Dokumen Kamp Konsentrasi Xinjiang Ungkap 5 Informasi Inti

Tang Jing Yuan

sejak Rusia menginvasi Ukraina dibukalah model demiliterisasi diri, ditambah dengan Lockdown Nol Pandemi Tiongkok terhadap seluruh negeri memasuki pola de-ekonomisasi diri, maka inti bahasan berita luar negeri pada dasarnya tidak terlepas dari kedua kata kunci tersebut yakni Ukraina dan Shanghai. Namun pada 25  mei, sebuah berita BBC dalam semalam telah membuat sorotan mata seluruh dunia beralih ke satu tempat lain yakni: Xinjiang. 

Inilah “dokumen kepolisian Xinjiang” yang menggemparkan dunia. Mayoritas pemirsa mungkin telah membaca berita ini. Dikarenakan, selama bertahun-tahun Kamp Konsentrasi Xinjiang telah menjadi sorotan masyarakat luas, dan ini adalah kali pertama sebuah dokumen internal terungkap dalam skala yang begitu besar. Begitu banyak kebenaran yang begitu nyata dengan wajah- wajah tragis terpampang di hadapan pemirsa.

Sebelumnya, semua berita terkait Kamp Konsentrasi Xinjiang pada dasarnya berasal dari cerita sepotong-sepotong dari para penyintas yang berhasil melarikan diri ke luar negeri, atau dari beberapa wartawan yang menantang maut melakukan pemotretan dengan masuk ke wilayah Xinjiang, serta kalangan luar yang mendapatkan informasi kamp konsentrasi lewat satelit dan lain-lain. Informasi yang ada sangat sulit membuat masyarakat memahami secara utuh bagaimanakah sebenarnya ekologi dan lingkungan di dalam kamp konsentrasi.

Sedangkan “dokumen kepolisian Xinjiang” kali ini, adalah untuk yang pertama kalinya dengan cara yang kuat tak terbantahkan membuat seluruh dunia, melihat pucuk gunung es dari keseluruhan masalah internal kamp konsentrasi yang begitu besar itu. 

Sepucuk gunung es inilah yang juga telah membuat banyak orang merasakan dampak yang begitu mengguncang. Melulu satu hal ini saja, cukup untuk memastikan bahwa dokumen ini memiliki makna dan nilai yang bersifat titik balik, dan bisa dikatakan dengan pasti, ini bukanlah titik balik yang paling besar.

Karena jika ditelusuri ke bawah, banyak bayang-bayang dari Kamp Konsentrasi Xinjiang akan terlihat di Shanghai, dan jika ditelusuri ke atas, tempat sumber dimana PKT (Partai Komunis Tiongkok) melakukan penindasan bersifat genosida terhadap kelompok warga tertentu lainnya dalam skala jutaan orang, sebenarnya bukan hanya di Xinjiang saja.

Dokumen Kepolisian Xinjiang Ungkap 5 Informasi Inti

Pertama, serangkaian dokumen tersebut pertama kali diungkapkan oleh BBC, sumbernya dikabarkan didapat oleh seorang peretas langsung dari sebuah situs internet rahasia internal kepolisian Xinjiang, dan terutama berasal dari sistem komputer milik Biro Keamanan Publik Kabupaten Konasheher, Prefektur Kashgar, dan Biro Keamanan Publik Kabupaten Tekes, Prefektur Ili, yang kemudian langsung diserahkan kepada pakar Jerman terkenal yang meneliti soal kamp konsentrasi Xinjiang, Dr. Adrian Zenz, yang juga merangkap sebagai Direktur Departemen Studi Tiongkok pada Victims of Communism Memorial Foundation.

Sebelum dokumen tersebut disingkap, telah sempat diteliti selama beberapa bulan, antara lain termasuk BBC, majalah Der Spiegel Jerman, surat kabar Le Monde Prancis, dan belasan media massa besar lainnya juga turut terlibat menelitinya, telah dilakukan investigasi dan pembuktian secara menyeluruh, setelah dipastikan kebenarannya, barulah dipublikasikan secara resmi ke seluruh dunia pada 25 mei. 

Tentu, orang yang memberikan dokumen awalnya menyebutkan telah diberi oleh peretas, tetapi realitanya siapa pun tidak mampu membuktikan hal ini, bisa juga diduga ada kemungkinan orang dalam tertentu bahkan kekuatan faksi tertentu yang membocorkannya. 

Mungkin juga seseorang yang terdorong hati nuraninya, atau barangkali karena motivasi yang lebih kompleks. Jadi dikatakan seperti ini karena semua orang bisa melihat bahwa momentum diungkapkannya dokumen ini jelas telah ditentukan, dan bukan dipublikasikan secara mendadak.

Kedua, konten terpenting dalam dokumen ini, adalah foto dari 5.000 lebih orang Uighur, dan waktu pemotretan adalah antara Januari hingga Juli 2018. Bisa dipastikan dari 5.000 orang ini, sebanyak 2.884 orang telah dipenjara di dalam kamp konsentrasi, dan 15 orang di antaranya adalah anak di bawah umur, yang termuda adalah seorang anak perempuan yang hanya berusia 15 tahun, yang tertua adalah seorang nenek berusia 73 tahun.

Lokasi pemotretan foto-foto tersebut, adalah di kantor polisi Kabupaten Konasheher, Prefektur Kashgar, dan di kamp konsentrasi setempat. Kabupaten Konasheher yang terutama dihuni oleh suku Uighur, tahanan sebanyak 2.884 orang itu mencakupi 12% dari keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Rasio ini memiliki nilai referensi yang teramat penting, apalagi Kabupaten Konasheher ini tidak termasuk dalam kategori yang disebut daerah yang paling terpukul dari “ekstremisme kekerasan”.

Di kawasan yang relatif biasa seperti ini, hanya dalam setengah tahun saja jumlah tawanan dewasa yang dipenjara di sini telah mencapai rasio setinggi itu, dengan kalkulasi sederhana dapat dilihat, jumlah tahanan dari seluruh Xinjiang yang dipenjara di kamp konsentrasi Xinjiang setidak- nya mencapai 1,2 juta orang. Faktanya, angka yang diungkap oleh jalur yang berbeda, menunjukkan bahwa jumlah tahanan di kamp konsentrasi mencapai angka jutaan, mungkin mencapai 2 juta orang.

Tabel data yang terungkap bersamaan dari internal Biro Keamanan Publik Prefektur Kashgar menunjuk- kan, di wilayah tersebut sebanyak 286.00 orang pernah ditahan di kamp konsentrasi, ini berarti tingkat tahanan rata-rata warga setempat adalah 64 kali lipat lebih tinggi daripada rata-rata wilayah lain di seluruh Tiongkok. Rasio tahanan ini bahkan jauh lebih tinggi daripada puncak tertinggi pada saat gerakan Pembersihan Besar-Besaran di masa kekuasaan Stalin (pemimpin rezim Uni Soviet yang telah runtuh).

Perlu diketahui, data yang sekarang kita bahas hanyalah data semester pertama 2018 saja. Dalam dokumen yang terungkap berbarengan, terdapat pula pidato internal Xi Jinping. Yang mana, secara jelas telah menyebutkan bahwa jumlah kamp konsentrasi yang ada saat ini tidak mencukupi, dan harus dipercepat lagi pembangunannya. Dengan kata lain, setelahnya jumlah tawanan di dalam kamp akan semakin banyak.

Ketiga adalah lingkungan di kamp konsentrasi. Mengapa sejak awal digunakan sebutan “kamp konsentrasi”, karena berdasarkan petunjuk di dalam dokumen, para pengelola yang disebut sebagai “kamp pendidikan ulang” itu, semuanya mengenakan seragam polisi atau seragam polisi bersenjata, dan dilengkapi persenjataan dengan atribut terkait pada saat penjagaan. 

Senjata yang digunakan dalam penjagaan itu tidak hanya borgol untuk tangan dan kaki saja, tapi juga dilengkapi dengan pistol jenis QSZ-92, senapan jenis shotgun Type 97 (Hawk Industries) dan juga senapan serbu ringan (SSR) otomatis tipe QBZ-95.

Perlengkapan senjata seperti itu jauh melampaui kondisi di mayoritas penjara yang ada di Tiongkok, tingkat kekejaman keberadaannya bisa dibayangkan. 

Menurut dokumen yang bocor tersebut, semua tawanan wajib diborgol tangan dan kaki serta ditutup kepalanya dengan kain hitam setiap kali dilakukan perpindahan. 

Sebuah dokumen lain yang dirilis pada 2018 terkait “prosedur penanganan apabila membuat keributan dalam kelas atau melarikan diri” juga disebutkan: Jika peserta tidak mengindahkan perintah, polisi sipil yang membawa senjata dapat melepaskan tembakan peringatan; jika peserta tetap tidak mengindahkan dan terus memperluas kekacauan, melarikan diri, atau berusaha merampas senjata, maka polisi sipil yang membawa senjata dapat langsung menembaknya hingga tewas.

Dokumen yang terungkap itu juga menunjukkan, pada salah satu kamp konsentrasi tersebut dilengkapi dengan tiga buah menara pengawas luar. Kekuatan polisi yang ditempatkan di sana adalah sebanyak 46 orang polisi dan 284 orang polisi pembantu, rasio antara polisi dengan tawanan adalah 1:11. 

Penjaga kamp konsentrasi berpatroli setiap setengah jam sekali, ada pula “tim serbu kamp” yang terdiri dari 27 orang polisi khusus, tugasnya khusus menindas perlawanan atau tawanan yang melarikan diri. Jika tahanan sakit harus diantar ke rumah sakit, dan harus dikawal oleh setidaknya empat orang: Dua orang polisi, satu orang pejabat, dan satu orang tenaga medis. 

Jika terjadi kondisi melarikan diri atau perlawanan tawanan, maka kamp konsentrasi tersebut akan diblokade, siapa pun tidak akan tahu apa yang terjadi di dalam kamp.

Dokumen juga menyebutkan sebuah contoh konkrit, penjaga di sebuah kamp konsentrasi hanya karena mematikan sistem pengawasan pada saat membagikan makanan, akibatnya ia dihukum kurungan 3 hari. Jumlah penjaga yang mengawasi kamp konsentrasi sangat banyak, dokumen itu menjelaskan lebih dari 150.000 orang polisi dari seluruh negeri didatangkan untuk bergiliran menjaga di kamp konsentrasi.

Fokus keempat adalah masalah kondisi para tawanan di sana. Dalam dokumen yang terungkap dapat dilihat 5.000 lembar foto terdaftar warga suku Uighur yang mencakup balita usia 3 hingga 94 tahun, mayoritas adalah petani, ada yang difoto di Rutan Kabupaten Konasheher ada pula yang difoto di kamp konsentrasi Konasheher. Sebanyak 2.884 orang di antaranya yang ditahan, setiap orang telah diidentifikasi secara akurat.

Mayoritas orang yang ditahan, adalah dikarenakan busana dan penampilan atau perilaku mereka menunjukkan bahwa mereka merupakan kaum Muslim, atau hanya lantaran mereka pernah pergi ke negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Seperti Tursun Kadir (58), karena berjenggot panjang, divonis penjara selama 16 tahun 11 bulan.

Putra seorang wanita karena tidak merokok juga tidak minum minuman beralkohol dianggap “memiliki tendensi keagamaan yang kuat”. Oleh sebab itu, divonis penjara 10 tahun, dan sebagai ibu dari pria itu, wanita itu pun ikut disangkut-pautkan dan dijebloskan ke kamp konsentrasi. Ada pula ratusan orang lainnya yang menyaksikan lewat ponsel “seminar ilegal” yang dilarang oleh pemerintah atau menggunakan aplikasi yang terenkripsi lalu dijebloskan ke kamp konsentrasi.

Selembar foto juga memperlihat- kan, di samping seorang wanita paruh baya berdiri seorang staf wanita yang mengenakan atribut “Kamp Pendidikan Ulang Konasheher – Panduan Pemeriksaan”, yang kedua tangannya mengena- kan sarung tangan karet, ini menunjukkan tahanan mungkin akan menjalani pemeriksaan badan yang sangat menyiksa.

Sorot tatapan staf wanita itu ketika memandang wanita Uighur tersebut, sangat sulit membuat kita tidak teringat akan sorot tatapan serupa dari para penjaga kamp konsentrasi Auschwitz milik NAZI pada saat memandang tahanan orang Yahudi yang baru dikirim ke kamp tersebut.

Sekarang, di situs internet di Tiongkok, foto gadis cilik yang hanya berusia 15 tahun di kamp tersebut mutlak telah menjadi informasi yang sangat sensitif, para warganet yang menyebarkan foto tersebut telah secara langsung mengalami perlakuan dihapus atau diblokir akunnya.

Fokus kelima adalah dokumen mengungkap banyak dialog dan instruksi serta briefing dan laporan kerja dari para pejabat tinggi internal. Di antaranya yang cukup representatif adalah dari Menteri Keamanan Publik yakni Zhao Kezhi. 

Dalam sebuah dokumen yang ditandai “Dokumen Rahasia”, dalam isi pidato Zhao Kezhi yang dipublikasikan pada 15 Juni 2018 menunjukkan, hanya di wilayah Xinjiang selatan saja sedikitnya 2 juta orang telah terpapar “pemikiran ekstrem”. 

Pada saat yang sama Zhao juga menekankan pemimpin tertinggi Xi Jinping telah menyampaikan “instruksi penting” untuk membangun “kamp pendidikan ulang” yang baru, dan diminta harus mampu memenuhi kebutuhan kapasitas menampung 2 juta orang tahanan.

Dokumen rahasia lain yakni tahun 2017 menunjukkan, waktu itu Sekretaris Provinsi Xinjiang Chen Quanguo sama sekali tidak segan memerintahkan, bagi siapa pun yang melawan saat ditangkap bisa langsung diperlakukan sebagai “oknum teroris” dan tembak di tempat. 

Di dalam kamp konsentrasi terhadap tahanan yang hendak melarikan diri bisa langsung dieksekusi baru setelah itu dilaporkan. Chen Quanguo bahkan menyatakan, terhadap orang yang ditahan, pendidikan ulang selama lima tahun pun mungkin tidak cukup, karena begitu dibebaskan kemungkinan masih akan menimbulkan masalah.

Dengan kata lain, dari sini dapat disimpulkan, begitu dimasukkan ke kamp konsentrasi, masa penahanannya adalah suatu konsep mengambang, serta penuh ketidakpastian, yang tercepat mungkin 3-5 tahun, yang panjang mungkin 8-9 tahun, jika ada yang tidak mau mengakui ideologi PKT, maka mungkin akan terus ditahan, dan tidak pernah dibebaskan.

Penjara yang sekejam apa pun, setiap narapidana pasti ada masa tahanannya, begitu masa tahanan selesai akan mendapatkan kebebasan dan boleh pulang. 

Tetapi di kamp konsentrasi seperti ini, berapa lama dipenjara sepenuhnya tergantung pada keputusan pejabat (pimpinan lapas). Jika tewas karena siksaan, kemungkinan besar hanya ada satu alasan “menolak pendidikan ulang dan membuat keonaran”, atau “berusaha melarikan diri” sehingga bisa diakhiri dengan kematian. Keluarganya bahkan tidak akan bisa melihat jasadnya untuk terakhir kalinya, langsung akan diberikan sebuah guci yang berisi abu jenazahnya, dan orang tersebut akan menambahkan sebuah angka dalam daftar “oknum teroris yang telah ditumpas” pada media propaganda PKT.

Itulah sebabnya, di sini sama sekali bukan penjara, melainkan kamp konsentrasi yang sejati. Di sini sama sekali tidak ada hukum, ucapan pimpinan kamp adalah hukum, pengelola kamp konsentrasi adalah hukumnya, dia katakan dipenjara maka akan dipenjara, dia katakan dibebaskan maka akan dibebaskan, entah berapa banyak orang yang telah menghilang selamanya laiknya ditelan bumi, di luar sana tidak ada seorang pun yang tahu. 

Asal-usul Model Xinjiang: Penganiayaan terhadap Falun Gong

Model Xinjiang ini jika dijulurkan ke bawah, dapat terlihat bayangan lockdown  Shanghai.   Dapat  disaksikan kejadian yang dimulai dari penyalahgunaan sebutan: “Keadaan darurat”, hingga mendobrak pintu, menculik dan mengisolasi secara paksa; dari mempersangkutkan sampai tiga generasi dari sang tertuduh, hingga deklarasi terbuka para sukarelawan bahwa “kami adalah hukum”.

Sedangkan model Xinjiang juga tidak jatuh begitu saja dari langit. Kampanye politik PKT (Partai  Komunis Tiongkok) selama ini, selalu memiliki pola sejarah penganiayaan massal. Bahkan genosida terhadap sekelompok orang tertentu, tetapi di masa lalu mereka pada dasarnya menggunakan model memobilisasi massa untuk diadu melawan massa lainnya. 

Modus penganiayaan, yang menggunakan kekuatan teknologi tinggi untuk menahan jutaan orang di kamp konsentrasi rahasia, melakukan cuci otak berintensitas tinggi, melakukan apa yang disebut “transformasi” paksa melalui penyiksaan dan pembantaian. Tak lain, agar melepaskan keyakinan diri sendiri, secara gamblang telah dimulai dari penganiayaan terhadap Falun Gong sejak 1999. Termasuk secara total pengabaian hukum seperti ini, dan menggunakan cara melalui dokumen internal, pidato, dan instruksi untuk mengoperasikan seluruh sistem kamp konsentrasi yang luas, semua ini tidak berbeda dengan penganiayaan terhadap Falun Gong.

Sistem hukum yang dibentuk oleh PKT secara permukaan pasca reformasi dan keterbukaan, juga dihancurkan sepenuhnya dalam penganiayaan genosida terhadap Falun Gong. 

Justru karena memiliki pengalaman seperti inilah, barulah kita menyaksikan bahwa PKT terus memperluas dan memperdalam pengalamannya itu, untuk kemudian secara bertahap menerapkannya ke kamp konsentrasi Xinjiang, dan digunakan di “operasi nol pandemi” dengan kekerasan (contoh: Shanghai) saat ini.

Gempuran pertama yang dibawa oleh pengungkapan dokumen  polisi Xinjiang adalah melalui bukti  kuat tak terbantahkan bahwa PKT tengah melakukan kejahatan genosida di Xinjiang. Akibatnya, Xi Jinping dan Chen Quanguo (Politikus Tiongkok dan Sekretaris Komite PKT Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang, Komisar Politik Korps Produksi dan Pembangunan Xinjiang serta anggota Politbiro PKT ke-19. Pada saat ini, ia menjadi Sekretaris Partai Komunis Wilayah Otonomi Tibet), sekali lagi telah didorong ke garis depan opini publik global.

Sebagai orang yang bertanggung jawab langsung atas kebijakan kamp konsentrasi, Chen Quanguo secara logis dikenai sanksi yang lebih banyak, dan insiden ini pada dasarnya akan mengumumkan akhir dari karirnya. Jika PKT dapat berhasil menyelenggarakan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok pada akhir tahun ini, kemungkinan terbesarnya adalah ia diutus ke Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok atau Kongres Rakyat Nasional untuk “non job”.

Namun bagi Xi Jinping, daya rusak dari dokumen-dokumen ini sangat mematikan. Dalam perang sanksi sebelumnya antara Tiongkok dan AS (Amerika Serikat) serta antara Tiongkok dan Uni Eropa, masalah intinya adalah perilaku genosida di Xinjiang. Dokumen ini memberikan persuasi dan legitimasi yang tak terbantahkan bagi masyarakat internasional untuk meluncurkan penyelidikan lagi, dan menjatuhkan sanksi babak baru.

Hampir tanpa kecuali, pernyataan politisi elite di banyak negara, mereka semua merasa “terkejut” atau “mengerikan”. Reinhard Bütikofer, ketua kelompok Hubungan Tiongkok dari Parlemen Uni Eropa, segera menyatakan kepada media Jerman bahwa “Gambar-gambar  brutal” ini harus membuat UE (Uni Eropa) mengambil sikap yang jelas dan memulai sanksi baru terhadap PKT.

Baru-baru ini pada 24 Mei,  juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price secara terbuka menyatakan bahwa AS terkejut dengan serangkaian informasi dan gambar tersebut. Dia mengatakan: “Tampaknya sulit bagi (kita) untuk membayangkan bahwa tindakan sistematis represi, pemenjaraan, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan ini belum mendapatkan restu dan perlindungan  dari tingkat tertinggi pemerintah Tiongkok.”

Ujung tombak ini begitu dihunus telah diarahkan kepada Xi Jinping. Sedangkan upaya diplomatik terbesar Xi Jinping baru-baru ini hendak menarik Jerman dan Perancis ke pihaknya, untuk memulihkan perjanjian investasi dan perdagangan Tiongkok-Uni Eropa. Atau mencoba menggunakan Perang Ukraina sebagai pengungkit untuk membongkar beberapa retakan dalam hubungan AS-Uni Eropa.

Hampir dapat dipastikan bahwa dokumen tersebut akan sepenuhnya menghancurkan upaya Xi Jinping. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Bärbock ketika berbicara dalam panggilan telepon dengan rekannya dari Tiongkok, Wang Yi, segera membahas tentang bukti baru tersebut, dan menyerukan penyelidikan transparan atas tuduhan-tuduhan itu.

Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck menyatakan bahwa pemerintah Jerman telah mengubah cara berurusan dengan PKT, dan memprioritaskan hak asasi manusia, serta mempromosikan diversifikasi ekspor dan mengurangi  ketergantungan pada Tiongkok. 

Menteri Keuangan Jerman, Lindner menyatakan kepada media bahwa Jerman seharusnya segera membedakan hubungan ekonominya dengan PKT, tidak boleh terbelenggu pada masalah hak asasi manusia hanya karena kepentingan ekonomi.

Yang lebih penting lagi ialah, pengungkapan dokumen itu, tidak diragukan lagi akan menambah sekeping chip tawar-menawar untuk kekuatan anti-Xi. 

Partai toh tidak bakal menegur Xi Jinping membangun kamp konsentrasi, sistem ini selamanya tidak pernah memiliki konsep hak asasi manusia, selain itu penindasan terhadap Xinjiang sebenarnya sudah merupakan nada dasar yang ditetapkan sejak zaman Hu Jintao menjabat (2003-2013), ini adalah konsensus dalam internal partai.

Begitulah perjuangan  politik PKT, tidak masalah jika pejabat partai melakukan hal-hal buruk, namun begitu hal buruk itu terungkap, itu adalah masalah, bahkan masalah besar. 

Oleh karena itu, mengapa Xi Jinping gagal menyensor secara ketat informasi yang sangat sensitif ini. Dan, mengapa citra partai mengalami kerusakan parah ketika  diekspos oleh media asing inilah tanggung jawabnya.

Itu sebabnya, ditinjau dari perspektif ini, satu-satunya kesempatan Xi Jinping untuk memulihkan kerugiannya adalah kunjungan Michelle Bachelet, kepala Kantor Komisaris Tinggi PBB saat ini (pada akhir Mei lalu) ke Xinjiang. 

Penulis Tang Jing Yuan percaya, bahwa PKT akan melakukan segala daya untuk membidik Bachelet dan kemudian memaksanya untuk mendukung situasi hak asasi manusia PKT di Xinjiang dalam laporan resmi sesudahnya. (Lin)