Uang Simpanan Nasabah Bank Dibekukan, Ahli Tiongkok : Mungkin Kas Negara Tiongkok Benar-Benar Kosong

oleh Zhing Yuan

Akio Yaita, seorang Jepang yang ahli dalam urusan Tiongkok mengatakan bahwa sangat mungkin cadangan keuangan pemerintah Tiongkok benar-benar bermasalah besar, sehingga belakangan ini likuiditas perbankan di seluruh daratan Tiongkok merosot tajam, perbankan tidak sanggup memenuhi permintaan penarikan tunai nasabah penyimpannya, sampai rekening mereka diblokir, jumlah penarikan dibatasi. Jika situasi seperti ini terus berkembang, niscaya akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap keuangan dan menimbulkan keresahan sosial, yang merupakan masalah yang sangat serius.

Sejak 18 April, sejumlah rekening nasabah penyimpan dana di 4 bank desa di Provinsi Henan dibekukan tanpa peringatan, membuat para deposan ini panik. Menurut Bloomberg yang mengutip informasi dari para sumber, jumlah dana yang tersimpan dalam rekening termaksud setidaknya mencapai puluhan miliar renminbi.

Akio Yaita, direktur cabang Taipei dari media “Sankei Shimbun” Jepang yang pernah  ditempatkan di Beijing selama 10 tahun memposting tulisannya di akun Facebook yang menyebutkan bahwa menurut laporan dari media domestik Tiongkok, pada akhir bulan April tahun ini, bank desa di Henan tiba-tiba membekukan rekening simpanan para nasabah mereka tanpa peringatan. Dana dari sekitar 400.000 rekening simpanan itu jumlahnya mencapai 40 miliar renminbi. Hal mana memicu protes dari para nasabah.

Akio Yaita mengatakan bahwa Agricultural Bank of China, salah satu dari 4 bank terbesar di daratan Tiongkok, pada bulan Mei tiba-tiba membatasi penarikan uang tunai atau transfer dana simpanan nasabahnya maksimum RMB. 1,000,-  (setara IDR. 2.200.000,-) setiap harinya. Batas tersebut jelas tidak cukup untuk membayar angsuran KPR, uang sekolah, dan bahkan mengundang makan teman-teman. Ini jadi sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga.

Pada saat yang sama, Alipay juga tampaknya memiliki masalah, katanya. Menurut Beijing News dan laporan lainnya, Mr. Yu, seorang warga yang tinggal di Harbin, tiba-tiba diberitahu bahwa saldonya di rekening Alipay yang berjumlah RMB. 460.000,- dibekukan selama 3 tahun dengan alasan dana tersebut dicurigai berasal dari perjudian online, investasi ilegal dan pelanggaran lainnya. Akibat pemblokiran akunnya Mr. Yu terpaksa meminjam uang dari seorang temannya untuk bertahan hidup. Setelah media juga menyebarkan kejadian tersebut dan tuntutan dari berbagai pihak, Alipay akhirnya mencairkan pemblokiran rekening Mr. Yu dua minggu kemudian.

“Beberapa peristiwa ini menunjukkan kepada kita bahwa industri keuangan Tiongkok sedang bermasalah”. Akio Yaita mengatakan bahwa saat masih berada di Beijing di masa lalu dia juga menggunakan WeChat Pay, Alipay, dan mata uang elektronik lainnya. Meskipun sangat nyaman dalam penggunaannya, tetapi ada risiko bahwa informasi pribadi bisa dicuri oleh pihak berwenang, seperti di mana Anda sering makan, belanja apa saja, buku apa yang Anda beli, uang Anda disumbangkan kepada organisasi amal mana pemerintah Tiongkok dapat mengetahui semuanya.

Akio Yaita mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, dia mendengar bahwa rekening bank dari beberapa orang aktivis hak asasi manusia atau aktivis pro-demokrasi telah dibekukan dengan alasan dicurigai dana berasal dari perjudian online. Uang elektronik menjadi metode baru bagi pemerintah untuk menekan para pembangkang.

Dia menyebutkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, Xi Jinping telah memamerkan kekuatannya dengan menyelenggarakan parade militer, sebagai tuan rumah Olimpiade yang menguras uang kas negara. Ia bahkan berlagak seperti Sinterklas membagi-bagi uang ke luar negeri demi mensukseskan Inisiatif Sabuk dan Jalan yang ternyata hanya menghambur-hamburkan uang rakyat. Dengan munculnya kejadian uang simpanan nasabah dibekukan dan perbankan mengeluarkan batasan harian untuk menarik dan transfer dana, sangat mungkin bahwa kas negara pemerintah Tiongkok benar-benar sudah kosong.

Dia mengatakan bahwa pada tahun 1920 Jepang juga bangkrut ketika Bank Watanabe Tokyo tidak dapat membayar dana penarikan nasabahnya, memicu Kepanikan Keuangan Showa yang terkenal secara historis. Saya tidak tahu apakah pemerintah Tiongkok juga akan mengulangi kesalahan yang dibuat Jepang di masa lalu ? (sin)