Seruan dari Indonesia Agar Dihentikannya 23 Tahun Penganiayaan Partai Komunis Tiongkok Terhadap Praktisi Falun Gong

ETIndonesia- Sejumlah praktisi Falun Dafa menggelar aksi dengan tema menuntut penganiayaan yang diluncurkan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap para praktisi Falun Gong atau biasa disebut Falun Dafa agar segera dihentikan.  

Diperkenalkan oleh Mr Li Hongzhi, Falun Gong, juga disebut sebagai Falun Dafa, menjadi buah bibir pada era-1990-an. Orang-orang di seluruh negeri Tiongkok memberi tahu teman-teman dan keluarga mereka untuk berlatih bentuk qigong ini, karena diyakini sebagai wujud sejati qigong asli. Kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

Banyak orang yang menceritakan manfaat yang diperoleh setelah berlatih Falun Gong, berupa peningkatan kesehatan mental dan fisik dengan berkultivasi pada prinsip sejati-baik-sabar.

Kegiatan dari praktisi Falun dafa Jabotabek digelar di Depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (23/07/2022). Adapun di Surabaya, Jawa Timur digelar di depan Konsulat Tiongkok Jl. Mayjen Sungkono pada hari yang sama.

Kegiatan dari praktisi Falun dafa Jabotabek digelar di Depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu 23 Juli 2022

Seruan serupa juga disampaikan oleh para praktisi Falun Dafa di Batam, Kepulauan Riau pada Minggu (17/07/2022) yang digelar di kawasan wisata New Ocarina.

Sedangkan pada hari yang sama, para praktisi Falun Dafa di Bali menggelar kegiatan ini di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar.

Acara yang digelar oleh para praktisi Falun Dafa di Jakarta diwarnai dengan hujan deras, meski demikian tak menyurutkan tekad mereka.

Kegiatan dari praktisi Falun dafa Jabotabek digelar di Depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu 23 Juli 2022

Para praktisi selain memperagakan perangkat latihan Falun Dafa, warga yang melintas juga aparat serta kamera CCTV yang terpasang di depan Kedutaan dapat menyoroti spanduk besar yang dipasang  bertuliskan ‘End 23 Years Persecution of Falun Gong 20 July 1999 – NOW.

Spanduk lainnya bertuliskan ‘Partai Komunis China Merampas Organ Praktisi Falun Dafa Hidup-hidup dan Menjualnya Secara Ilegal’  dan ‘Stop Persecution of Falun Gong in China.’ Bahkan spanduk yang bertuliskan ‘Falun Dafa Brings Hope to Mankind. Sejati-Baik-Sabar.’

Ketua Himpunan Falun Dafa Indonesia Gatot Machali dalam pers rilisnya menegaskan kegiatan digelar untuk mengetuk dan menggedor-gedor nurani siapapun tentang penindasan yang dialami disiplin spiritual Falun Gong oleh PKT yang masih terus berlanjut walupun dengan gaya penjagalan yang semakin senyap.

Kegiatan dari praktisi Falun dafa Jabotabek digelar di Depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu 23 Juli 2022

“Bukan hanya menjagal tubuh fisik mereka, tapi barang bukti kejahatan mereka, ia jagal dengan tungku kremasi, sehingga abu jenazah para pengikut Sejati Baik Sabar itu tak bisa lagi mengisahkan betapa jahat dan kejinya kejahatan ini,” tegasnya.

Bukan hanya itu saja, setelah tubuh mereka dihancurkan dan organ mereka dikomersialkan untuk wisata transplantasi organ dan memenuhi kegilaan PKT akan materi dan kekayaan, nama baik dan martabat praktisi Falun Dafa dihancurkan dengan serangkaian propanda yang memfitnah.

Kegiatan dari praktisi Falun dafa Jabotabek digelar di Depan Kedutaan Besar Tiongkok di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu 23 Juli 2022

“Mencuci otak dunia (Tindakan PKT) bahwa Falun Dafa adalah hama bagi dunia yang layak dimusnahkan. Dan, akhirnya dunia menganggap apa yang dilakukan PKT terhadap Falun Dafa adalah benar dan wajar,” ungkapnya.

Gatot menjelaskan akibat dampaknya ketika hati nurani dunia menjadi bebal, maka dalam satu peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh PKT terhadap praktisi Falun Dafa pada 20 Juli 1999, maka berdampak sangat luas bagi nurani dan rasa kemanusiaan itu sendiri. “Masih hidupkan nurani dan rasa kemanusiaan itu sendiri?,” tanyanya.

Ketika 23 tahun Falun Dafa dianiaya, kata Gatot, respon publik dunia sangat dingin dan senyap. Mendengar seolah tidak mendengar, tahu seolah tidak tahu, dikarenakan PKT telah membunuh nurnai dan membelinya dengan harga yang murah.

Warga memberikan petisi dukungan

“Layakkah menjual nurani dengan kesepakatan perdagangan yang tak pernah suplus? Layakkah menggadaikan nurani kita dengan janji infrsatruktur yang akhirnya menjadi jebakan maut? Layakkah membarter nilai tradisi bangsa yang diwariskan oleh Founding Father dengan sosialisme  bercirikan Tiongkok yang seolah menjanjikan lompatan kemajuan dalam sekejap , tapi kenyataannya bersama-sama terjun ke jurang,” paparnya.

warga memberikan dukungan petisi

Oleh karena itu, Gatot menambahkan The Last but not the Least, 23 Tahun Falun Dafa ditindas oleh PKT, bukan ingin mengemis-ngemis untuk dikasihani.  

“Memang Falun Dafa mungkin tidak satu keyakinan, satu ras, satu bangsa, satu negara, jauh dari tempat Anda. Tapi perlu diingat bahwa kita berada pada satu bahtera kemanusiaan yang sama. Apa yang tidak mungkin di era globalisasi ini di mana segala sesuatu bisa berpindah dengan sangat cepat. Sebagaiman virus verpindah tempat, Kejahatan PKT sangat mungkin bisa berpindah tempat. Bahkan, mungkin datang tepat di rumah Anda. Karena “Ketidakadilan di suatu tempat adalah Ancaman pada keadilan di semua tempat,” ujarnya.  

Kegiatan kemudian diakhiri dengan nyala lilin bersama dengan memajang foto-foto para praktisi Falun Dafa yang menjadi korban penindasan dan penganiayaan. (asr)