Ribuan Nasabah di Zhengzhou, Tiongkok Gelar Aksi Protes Hingga Diserang, Aparat Tangkap Demonstran Serta Diangkut dengan 40 Bus

Lin Cenxin dan Chang Chun

Sebanyak 2.000 hingga 3.000  deposan dari Bank Perkreditan Rakyat Henan yang berasal di seluruh negeri berdatangan ke Cabang Pembantu  People’s Bank of China Zhengzhou  untuk memprotes hak-hak mereka pada Minggu (10/7/2022).  Menjelang tengah hari, sejumlah besar orang berpakaian putih dan hitam dengan kasar menyeret, menangkap  dan mengirim mereka ke berbagai lokasi untuk dikendalikan.

Video terkait beredar di media sosial daratan Tiongkok, menyebabkan kemarahan di kalangan netizen. Mereka mempertanyakan tindakan aparat  di Henan yang malah memperlakukan deposan dengan kejam, termasuk para wanita, wanita hamil dan orang cacat.

Nasabah Tuntut Uang Mereka Agar Dikembalikan dan Dikepung Preman

Seorang Deposan Zhang Jie (nama samaran)  kepada The Epoch Times pada 10 Juli mengatakan bahwa, “Pagi itu, mulai pukul lima pagi, kami yang terdiri dari dua atau tiga ribu deposan yang datang dari seluruh negeri ke Zhengzhou, Henan. Di gerbang People’s Bank of China, kami datang untuk menuntut uang kami. ”

Video yang beredar menunjukkan bahwa setelah pukul 05:00 pagi 10 Juli, orang-orang membentangkan kain putih di tangga  depan  People’s Bank of China  Zhengzhou, dan berulang kali meneriakkan, “Bank Henan, kembalikan deposit saya.”

Tuntutan lainnya adalah “Menolak perlakuan kekerasan terhadap para deposan oleh polisi Henan”. Mereka juga menuntut : “Menentang pemukulan kejam terhadap para deposan oleh pemerintah provinsi Henan berkaitan dengan dunia hitam.” 

Tuntutan lainnya “Meminta penyelidikan secara ketat terhadap pejabat yang sebenarnya dengan kode merah di Henan”. Para deposan juga menanyai komite partai provinsi Lou Yangsheng dan insiden kode merah. Mereka menuntut segera digelarnya penyelidikan secara menyeluruh.

Sejak April lalu, simpanan 4 bank desa di Henan dan 2 bank di Anhui telah dibekukan. Sebanyak 400.000 nasabah tidak dapat menarik uang mereka. Jumlah simpanan diperkirakan RMB. 40 miliar atau setara Rp 89 Triliun rupiah. Setelah lebih dari dua bulan membela hak-hak mereka, aksi dengan massa terbesar meledak pada 10 Juli. Pihak berwenang meresponnya dengan mengirimkan lebih banyak petugas berpakaian preman dan aparat kepolisian.

Warga bernama samaran Zhang Jie itu berkata bahwa, tanpa ada pemimpin untuk berkomunikasi dengan mereka, sejumlah besar polisi berpakaian preman diterjunkan untuk mengepung masyarakat, “Ada banyak polisi berseragam di Zhengzhou, Henan, dan banyak dari mereka berpakaian preman. Jumlah mereka sekitar tiga atau empat ribu mengelilingi kami.”

Orang-orang Berpakaian Putih dan Hitam Menangkap Warga Tanpa Pandang Bulu

Zhang Jie mengatakan bahwa sekitar pukul 11 siang, ada banyak orang berpakaian seragam putih dan hitam di tempat kejadian. Ia berkata :  “Saya tidak tahu apakah mereka  polisi berpakaian preman, jadi mereka mendatangi kami dan membawa semua deposan menuruni tangga. Mereka ditarik, diseret, ditendang, dipukuli, mata mereka terluka, hidung mereka terluka. Bahkan kuku di kaki mereka tercabut.”

Para deposan yang tidak puas mengatakan bahwa mereka  hanya ingin meminta pengembalian tabungan  mereka.  Banyak orang yang hadir  adalah orang-orang yang rentan, tetapi polisi berpakaian preman  dengan kasar menarik orang-orang tanpa pandang bulu.

Zhang Jie menjelaskan, ada orang tua, anak-anak, orang cacat, dan wanita hamil di antara kerumunan massa. Setelah orang-orang berseragam putih dan hitam  datang, tidak peduli siapa Anda, mereka akan menyeret orang-orang secara langsung. Ada di antara massa adalah orang cacat di kursi roda, kemudian juga diseret dengan kejam. Bahkan, para wanita hamil juga dibawa pergi oleh mereka. Tidak jelas apakah keselamatan pribadi mereka aman atau tidak.” 

Nasabah Ditangkap dan Diangkut dengan 40 Bus. Orang-orang Dikirim ke Banyak Tempat

Warga itu juga mengungkapkan, “Hampir 2.000 dari kami ditangkap. Kemudian mereka memiliki setidaknya 40 bus di tempat kejadian. Setiap bus dipenuhi oleh orang-orang yang ditarik dan dimasukkan ke dalam bus. Kemudian petugas berseragam (polisi) mulai mengendalikan orang-orang di dalam mobil.”

Menurut seorang deposan, setelah pihak berwenang menangkap orang-orang, mereka membubarkan massa ke berbagai benteng seperti Universitas Keuangan dan Ekonomi Zhengzhou, Institut Teknologi Henan, Universitas Sains dan Teknologi Henan, Sekolah Dasar Pusat Dahe Road, dan Villa Qinglong. Sehingga nasib mereka tak diketahui .

Zhang Jie juga mengungkapkan bahwa para deposan belum makan sampai sore. Apalagi para deposan yang terluka, harus membayar sendiri perawatan medis mereka.

Netizen Marah, Kutuk Dunia Hitam Henan

Video aparat menangkap deposan dengan kejam, telah menimbulkan kecurigaan dan kemarahan di kalangan masyarakat. Beberapa netizen dari provinsi lainnya di Tiongkok mengatakan, “Sayang sekali. Orang-orang berpakaian putih memukuli orang dengan jeruji besi, orang cacat dilumpuhkan, dan beberapa orang matanya luka berdarah. Wanita hamil juga tidak luput, ditarik pergi. Langit tak tertahankan untuk melihat kejadian ini, tetapi setiap reformasi dimulai dengan pertumpahan darah.”

Beberapa netizen mempertanyakan bahwa tindakan otoritas Henan seperti dunia hitam. “Di siang hari bolong, beberapa orang tak dikenal memukuli dan menendang deposan! Ini adalah kekejaman. Ternyata dunia hitam terbesar adalah diri mereka sendiri.”

Dalam bentrokan antara polisi dan masyarakat pada 10 Juli, seorang deposan dipukuli dengan leher patah, saat ini dalam keadaan koma di Rumah Sakit Kedua Kota Zhengzhou. (disediakan oleh responden)

Banyak juga orang-orang melihat para deposan Henan secara legal meminta simpanan mereka, tetapi mereka dihadapkan dengan kekerasan, dan mempertanyakan apakah simpanan mereka aman : “Jadi amankah menyimpan uang, apakah sulit untuk menaruh uang tunai di rumah?”  Netizen lainnya juga memperingatkan :  Lihat situasi ini, (Pihak berwenang) akan gagal membayar utang mereka bahkan jika mereka mati! Melihat situasi para penabung, jika mereka mati, mereka harus mendapatkan kembali simpanan mereka, jadi mari kita berjuang sampai mati. “

Beberapa orang juga berkata, “Hati nurani orang-orang telah hilang dan tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi. Kebencian ini akan terkubur di hati keluarga dan keturunan para nasabah yang diracuni selama beberapa generasi. Akan ada hari-hari ketika datang sebuah kesempatan,  mereka kembali dalam berbagai bentuk.” (hui)