Beijing Menjatuhkan Sanksi Kepada Nancy Pelosi dan Membatalkan 8 Program Kerjasama AS – Tiongkok

oleh Luo Ya, Cheng Jing

Pemerintah Tiongkok menjatuhkan sanksi terhadap Nancy Pelosi dan anggota keluarga dekatnya, dan mengumumkan 8 tindakan balasan terhadap Amerika Serikat. Analisis ahli mengungkapkan bahwa Beijing sedang berupaya untuk menyelamatkan mukanya karena salah menilai situasi kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan. Soal pembatalan kerjasama antara Tiongkok dengan Amerika Serikat itu jelas tidak menguntungkan Tiongkok. Sesungguhnya pola Amerika Serikat – Tiongkok – Taiwan yang sudah mapan itu sama sekali tidak berubah !

Pada 5 Agustus, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan pengenaan sanksi kepada Ketua DPR-AS Nancy Pelosi dan keluarga dekatnya karena “bersikeras mengunjungi Taiwan yang sangat mengganggu urusan dalam negeri Tiongkok dan secara serius mengancam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan”. Namun, Kementerian Luar Negeri tidak secara spesifik menyebutkan jenis sanksi yang dijatuhkan kepada Pelosi.

Beijing kemudian memperkenalkan 8 tindakan balasan terhadap Amerika Serikat, termasuk : membatalkan panggilan telepon antara komandan Komando Daerah Militer Tiongkok dengan Amerika Serikat, membatalkan pertemuan kerja antara Kementerian Pertahanan Tiongkok dengan Amerika Serikat, membatalkan pertemuan mekanisme konsultasi keamanan militer maritim Tiongkok – AS, menangguhkan kerja sama repatriasi imigran gelap antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, menangguhkan kerja sama bantuan peradilan pidana Tiongkok – AS, menangguhkan kerja sama dalam memerangi kejahatan transnasional antara Tiongkok dengan AS, menangguhkan kerja sama dalam pengendalian narkoba, dan penangguhan pembicaraan perubahan iklim Tiongkok – AS.

Begitu mendengar Ketua DPR-AS Pelosi akan berkunjung ke Taiwan, pemerintah Tiongkok berulang kali mengancam dengan mengatakan “konsekuensinya harus dipikul sendiri”. Selebriti internet Hu Xijin bahkan mengatakan bahwa pesawat yang membawa Pelosi dan rombongan akan ditembak jatuh, yang langsung diikuti dengan sorakan “hajar ! bunuh !” oleh para little pink komunis. Namun, Pelosi tiba di Taiwan dengan aman pada 2 Agustus malam, bahkan meninggalkan Taipei setelah pertemuan tingkat tinggi dengan Tsai Ing-wen dan pejabat Republik Tiongkok lainnya pada hari berikutnya. Ancaman kosong Hu Xijin tentunya membuat hati para little pink hancur berkeping-keping yang akhirnya mengarahkan kemarahannya kepada PKT.

Beijing sedang menyelamatkan mukanya, pola AS – Tiongkok – Taiwan tidak berubah

Dua hari setelah Pelosi meninggalkan Taiwan, Beijing meluncurkan sanksi. Hu Ping, seorang komentator politik mengatakan kepada The Epoch Times, bahwa PKT sebenarnya sedang berusaha untuk mengatasi situasi yang kurang menguntungkan dirinya. Karena “Sejak awal nada (ancamannya) Beijing sudah terlalu tinggi, berteriak terlalu keras tanpa pertimbangan. sehingga menderita malu setelah kenyataan Pelosi tiba juga di Taiwan. Lebih-lebih merasa canggung kalau tidak show off force dengan menggelar latihan militer  sebagai topeng untuk menutupi mukanya”, kata Hu Ping.

Jika drama ini terus berlanjut, kata Hu Ping : “Tidak akan ada konsekuensi serius bagi semua pihak. Sama seperti beberapa krisis Selat Taiwan di masa lalu, itu bukan masalah besar. Pola mapan AS – Tiongkok – Taiwan pada dasarnya tetap tidak berubah”.

Selama lebih dari 20 tahun, sejak kunjungan Lee Teng-hui ke Amerika Serikat, sejumlah peristiwa seperti Lee Teng-hui dan Chen Shui-bian ikut pemilihan presiden, Chen Shui-bian terpilih sebagai presiden dan lainnya, “PKT selalu berteriak dengan nada keras, dan mengancam perang. Tetapi akhirnya tidak terjadi apa-apa. Oleh karena itu, rakyat Taiwan sama sekali tidak terkejut, tenang-tenang saja dan tidak menanggapinya secara serius”, kata Hu Ping.

Hu Ping percaya bahwa Beijing seharusnya sangat jelas bahwa reunifikasi damai tidak mungkin terjadi kecuali dengan kekuatan militer, karena rakyat Taiwan menolak kebijakan Satu Negara Dua Sistem. Namun saat ini reunifikasi dengan kekuatan militer belum bisa terlaksana yang hambatan utamanya terletak pada ada Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Hu Ping mengatakan, PKT kini hanya berharap bahwa setelah beberapa tahun ke depan, di mana kemampuan nasionalnya, termasuk kekuatan militer Tiongkok sudah tumbuh lebih besar dan mantap, sedangkan AS sudah mulai mengendurkan niatnya untuk melindungi Taiwan. Saat itu kekuatan militer Taiwan sendiri tidak mampu mengimbangi kekuatan militer Tiongkok, maka gertakan dengan serangan militer saja mungkin sudah cukup untuk membuat Taiwan bertekuk lutut terhadap Satu Negara Dua Sistem.

Amerika Serikat juga menyadari bahwa ia perlu hidup berdampingan secara damai dengan Tiongkok yang sekarang telah menjadi negara besar. tegas Hu Ping. Jadi yang menjadi pertimbangan PKT adalah, bahwa AS perlu membagi kembali lingkup pengaruh di seluruh dunia sebagaimana yang dahulu dilakukan dengan Uni Soviet. Sedangkan Taiwan sangat dekat dengan daratan Tiongkok dan jauh dari Amerika Serikat, Jelas Amerika Serikat tidak akan menempatkan Taiwan sebagai inti kepentingannya. 

Namun, perlu dicatat, kata Hu Ping : “Dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan, jika sifat kediktatoran satu partai tetap tidak berubah, sedangkan kekuatan nasional dan militer Tiongkok mengalami pertumbuhan. Pada saat itu, Taiwan akan sangat berbahaya. Itulah masalah yang harus benar-benar kita perhatikan”.

Apa jenis sanksi yang dikenakan terhadap Pelosi sampai diejek publik ?

Mengenai sanksi Beijing terhadap Pelosi dan keluarganya, Yen Chien-Fa, seorang profesor manajemen bisnis di Universitas Sains dan Teknologi Jianxing Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times pada 5 Agustus bahwa sanksi hanya bersifat simbolis, karena Pelosi tidak perlu pergi ke Tiongkok, jadi demi kepentingan propaganda internal, PKT mengeluarkan sanksi sekaligus sebagai pengimbang sanksi AS, yang maknanya tak lain hanyalah simbolis.

Wu Te, seorang komentator media independen daratan Tiongkok juga percaya bahwa sanksi itu tidak ada artinya. Kepada The Epoch Times ia mengatakan bahwa propaganda di dalam tembok menekankan bahwa sanksi terhadap Pelosi seperti juga sanksi terhadap Mike Pompeo, akan mencegah mereka bekerja di perusahaan yang melakukan bisnis dengan Tiongkok setelah kelak mereka lengser, tetapi keduanya adalah orang-orang dengan ide-ide tegas. Mereka tak peduli dengan kehilangan ini.

Dalam hal ini, netizen Weibo daratan Tiongkok mengomentari dengan tulisan yang mengolok-olok tindakan PKT menjatuhkan sanksi kepada Pelosi

Pengacara Klaw @klaw1207 mengomentari dengan menyebutkan : Bakal sengsara Pelosi di kemudian hari :

1. Tidak bisa menggunakan ponsel Xiaomi

2. Tidak bisa menggunakan Taobao untuk membeli barang

3. Tidak bisa menggunakan Alipay

4. Tidak bisa menggunakan iQiyi untuk menyaksikan film-film drama

5. Tidak bisa masuk ke Tiongkok

6. Tidak bisa mendapatkan vaksin Sinovac

Yang paling serius adalah anak-anaknya tidak bisa studi di Tiongkok, mereka hanya bisa studi di Universitas Harvard, sekolah tingkat “burung pegar” di Amerika Serikat !

Netizen hongnian che@HongnianC menulis :

Bagaimana sanksi itu dijatuhkan kepada Pelosi ?

Apakah karena dia memiliki angsuran pinjaman KPR di proyek terbengkalai ?

Apakah karena dia memiliki simpanan di bank desa Tiongkok ?

Melarang dia pergi ke Tangshan untuk menikmati BBQ ?

Melarang dia bertamasya ke Lapangan Tiananmen ?

Karena itu, otoritas tidak berani mengatakan apa sanksi spesifiknya. Saya jadi khawatir nantinya Amerika Serikat juga akan meniru ! Sebagai sanksi timbal balik !

Netizen l’étrangère @LJardine93 menulis : Sebuah lelucon besar. Menipu orang-orang di dalam tembok dengan kata-kata tak bermakna.

Ada pula netizen yang mencemooh : “Menanggapi himbauan ibu pertiwi, saya dengan sungguh-sungguh mengumumkan bahwa saya akan memberikan sanksi berat kepada Pelosi ! Selama Pelosi menjabat sebagai Ketua DPR, saya tidak akan mencalonkan diri di Kongres, saya juga tidak akan mencalonkan diri sebagai Ketua DPR-AS maupun ikut mencalonkan diri sebagai presiden AS ! Saya akan berjuang untuk membuat imperialisme Amerika Serikat merasa takut yang luar biasa, hum !” – tulis @Penny0571, belatung parasit di dalam sistem.

Pembatalan kerja sama militer hanya akan meningkatkan risiko salah penilaian yang menimbulkan masalah bagi AS

Tiongkok membatalkan delapan program pembicaraan dan kerja sama, tiga di antaranya adalah panggilan telepon antara komandan Komando Daerah Militer, pertemuan kerja antara Kementerian Pertahanan Tiongkok – AS, dan mekanisme konsultasi Keamanan Militer Maritim Tiongkok – AS. 

Pembatalan ketiga program ini telah memutus tali pertukaran urusan militer antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Kepada The Epoch Times Wu Te mengatakan bahwa ini akan meningkatkan risiko salah penilaian dan kesalahpahaman di kedua belah pihak, yang sebenarnya bukan hal yang baik untuk Tiongkok. Itu adalah tindakan untuk mempercepat decoupling / pemisahan politik antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Wu Te berpendapat bahwa penangguhan 5 program lainnya yang menyangkut penangguhan kerja sama repatriasi imigran gelap antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, menangguhkan kerja sama bantuan peradilan pidana Tiongkok – AS, menangguhkan kerja sama dalam memerangi kejahatan transnasional antara Tiongkok dengan AS, menangguhkan kerja sama dalam pengendalian narkoba, dan penangguhan pembicaraan perubahan iklim Tiongkok – AS, masih dapat dianggap relatif kecil pengaruhnya.

Diantaranya, soal item ketujuh yang menyangkut penangguhan kerja sama anti-narkoba, Wu Te mengatakan : “Ini agak merugikan AS. Mungkin dengan penangguhan ini Tiongkok bisa meningkatkan lagi ekspor fentanil ke Amerika Serikat, dengan tujuan untuk menimbulkan masalah bagi AS. Dengan penangguhan item ini diperkirakan bahwa dalam waktu pendek ini fentanil akan kembali membanjiri Amerika Serikat”.

Dibandingkan dengan sanksi terhadap Pelosi, Yen Chien-Fa percaya bahwa pembatalan kerja sama Tiongkok – AS lebih memiliki efek yang substansial.

Yen Chien-Fa mengatakan, PKT adalah pemerintah jahat yang tidak bertindak sesuai dengan sistem hukum dan tidak mementingkan hak asasi manusia. Tetapi AS butuh, unit eksekutif AS, seperti pengendalian narkoba, perubahan iklim, negosiasi keamanan maritim, dll., perlu bekerja sama.

Misalnya, “Sangat penting untuk bersama-sama memerangi perdagangan narkoba. Sulit dilakukan tanpa bekerja sama antara kedua belah pihak, tetapi PKT tidak khawatir, karena ia memang mengabaikan hak asasi manusia dan proses hukum. Ketika perdagangan narkoba datang dari Tiongkok, bagaimana Amerika Serikat bisa menindaknya ? Amerika Serikat membutuhkan kerja sama dengan Tiongkok. Ada hal-hal seperti mekanisme keamanan maritim yang juga membutuhkan kerja sama”.

Yen Chien-Fa mengatakan bahwa ini sama dengan membuat masalah kepada cabang eksekutif AS, dan kemudian menggunakan cabang eksekutif untuk memberikan tekanan dan menciptakan konflik internal di Amerika Serikat. Namun, dengan cara ini, Amerika Serikat dapat menjatuhkan sanksi yang lebih berat, termasuk kontrol yang lebih ketat terhadap imigrasi Tiongkok atau masuknya dana dari Tiongkok.

Yen mengatakan bahwa penangguhan kedelapan program kerja sama itu tidak ada hubungannya dengan ekonomi dan perdagangan, atau hanya sedikit sekali pengaruhnya bagi Tiongkok. Di kemudian hari, Beijing mungkin lebih memfokuskan pada kepentingan ekonomi dan perdagangan, seperti soal tarif. Washington memiliki lebih banyak kekuatan tawar-menawar daripada Beijing. Tetapi yang dirugikan adalah rakyat Tiongkok

Analis : Pembatalan kerja sama secara jangka panjang merugikan Tiongkok

Namun, sanksi yang dikeluarkan Tiongkok mungkin tidak efektif. Amerika Serikat tidak akan merasa terlalu dipersulit karena ia mampu memperbaiki diri dengan menambah sedikit tindakan kerasnya atau meningkatkan upaya kontrolnya. “Inilah perbedaan antara negara biadab dengan negara beradab. Negara beradab memiliki sistem dan aturan untuk melakukan sesuatu”, kata Yen.

Singkatnya, Yen Chien-Fa mengatakan bahwa keengganan untuk berkomunikasi atau berdialog dengan Amerika Serikat akan merugikan Tiongkok dalam jangka panjang. “Tetapi Beijing tidak mempertimbangkan hal ini. Biar itu dipertimbangkan dan diatasi nanti usai Kongres Nasional ke-20”.

Yen Chien-Fa percaya bahwa poin utamanya adalah, “Sistem dan arah pembangunan Tiongkok berjalan berlawanan dengan tren dunia. Mereka membangun garis sosialis yang berpusat pada partai, yang sama sekali berbeda dari pendekatan masyarakat Barat untuk mengadvokasi hak asasi manusia dan demokrasi. Begitu pula mekanisme pasarnya berbeda. Oleh karena itu, pada akhirnya mereka yang akan mengalami kerugian besar”.

Yen percaya bahwa AS secara keseluruhan masih lebih unggul daripada Tiongkok. “Selanjutnya, seiring dengan melemahnya kekuatan nasional Rusia, dan NATO mulai beralih fokus terhadap urusan Asia – Pasifik, niscaya Tiongkok akan semakin terisolasi”. (sin)