Protes Sekitar 3.000 Deposan Bank di Tiongkok Menuntut Li Keqiang Mengusut Kasus Perbankan di Henan

oleh Luo Tingting

Pada 10 Juli 2022, sekitar 3.000 deposan bank di Tiongkok berkumpul di depan gedung Bank of China di Kota Zhengzhou untuk menuntut hak-hak mereka dengan membentangkan sejumlah spanduk dan meneriakan slogan “Li Keqiang, periksa Henan !” “Bank of China kembalikan uang simpanan kita !”, tetapi pemerintah setempat mengirim sejumlah besar anggota polisi dan orang berpakaian preman untuk menangkap pengunjuk rasa dengan cara kekerasan.

Beberapa video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa ribuan deposan termasuk anak-anak dan warga cacat yang tidak dapat menarik dana simpanan mereka berkumpul di luar gedung Bank of China di Kota Zhengzhou sekitar pukul 05.00 pagi untuk menuntut hak-hak mereka. 

Mereka memegang spanduk dan slogan-slogan antara lain seperti “Menentang keputusan sewenang-wenang, menentang pemerintah daerah Henan menggunakan preman untuk melakukan kekerasan terhadap deposan”, “Melawan korupsi dan kekerasan pemerintah Henan yang menghancurkan China Dream 400.000 deposan di Henan” dan lainnya. Mereka juga menuntut bank mengembalikan dana simpanan, dan menuntut pihak berwenang mengusut tindak korupsi, salah urus perbankan dan kekerasan. 

Para pengunjuk rasa meneriakan slogan : “Bank of China kembalikan dana simpanan kami !” dan “Li Keqiang periksa Henan !”

Rekaman video menunjukkan bahwa sejumlah besar personel keamanan yang mengenakan kaos berwarna putih dan hitam berbaris untuk memasuki TKP kemudian berdiri di sisi para pengunjuk rasa sambil menunggu perintah. Sementara itu sejumlah besar anggota polisi berseragam polisi berdiri di bawah pepohonan yang rindang untuk berteduh, terlihat juga sebuah kendaraan pengacau sinyal yang sedang diparkir di TKP.

Ada netizen yang memposting foto-foto TKP menyebutkan bahwa beberapa anggota polisi melepas seragam polisi lalu masuk ke dalam kerumunan para pengunjuk rasa.

Dalam sebuah video terlihat seorang pria yang memprotes berteriak: “Kami kesulitan, uang simpanan kami di bank desa Henan tidak berhasil ditarik. Tetapi mereka meminjam kekuatan pemerintah dan kekuatan preman, bahkan banyak anggota polisi, para preman berpakaian putih dan hitam yang bersembunyi di taman. Mereka itulah kekuatan dunia hitam yang dipakai pemerintah untuk menekan kami para warga sipil”.

Seorang wanita bermarga Zhang yang datang dari Provinsi Shandong mengatakan kepada reporter Associated Press : “Kami kemari hari ini bertujuan untuk mendapatkan kembali tabungan kami. Di rumah saya masih ada orang tua dan anak-anak yang membutuhkan biaya, dan tidak dapat menarik tabungan saya telah mempengaruhi hidup saya secara serius”.

Mrs. Zhang mengatakan bahwa anggota polisi sudah memblokir jalan-jalan di pagi hari. Pukul 08.00 pagi, polisi mulai berkumpul di sisi lain. Seorang pejabat dari kantor pengawas perbankan dan seorang pejabat pemerintah daerah setempat datang ke tempat kejadian dan mencoba berbicara dengan para deposan yang memprotes.

Sekitar pukul 10:00, polisi menggunakan pengeras suara mengumumkan bahwa para nasabah bank ini telah melakukan pertemuan ilegal. Segera setelah itu, para petugas berpakaian preman yang tak dikenal ini langsung menyerbu kerumunan pengunjuk rasa untuk menangkap, meninju, menendang, dan menarik mereka dengan cara yang kasar. Situasi langsung berubah kacau.

Video itu memperlihatkan ada beberapa orang nasabah yang dipukuli sampai berdarah-darah, bahkan ada nasabah cacat yang dipukuli hingga jatuh pingsan, para wanita juga diseret dan dibawa pergi, dan banyak penabung diseret secara paksa dan digiring ke mobil polisi.

Berita tentang unjuk rasa menuntut hak nasabah penyimpan dana yang diperlakukan secara kekerasan di Kota Zhengzhou segera menyebar luas di jejaring sosial Tiongkok, tetapi juga terus disensor oleh pihak berwenang.

Tulisan yang dipostingkan oleh seseorang dengan nama akun “TatamCa” menyebutkan : “#Bank of China Zhengzhou telah menggunakan kekerasan untuk menghadapi nasabahnya. # Entri yang terus dihapus (pihak berwenang) ini membuat saya pelan tapi pasti kehilangan kepercayaan saya terhadap negara ini”.

Akun dengan nama “NDY-E” menulis : “Saya benar-benar ingin muntah. Setelah banyak korban insiden Tangshan angkat bicara, berapa banyak gangster yang masih bercokol di berbagai provinsi, kota, distrik, dan kabupaten di Tiongkok ?”

Pada April tahun ini, bermunculan kasus nasabah sejumlah bank desa di Provinsi Henan gagal untuk menarik dana simpanan mereka. Para nasabah ini ingin ke Henan untuk mendapatkan kembali uang simpanannya, namun setibanya di Kota Zhengzhou, kartu kesehatan mereka tiba-tiba dimerahkan pihak berwenang, berarti yang bersangkutan dinyatakan sebagai pasien COVID-19 atau orang yang berkontak dengan pasien COVID-19 sehingga dilarang keluar rumah. Kebebasan mereka otomatis dibatasi.

Kejadian ini menimbulkan keprihatinan besar dari masyarakat. Menurut media Central News Agency, bahwa kasus bank di Henan gagal membayar dana deposito yang jumlahnya hingga RMB.40 miliar, mempengaruhi sekitar 400.000 deposannya. (sin)