tiongkok dan dengan Amerika Serikat ? Bagaimanapun, Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Korea Selatan. Jika presiden baru Korea Selatan terlalu pro-AS, lalu misalkan saja mengizinkan AS menempatkan sistem anti-rudal THAAD yang baru, apakah itu tidak akan menyulut kemarahan Tiongkok ? Bagaimana jika Tiongkok menekan pemerintah Korea Selatan ?

HSL : Tiongkok mungkin saja melakukan penekanan. Tetapi hal itu juga juga berbahaya bagi Tiongkok sendiri, karena antipati masyarakat sipil terhadap Tiongkok sudah sangat kuat. Jadi jika Tiongkok terus menekan pemerintah Korea Selatan, maka orang Korea Selatan tidak akan mempercayai Tiongkok sama sekali. 

Sejauh yang saya tahu, pemerintah baru sedang berencana untuk mengurangi ketergantungan ekonominya kepada Tiongkok. Mereka mendesak perusahaan Korea Selatan untuk mengurangi bisnisnya dengan Tiongkok. Jadi saya pikir mereka ingin lebih mendiversifikasi ekonomi Korea Selatan. Saya pikir itu merupakan cara pemerintah Korea Selatan dalam usaha mengurangi ancaman dari Tiongkok.

Fangfei : Kita tahu bahwa hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok terus memburuk. Saya berpendapat bahwa banyak orang berpikir bahwa kunjungan Biden ke Asia kali ini  juga merupakan bagian dari strategi Indo-Pasifik pemerintahan Biden melawan Tiongkok. Menurut Anda apakah Korea Selatan mampu memainkan peran yang lebih penting dalam strategi Indo-Pasifik pemerintahan Biden?

HSL : Saya tidak berharap Korea Selatan sekarang memainkan peran yang lebih besar, tetapi itu akan terjadi di masa depan.

Fangfei : Tetapi jika hubungan AS – Tiongkok terus memburuk, apakah Korea Selatan terdesak untuk menentukan sikap keperpihakannya ?

HSL : Saya pikir Korea Selatan harus menentukan sikap keperihakannya, karena pemerintahan Moon Jae-in sebelumnya tidak bersedia menentukan sikap ini, bahkan mengatakan bahwa Korea Selatan tidak boleh dipaksa untuk bersikap, karena Korea Selatan ingin bermitra baik dengan semua pihak. Tapi pernyataan ini tidak masuk akal. Korea Selatan telah lama bersekutu dengan Amerika Serikat. Yang membuat Korea Selatan kuat bukan cuma ekonomi tetapi keamanan nasional dan sikap politik juga memainkan peran penting. Selain itu, kebebasan sangat penting bagi rakyat Korea Selatan, sedangkan kita semua tahu bahwa komunis Tiongkok tidak memberikan kebebasan. Tentu saja tanpa kebebasan, bagaimana kemakmuran bisa dicapai.

Keharmonisan hubungan Kim Jong-un dengan Xi Jinping menurun, ancaman utama Korea Selatan : totalitarianisme dan kediktatoran

Fangfei : Baik. Bagaimana menurut Anda apakah Tiongkok masih secara diam-diam memberikan dukungan ekonomi atau militer kepada Korea Utara ?

HSL : Hubungan Korea Utara dengan Tiongkok sekarang tidak seharmonis dulu, karena bukan rahasia lagi bahkan dalam negeri Korea Utara pun tahu bahwa hubungan Kim Jong-un dengan Xi Jinping sedang memburuk. Meskipun Xi Jinping membenci Kim Jong-un, tetapi dia telah belajar banyak darinya. Dia memblokir 25 juta orang penduduk Shanghai, Xi juga memblokir Beijing. Kita tahu bahwa Kim Jong-un menutup perbatasan selama 2 tahun. Saya pikir itu berkat Xi belajar dari Kim.

Tetapi yang ingin saya katakan adalah bahwa inti masalahnya bukan di Xi Jinping, tetapi di PKT. PKT telah mendukung rezim Korea Utara selama lebih dari tujuh dekade sejak sebelum Perang Korea. Sampai hari ini, mereka masih mendukung Korea Utara secara ekonomi, politik dan budaya. Mereka menutup mata terhadap penyelundupan dan diam-diam mengizinkan perusahaan swasta untuk berdagang secara pribadi dengan perusahaan milik negara Korea Utara, membiarkan dana mengalir ke dalam pundi rezim Korea Utara. Dan, PKT masih mengizinkan pekerja Korea Utara yang jumlahnya mencapai lebih dari 50.000 orang untuk bekerja di daratan Tiongkok. Mereka dapat menghasilkan jutaan dolar setiap tahunnya bagi rezim.

Fangfei : Hyun-seung, Anda adalah seorang direktur KPAC. Menurut Anda apa saja ancaman terbesar bagi Korea Selatan dan Semenanjung Korea, dan dari mana ancaman itu bermula ?

HSL : Pendapat pribadi saya adalah bahwa ancaman itu tidak datang dari ideologi tetapi datang dari orang. Misalnya, Kim Jong-un berkeinginan untuk menduduki dan menguasai Semenanjung Korea untuk waktu yang lama. Adapun ancaman yang datang dari Tiongkok, yaitu Xi Jinping yang ingin memerintah untuk waktu yang lama. Yang lain ada Presiden Rusia Vladimir Putin yang juga ingin mempertahankan kekuasaan.

Jadi saya pikir kuncinya adalah totalitarianisme dan kediktatoran, orang-orang ini ingin mempertahankan kekuasaan absolut untuk waktu yang lama. Ini merupakan ancaman terbesar bagi Korea Selatan karena ketiga negara ini bertetangga dengan Korea Selatan. Tentu saja kita juga berbicara tentang komunisme dan sosialisme, itu bisa menjadi ancaman sekunder, tetapi ancaman utamanya adalah bahwa para diktator ini mencoba untuk terus mengendalikan rakyat, berambisi mengendalikan semenanjung.

Fangfei : Bagaimana menurut Anda apakah masyarakat Korea Selatan mengetahui situasi ini ? Apakah masih perlu meningkatkan kesadaran masyarakat Korea Selatan tentang ancaman ini ?

HSL : Sangat disayangkan bahwa rakyat Korea Selatan kurang memiliki pemahaman politik tersebut, tetapi memang sudah semakin banyak orang mulai menyadari bahwa komunis Tiongkok, Kim Jong-un dan Putin merupakan ancaman bagi Korea Selatan. Para penguasa yang merampas kebebasan inilah ancaman utama bagi Korea Selatan.

Fangfei : Bagian dari pekerjaan Anda adalah melawan ancaman ini, bukan ? Tolong Anda ceritakan tentang pekerjaan Anda dan upaya dari teman-teman Anda yang lain di bidang ini ?

Memberikan informasi yang akurat dan benar kepada masyarakat internasional untuk melawan penetrasi komunisme

HSL : Baik. Konferensi Aksi Politik Konservatif Korea Selatan (KPAC) dan kelompok konservatif lainnya memiliki saluran media, yaitu ‘One Korea Network’. Apa yang kami lakukan adalah memberikan informasi yang akurat dan benar kepada masyarakat internasional, sehingga menyulitkan ideologi komunis, sosialis dan otoriter untuk melakukan penetrasi ke masyarakat bebas. Karena konten propaganda komunis sudah dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dapat menembus ke kalangan masyarakat bebas yang belum pernah terkena hal-hal ini sebelumnya.

Dan seperti saya, yang pernah mengalami secara langsung tentang komunisme, pernah tinggal dan hidup di lingkungan komunis dan sosialis, kami ingin berbagi pengalaman dengan semua orang, berbagi lebih banyak informasi, membuat orang mengerti bahwa komunisme dan sosialisme bukanlah pilihan opsional. Setiap hari kami mengirim pesan kepada orang-orang, mengadakan kegiatan, dan mendidik masyarakat. Sedangkan di Amerika Serikat juga terdapat banyak penganut komunisme yang mempengaruhi politisi Amerika dan berusaha mencapai apa yang disebut perdamaian di Semenanjung Korea melalui konstitusi. Tapi itu bukan kedamaian sejati. Karena mereka hanya ingin mencapai kompromi dengan rezim Kim dan PKT, mereka mendorong untuk menghentikan latihan militer, mencabut pembatasan perjalanan di Tiongkok, memberi banyak uang kepada Korea Utara, dll. Semua itu hanya bertujuan untuk menenangkan Tiongkok dan Korea Utara, jadi ini bukan perdamaian sejati.

Saya juga ingin mengutip kalimat dalam pidato pelantikan presiden baru. Presiden dengan jelas menyebutkan bahwa hanya demokrasi liberal yang dapat menciptakan perdamaian yang dapat berlangsung lama, dan hanya perdamaian yang dapat menjamin kebebasan kita. Komunitas internasional yang menghormati kebebasan dan hak asasi manusia harus bersatu untuk menjamin perdamaian. Presiden juga menekankan bahwa perdamaian tidak hanya menghindari perang. Ia akan mengarah pada kemakmuran dan kejayaan.

Fangfei : Setuju. Jadi perdamaian perlu dicapai melalui kekuatan, bukan melalui penyerahan.

HSL : Betul sekali.

Fangfei : Baiklah, Hyun Seung, terima kasih banyak telah berbagi wawasan Anda dengan kami. Saya pikir pekerjaan yang Anda lakukan sangat penting. Kita harus melakukan lebih banyak pekerjaan seperti itu. Jadi semoga saja Anda dan teman-teman terus bersemangat. Sekali lagi berterima kasih banyak telah berbicara dengan kami hari ini.

HSL : Ini adalah kehormatan saya. Terima kasih atas undangan yang Anda berikan.

Fangfei : Terima kasih kepada pemirsa yang telah menonton acara ‘Wawancara Fangfei’, sampai berjumpa di lain kesempatan. (sin)