Beberapa Tahapan Keruntuhan Ekonomi dan Apa yang Akan Terjadi Berikutnya

Tuomas Malinen

Sekarang banyak orang mulai berpikir, bagaimana ekonomi AS akan mendarat – hard landing atau soft landing? Seringkali, sebelum krisis ekonomi menerjang, orang-orang cenderung merasa tidak nyaman dengan perekonomian. Mereka merasa ekonomi akan runtuh dengan ​ serius, tetapi tidak dapat menentukan dengan tepat apa yang akan terjadi

Ketika inflasi meroket, realitas ekonomi membuat kebangkitan secara besar-besaran dalam kehidupan orang-orang biasa. Yakni, kembalinya Ekonomi makro. 

Pada bulan September tahun 2008, ketika krisis keuangan global meledak, bank investasi terkenal Lehman Brothers runtuh dan betapa seriusnya krisis yang terjadi diketahui oleh kebanyakan orang. Setidaknya sejak musim gugur tahun 2007, sejumlah ekonom, seperti penulis, telah menyaksikan suramnya perkembangan dunia sekuritisas dan meningkatnya tekanan terhadap perbankan. Sebenarnya, pada akhir tahun 2006, kami telah memperingatkan mahasiswa PhDnya bahwa ada sesuatu yang salah dengan ekonomi dunia. Pada Januari tahun 2008, penulis melakukan short selling saham AS dengan setiap sen yang ia miliki dan yang dapat dipinjam.

Sekarang, beberapa orang mulai melihat-lihat dan bertanya-tanya bagaimana reaksi sektor real estate, yang mana telah melihat lonjakan harga sejak tahun 2019. Yang lainnya sedang mempertimbangkan kesehatan sektor korporasi, yang lain mempertimbangkan keadaan bank, dan beberapa khawatir tentang kenaikan secara drastis dalam imbal hasil obligasi negara Eropa. Yang benar-benar mengganggu, adalah mereka semua punya alasan untuk khawatir.

Kita akan menjadi lebih dari sekadar resesi atau krisis ekonomi “normal”. Ini kemungkinan merupakan kombinasi yang menghancurkan dari krisis tumpang tindih, yang kita sebut “krisis ekonomi multi-sisi”. Kami telah memperingatkan kerapuhan ekonomi global sejak Maret tahun 2017. Kemudian  menemukan bahwa ekonomi dunia tidak pernah benar-benar pulih dari krisis keuangan global. Dalam laporan perkiraan Desember 2017, penulis mengungkapkan :

“Karena pada dasarnya semua ketidakseimbangan cenderung menjadi tren yang berkembang, krisis yang membayangi akan menjadi yang terbesar di dunia sejak 1930-an. penulis menyebutnya ‘badai sempurna’.”

Sebuah “badai yang sempurna” adalah kombinasi dari lima faktor:

“Semuanya Bubble”

Zombifikasi ekonomi global

Utang Tiongkok yang Berlebihan

Runtuhnya Perbankan Eropa

Akhir dari pembelian aset alias quantitative easing (QE) dan awal Quantitative Tightening (QT) atau dengan tujuan memperketat uang yang beredar di masyarakat. 

Dalam laporan tersebut, penulis juga menyebutkan:

“Jika bank sentral dan Tiongkok benar-benar menjalankan rencananya (pengetatan dan deleveraging), dan mengingat Tiongkok mungkin juga kehabisan opsi, maka tahun 2018 kemungkinan akan menjadi tahun ketika sinyal krisis pertama muncul. Ini termasuk seriusnya turbulensi pasar, bank mengalami “Kegagalan, dan kemungkinan respons panik dari otoritas pusat. Pada tahun 2019, krisis mencapai puncaknya ketika upaya terakhir otoritas pusat untuk menguatkan gelembung aset global menjadi lelah. 

Akhir tahun 2018 adalah periode volatilitas pasar yang cukup besar, dengan misalnya Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan Malam Natal terbesar yang pernah ada. Kita belum melihat bank gagal, tetapi perlu dicatat bahwa Tiongkok mulai membanjiri sektor perbankan dengan likuiditas pada awal Desember karena industri berada di bawah tekanan yang meningkat.

Pada awal tahun 2019, The Fed memiliki “poros”, dan pada pertengahan September, pasar repo runtuh. Pada dasarnya, satu-satunya yang luput dalam perkiraan kita adalah bahwa pihak berwenang tidak akan dapat mempertahankan pasar pada akhir tahun 2019. Sekarang kita tahu bahwa mereka masih memiliki banyak alat pada saat itu.

Pada Desember tahun 2018, penulis terus menyuarakan peringatan keras tentang arah ekonomi global. Laporan prakiraan tersebut berjudul: “Crash and Way Out: A Special Report on the Global Journey to Depression and Recovery”. Dalam laporan tersebut, penulis menguraikan tiga kemungkinan skenario untuk ekonomi dunia: depresi global, keruntuhan sistemik, dan dongeng.

Skenario Depresi Global merinci jalan menuju krisis ekonomi global. Keruntuhan sistemik menggambarkan skenario di mana sektor keuangan global ambruk. Dongeng adalah skenario “bailout global”. Di dalamnya, penulis berasumsi bahwa bank sentral akan menyelamatkan ekonomi dunia, yaitu, mereka akan memberikan dukungan likuiditas  yang hampir tak terbatas kepada pemerintah, rumah tangga, perusahaan, dan pasar modal “mengambil alih”.

Pada Desember 2019, kami melanjutkan ramalan penulis tentang kehancuran ekonomi. Laporan prakiraan adalah Laporan Khusus Keruntuhan Ekonomi 2020-2023. Dalam laporan tahun 2019, penulis menguraikan tahapan keruntuhan ekonomi yang akan datang. Mereka bernama Onset, Counterattack, Flood, Calamity, dan Recovery.

“Awal (Onset)” menggambarkan “kejutan” yang akan memicu krisis. Di sini berasumsi bahwa kejutan itu bisa datang dari sektor perbankan atau pasar kredit Eropa. Itu datang dalam bentuk virus, mengancam runtuhnya pasar kredit dan perbankan Eropa.

Kemudian memperkirakan bahwa pihak berwenang akan meluncurkan serangan balik untuk menghentikan kepanikan di pasar keuangan agar tidak menyebar ke perekonomian. penulis menyampaikan :

“Upaya ini dapat mencakup re-starting  dan mempercepat program pelonggaran kuantitatif, stimulus fiskal, peningkatan proteksionisme, dan bahkan mungkin menyerukan monetisasi utang secara langsung.”

Pada dasarnya, inilah yang terjadi.

Upaya penyelamatan ekonomi dunia gagal, atau terpaksa mundur, diikuti dengan kegagalan komersial secara besar-besaran. Pada tahap itu, penulis berasumsi bahwa pukulan ke pasar aset dan kredit akan menyebabkan kegagalan massal perusahaan “zombifikasi”. Bencana ekonomi akan terjadi. Adegan yang digambarkan agak mengerikan:

“Pengangguran dan kemiskinan bisa meledak karena runtuhnya pasar modal dan kebangkrutan. Pemerintah akan mencoba untuk menyelamatkan bank-bank vital, yang akan membutuhkan dana yang tidak dimiliki banyak negara, seperti Zona Euro. Ini membuat jaminan untuk deposan satu-satunya. Dalam menghadapi realitas fiskal baru dan mencolok, dana pensiun dan skema perlindungan sosial lainnya bisa menghadapi pemotongan secara drastis berangkat dari keputusasaan pemerintah.

Diperkirakan juga bahwa depresi global akan berakhir dalam 4-5 tahun dan fase terburuk dari krisis akan berlangsung tiga tahun sebelum kita memasuki fase recovery.

Penulis telah memperbarui blog dengan berbagai tahap kerusakan. Sekarang, kita jelas berada di ujung pertarungan karena inflasi yang melonjak, yang berarti kita memasuki perairan ekonomi yang sangat dalam dengan banjir dan bencana di depan kita.

Kedua fase ini akan menciptakan krisis ekonomi multifaset, yang akan diuraikan di kolom berikutnya. (hui)

Tuomas Malinen adalah Chief Executive Officer dan Associate Professor Ekonomi. Dia bekerja di bidang akademis selama 10 tahun, mempelajari pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan krisis ekonomi. Saat ini, Toumas bekerja untuk GnS Economics, sebuah perusahaan konsultan makroekonomi berbasis di Helsinki yang mengkhususkan diri dalam peramalan dan analisis skenario, dan mendidik masyarakat tentang berbagai risiko yang dihadapi ekonomi dunia dan pasar keuangan global.

Artikel ini mewakili pandangan penulis saja dan tidak mencerminkan posisi The Epoch Times.