Gelombang Stop Bayar Angsuran KPR Melanda Seluruh Negeri, Betapa Pahitnya Pengalaman Debitur KPR Tiongkok

 oleh Li Yun, Gu Xiaohua dan Liu Fang 

Gara-gara terputusnya rantai modal perusahaan pengembang real estat, sejumlah besar bangunan di lebih dari 20 provinsi di Tiongkok menjadi terbengkalai, sehingga para pembeli melalui KPR yang jumlahnya bisa mencapai puluhan atau ratusan ribu orang sepakat untuk menghentikan angsuran. Beberapa pembeli lewat KPR mengatakan bahwa pemerintah selain tidak bertindak, tetapi para debitur yang berunjuk rasa untuk menuntut hak-hak mereka justru diperlakukan dengan kekerasan oleh kepolisian.

Proyek-proyek real estate di seluruh Tiongkok, satu per satu menghentikan pembangunannya, menunda jadwal penyerahan kepada pembeli dan dibiarkan terbengkalai. Situasi yang memancing debitur KPR menghentikan angsuran ini sekarang sudah menyebar ke seluruh negeri.

Pada 15 Juli, warga Kota Wuhan Ms. Li mengatakan bahwa gedung apartemen tahap kedua dari Komplek Perumahan Xiangyu Huajing yang dibangun oleh pengembangnya Grup Meihao telah menjual 1.000 ruangannya kepada Kantor Administrasi Aset Milik Negara, sehingga yang 500 unit ruangannya dijual kepada masyarakat yang berminat. Tetapi gedung tersebut menjadi terbengkalai pembangunannya tak lama kemudian.

“Kemudian kami mulai membicarakan hal tersebut dengan pemerintahan yang berwenang dan dengan pihak dari pengembang sejak bulan Oktober tahun lalu. Dan pejabat pemerintah yang menemui kami sampai-sampai bertepuk dada dan berujar bahwa tidak mungkin dibiarkan terbengkalai. Serah terima pasti dilakukan tepat waktunya”, kata Ms. Li.

Waktu serah terima ruang apartemen sesuai kontrak adalah Desember 2021, tetapi kemudian dikatakan bisa tertunda hingga Juni tahun ini. dan Kantor Administrasi Aset Milik Negara masih saja tidak bersuara.

Ms. Li menambahkan, Pada Maret tahun ini, Grup Meihao juga menghentikan pembangunan gedung apartemennya yang berlokasi di Distrik Hongshan, Wuhan. Orang-orang menemukan bahwa masalahnya sangat serius, lalu kembali mendatangi pemerintah yang berkepentingan juga pihak pengembang. Tetapi sama seperti sebelumnya, yaitu berbicara panjang lebar yang isinya hanya menutupi masalah, mengulur waktu penyerahan, janji dan janji yang tidak habis-habisnya. 

Para pembeli lewat KPR yang tak berdaya ini kemudian berunjuk rasa pada 14 Maret tahun ini.

Ms. Li mengatakan : “Warga yang ikut berunjuk rasa hari itu sekitar 200 orang, petugas polisi yang didatangkan jauh lebih banyak, sehingga pagi itu kami hanya mempertahankan hak kami di dalam area proyek. Pukul 15.00 atau 16.00 sore hari itu, kami mengalihkan unjuk rasa ke pinggir jalan raya samping proyek tetapi 5 menit kemudian. Saya diseret oleh polisi dan dipukuli. Sampai saya harus berbaring di rumah selama seminggu karena sakit. Kami juga menemui seorang peserta unjuk rasa yang mengalami patah tulang karena pemukulan hingga perlu dirawat selama 2 pekan di rumah sakit dan menghabiskan biaya pengobatan RMB. 30.000,- lebih”.

Li mengatakan bahwa seorang debitur KPR asal Kota Hangzhou yang ikut berunjuk rasa ditahan sampai 15 hari, belasan lainnya berulang kali diperingati pihak berwenang karena membuat membuat dan menyebarkan materi publisitas. Namun sejauh ini belum juga jelas kapan rumah yang kita beli akan diserah-terimakan, sedangkan kita harus tetap membayar angsuran KPR bulanan yang jumlahnya tidak kecil.

Warga itu mengatakan, Angsuran KPR bulanannya adalah RMB. 6.000,- lebih, belum lagi masih terbeban hutang lainnya yang jumlahnya ratusan ribu, jika dihutung bersama bunganya bisa melebihi 2 juta yuan. Ia memutuskan untuk menghentikan angsuran jika sampai 1 November pengembang belum juga mulai bekerja”.

Pada 1 Juni tahun ini, para pembeli mengeluarkan pernyataan bahwa angsuran KPR akan ditangguhkan mulai bulan November. Selanjutnya, tindakan tersebut diikuti oleh debitur KPR gedung apartemen seperti Wuhan Greenland Galaxy Club dan Evergrande. 

Ms. Li mengatakan bahwa temannya yang debitur KPR juga menemui pengembang tidak melanjutkan pembangunan gedung yang dibiarkan menjadi proyek terbengkalai. Tak menutup kemungkinan ia juga akan bergabung dengan barisan stop bayar angsuran KPR. (sin)