Korban yang Selamat dari Genosida Khmer Merah Kamboja : Partai Komunis Brutal dan Sadis

NTD

Nal Oum, seorang Khmer Merah Kamboja yang selamat dari pembantaian, baru-baru ini menerima wawancara eksklusif dari reporter media The Epoch Times. Dia menggunakan pengalamannya sendiri untuk memberitahu kepada semua orang tentang kebrutalan berdarah partai komunis. Dia memperingatkan Barat : Partai komunis tidak akan pernah berubah, ambisi mereka adalah untuk mendominasi dunia.

Nal Oum mengatakan : “Semua (penganut komunisme) tidak berbeda, mereka menyusup, menyusup, memecah belah, merusak Anda dari dalam, menghancurkan dari akar rumput negara, pertama melalui menghancurkan keluarga, lalu negara. Ambisi mereka tidak hanya terhadap satu negara, tetapi ingin menghancurkan seluruh dunia”.

Nal Oum adalah mantan wakil direktur Rumah Sakit Nasional Phnom Penh di Kamboja. Dia tidak akan pernah lupa bahwa pada hari Partai Komunis datang, semua orang di rumah sakit diperintahkan untuk mengungsi. Kemudian dia menyaksikan sendiri rumah sakit, tempat dia bekerja selama 13 tahun, dihancurkan dalam waktu dua jam.

“Tiba-tiba saja kami semua mengerti bahwa anak-anak kami, seluruh rumah sakit akan menjadi pemakaman umum”.

“Saya melihat seluruh rumah sakit hancur dalam 2 jam itu, rasanya seperti langit runtuh menimpa kepala saya, dan ketika sudah sadar, saya telah kehilangan semua orang, segalanya”.

Buku “Sembilan Komentar tentang Partai Komunis” menyatakan bahwa setelah Khmer Merah berhasil merebut kekuasaan di Komboja berkat dukungan penuh dari Partai Komunis Tiongkok, antara tahun 1975 dan 1978, ia membantai seperempat dari total populasi Kamboja, atau sekitar 2 juta orang, termasuk 200.000 di antaranya adalah warga etnis Tionghoa.

Nal Oum ingat bahwa ada saat itu ibu kota kamboja memiliki sekitar 2,5 juta orang, dan ada jam malam di mana-mana, dan tentara Khmer Merah mengarahkan warga sipil untuk berjalan ke satu arah, meninggalkan ibu kota dan tidak boleh kembali.

“Kami melihat kerumunan seperti letusan gunung berapi, gunung berapi menyemburkan lava, dan ke mana pun kami pergi, kami melihat kuburan baru”, kata Nal Oum.

Seperti jutaan penduduk Kamboja lainnya, Nal Oum terpaksa mengungsi ke pedesaan, melakukan penyamaran dengan mengganti nama dan identitas demi keselamatan diri. Saat itu, siapa pun yang pernah mengenyam pendidikan sekolah menengah menjadi sasaran pembantaian. Selama periode itu, Nal Oum hanya bisa mengamati partai komunis secara diam-diam. Ia menemukan bahwa untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, Khmer Merah pertama-tama akan melalui membunuh dua orang untuk menciptakan teror.

“Karena Khmer Merah ingin memastikan bahwa mereka dapat mengkonsolidasikan kekuatan mereka, kediktatoran mereka, maka mereka akan segera melenyapkan kekuatan potensial yang mungkin melawan mereka”, kata Nal Oum.

Nal Oum juga mengatakan : “Lalu yang mereka lakukan hanyalah membangun tenaga kerja yang berskala besar, saya menyebutnya sebagai tenaga kerja proletar, yang dimanfaatkan untuk berproduksi, berproduksi, terus berproduksi seperti binatang. Dan ketergantungan mereka pada tenaga kerja hanyalah produksi. Taukah apa yang diinginkan partai komunis ? Mereka hanya menginginkan orang yang tidak bisa berpikir”.

Pada tahun 1976, Nal Oum mulai melarikan diri. Dia menyembunyikan sedikit beras di dalam lengan bajunya dan berjalan di hutan selama 22 hari, bersembunyi di atas pohon pada saat siang hari dan berjalan dengan menerobos hutan di bawah sinar bulan malam hari. Hanya ada satu pikiran di benaknya : dia harus bertahan hidup untuk memberitahu generasi mendatang tentang kebenaran, kekejaman yang dilakukan oleh partai komunis Khmer Merah terhadap rakyat Kamboja.

Dia tiba di Thailand, kemudian datang ke Amerika Serikat lebih dari 20 tahun yang lalu. Dalam tujuh atau delapan tahun terakhir, kata Nal Oum, dirinya menyadari bahwa komunisme yang membungkus dirinya dengan kedok sosialis, menyusup dan menipu masyarakat bebas, dan situasinya membahayakan.

Nal Oum yang selamat dari pembantaian Khmer Merah mengatakan : “Komunis menggunakan mesin propaganda canggih untuk mengubah-ubah diri mereka sendiri, menyamarkan diri menjadi pegawai negeri atau orang lain yang seolah baik bagi masyarakat demi kepentingan menyelesaikan misi mereka. Ingat, orang yang sama bisa menjadi pelaku pembakaran pada saat yang sama sebagai “orang baik”. Ia juga bisa menjadi orang yang memadamkan api yang sedang berkobar, seolah-olah petugas penyelamat, dan itu terjadi di tempat saya dulu tinggal, negara saya Kamboja”.

Nal Oum khawatir jika masyarakat Amerika Serikat tidak segera menyadari hal ini, mereka mungkin mengulangi kesalahan yang pernah terjadi di Kamboja. (sin)