Pasukan Rusia Berada di Ujung Tanduk? Pasukan Ukraina Hendak Dobrak Sikon Strategis

Shen Zhou

Perang Rusia-Ukraina telah berlangsung lebih dari setengah tahun, dampak penderitaan yang ditimbulkannya bagi warga Ukraina sangat besar, pasukan Rusia sendiri juga mengalami pahit-getirnya peperangan. 

Kemenhan AS memastikan pihak Rusia telah jatuh korban tewas sebanyak 70.000-80.000 tentara, sebelum menambah besar-besaran personel serdadunya pasukan Rusia dikhawatirkan akan sulit melancarkan serangan berskala besar lagi, banyak wilayah yang dikuasainya dipaksa harus bertahan dalam posisi defensif. 

Pasukan Ukraina terus mendapat pasokan senjata serangan jarak jauh, namun belum bisa balas menyerang secara menyeluruh, wilayah Kherson di selatan khusus dipilihnya sebagai titik serangan balik utama, dan berusaha mendobrak sikon (situasi dan kondisi) strategis sekarang, agar bisa merebut kendali inisiatif.

Kerugian Perang Pasukan Darat Rusia Diperkirakan Sekitar 40%

Pada 25 Agustus, sekretaris pers Kementerian Pertahanan AS membenarkan, diperkirakan serdadu Rusia yang tewas mencapai 70.000-80.000 orang. Berdasarkan angka ini, korban perang pasukan darat Rusia yang menginvasi Ukraina mencapai sekitar 40%, kekuatan tempurnya telah menyusut serius, sehingga sulit untuk mempertahankan serangan berskala besar. 

Setengah tahun setelah pasukan Rusia menyerang Ukraina, kekuatannya sudah mulai merosot, nafsu besar tenaga kurang, sebelum bisa menambah personel pasukan dalam jumlah besar, untuk bisa mempertahankan wilayah Ukraina yang telah dikuasai pun bukan hal mudah, terpaksa hanya bisa menghentikan semua rencana serangan yang nekat.

Menurut intelijen dari Staf Umum Ukraina, pasukan Rusia telah mengerahkan 330.000 tentara untuk menyerang, sekitar 150.000 orang di antaranya adalah pasukan yang berperang di garis terdepan, terutama terdiri dari 130 unit Battalion Tactical Group (BTG), atau lebih 2/3 dari 170 unit BTG yang dimiliki Rusia; dan AU serta AL Rusia sendiri menurunkan sekitar 70.000 orang, sisanya merupakan personel unit pendukung berikut lebih dari 100.000 personel yang terdiri dari pasukan cadangan, garda nasional, serta 8.000 orang dari unit militer swasta.

Jumlah korban tewas dan luka-luka terbesar di pihak Rusia seharusnya adalah BTG di garis terdepan. Kapal Moskva milik AL Rusia ditenggelamkan, menewaskan kurang dari 500 orang pelaut; pesawat tempur serta helikopter berbagai kesatuan juga banyak yang rontok, jumlah pilot yang tewas mungkin mencapai seratusan orang; korban dari unit logistik seharusnya relatif sedikit.

Oleh sebab itu, di antara 150.000 orang yang berperang di garis depan, kerugian perang sekitar 40%, diyakini BTG yang mengalami kerusakan parah itu sudah tidak bisa lagi diterjunkan ke medan perang. Tank dan kendaraan lapis baja Rusia juga mengalami banyak kerusakan, baik dari segi personel maupun dari segi peralatan, jelas sudah tidak layak untuk melakukan misi penyerangan yang sengit.

Pasukan Rusia Secara Bertahap Memasuki Posisi Bertahan Strategis

Pasukan Rusia mengalami kerugian besar, alih-alih tercapai rencananya menguasai ibukota Kiev serta kota kedua terbesar yakni Kharkiv, namun sudah terhenti di Kherson yang terletak di selatan Ukraina, sasaran Rusia menyerang serta menduduki Odesa pun dibatalkan. 

Beberapa bulan terakhir, pasukan Rusia memposisikan persenjataan beratnya di timur Ukraina, namun belum mampu mengepung Pasukan Ukraina sepenuhnya, berulang kali serangan Rusia berhasil dihadang, Istana Kremlin telah memberikan perintah aktif menyerang, tapi wilayah yang berhasil direbut tidak berbanding lurus dengan kerugian yang telah dideritai.

Pihak Rusia baru-baru ini mengumumkan, pasukan Rusia akan menambah personel dari 1,01 juta orang meningkat menjadi 1,15 juta orang, rencananya akan merekrut 137.000 orang personil baru. Kemenhan AS menilai, jumlah personel aktif Rusia belum pernah mencapai angka 1,01 juta orang, jumlah sebenarnya hanya 850.000 orang, selama ini masih kekurangan 150.000 orang; sebelum menyerang Ukraina, militer Rusia telah merekrut serdadu secara insidentil, di antara pasukan yang menyerang ke Ukraina sekitar ¼ nya merupakan personel yang baru direkrut.

Kemenhan AS juga menilai, militer Rusia terus berupaya memperluas perekrutan prajurit, bahkan sebagian telah menghapus batas atas usia bagi prajurit baru, dan mulai merekrut narapidana, namun di antara prajurit baru itu banyak yang berusia agak lanjut, juga belum pernah dilatih kemiliteran secara efektif; walaupun sebelum akhir tahun militer Rusia dapat menyelesaikan misi perekrutan prajurit, tetap saja akan sulit meningkatkan daya tempur pasukan Rusia secara keseluruhan.

Pengeluaran militer Rusia terlalu besar, bahkan telah melampaui perkiraan perwira tinggi militer Rusia, mengorganisir serangan yang kuat menjadi sangat sulit. Militer Rusia masih berupaya melancarkan serangan berskala terbatas di wilayah timur Ukraina, tapi seiring dengan semakin besarnya kemampuan serangan jarak jauh yang dimiliki oleh pasukan Ukraina, sampai sudah dapat menjangkau garis pasokan logistik pasukan Rusia, secara keseluruhan pasukan Rusia mau tidak mau mulai jatuh ke dalam posisi bertahan.

Pasukan Ukraina Pilih Kherson Sebagai Titik Dobrak

Pasukan Ukraina masih mengambil posisi bertahan secara dinamis di wilayah timur, dan terus menerus melakukan operasi penghadangan terhadap pasukan Rusia. Pasukan Ukraina terus menerus menguras stamina pasukan Rusia, membuat serangan pasukan Rusia jadi mereda, namun untuk melakukan duel langsung dengan pasukan Rusia, pasukan Ukraina tetap belum bisa berkumpul dalam skala besar di wilayah timur.

Pertahanan bergerak atau serangan balasan terbatas oleh pasukan skala kecil Ukraina, dapat lebih efektif menghentikan pasukan Rusia. Kerugian di pihak militer Ukraina juga tidak sedikit, walaupun relatif lebih cepat menambah personel baru, juga mendapat pelatihan militer dari berbagai negara, tapi Ukraina tetap harus menghindari konsentrasi pasukan dalam skala besar agar tidak menjadi sasaran pemusnahan massal oleh pasukan Rusia. 

Militer Rusia tetap saja mempunyai artileri dan roket dalam jumlah besar, untuk sementara pasukan Ukraina tidak mampu berhadapan keras lawan keras dengan Rusia, walaupun militer Rusia mungkin akan mengambil posisi bertahan di wilayah timur, serangan balasan pasukan Ukraina juga masih terbatas, maksimal hanya untuk mempertahankan kondisi saling tarik ulur.

Kekuatan Rusia di selatan Ukraina relatif lebih lemah, dan telah berada dalam posisi bertahan, wilayah Kherson bisa dikatakan suatu bagian yang menonjol di selatan Ukraina yang dikuasai Rusia, serta memiliki garis pasokan logistik yang paling panjang.

Pasukan Rusia berada di posisi membelakangi Sungai Dnipro di sisi timur dan selatan Kherson, sementara di sisi barat dan utara menghadapi serangan balasan dari pasukan Ukraina, persis seperti perang dalam sejarah militer Tiongkok kuno yakni Perang di Jingxing (Battle of Jingxing, atau disebut juga Battle of Tao River, red.). 

Sekarang, yang dihadapi Rusia tidak hanya terputusnya jalur untuk mundur, pasokan logistik dalam perang atrisi juga menjadi masalah besar. Sungai Dnipro yang sangat panjang itu telah memutus jalur bagi pasukan Rusia untuk mengambil jalan memutar mengepung pasukan Ukraina dari belakang, setelah meledakkan jembatan utama di Sungai Dnipro, militer Ukraina menjadi lebih leluasa memfokuskan sebagian kekuatan utamanya, untuk melancarkan serangan terhadap Rusia di Kherson.

Untuk menekan jumlah korban, seharusnya pasukan Ukraina tidak akan terburu-buru memberi tekanan di sepanjang garis pertempuran, juga tidak akan buru-buru hendak merebut kembali wilayah Kherson, melainkan memanfaatkan serangan balasan di Kherson untuk menahan pasukan Rusia secara efektif, dan mematahkan sikon strategis saat ini dan merebut kendali inisiatif.

Jika Rusia menambah pasukan di Kherson, dan berupaya menjamin tidak terputusnya pasokan logistik, maka akan melemahkan lebih lanjut serangannya di timur Ukraina, serangan balasan pasukan Ukraina di wilayah timur akan menjadi semakin aktif. Jika Rusia membiarkan Kherson jatuh, bahkan dipaksa untuk angkat kaki, tidak hanya akan menjadi kegagalan dalam taktik perang, juga menjadi kegagalan strategis, lagi-lagi membuktikan membagi serangan sejak awal adalah suatu kekeliruan.

Jika pasukan Rusia kehilangan atau meninggalkan Kherson, juga akan menjadi suatu kegagalan besar di bidang politik bagi Istana Kremlin. Jika pasukan Rusia terjebak di Kherson, dan terus menerus ditekan, roket HIMARS dan berbagai jenis meriam Howitzer yang diperoleh militer Ukraina akan lebih efektif menyerang pasukan Rusia, bahkan dapat memutus jalur pasokan logistik Rusia yang sangat sulit, pada akhirnya Rusia akan dipaksa menyerah akibat kekurangan pangan dan amunisi, dampak politiknya bahkan lebih besar lagi.

Serangan Terbatas Sebelum Memasuki Musim Dingin

Hanya tersisa maksimal 2 bulan lagi sebelum mulai memasuki musim dingin, pasukan Rusia akan berusaha melancarkan serangan terbatas di timur Ukraina, tapi sudah tidak berdaya membangun serangan berskala besar, sepertinya hanya akan mempertahankan wilayah yang sudah dikuasai saat ini, perwira dan prajurit Rusia mau tidak mau harus melewati musim dingin yang panjang dan penuh bahaya di negeri orang.

Tidak realistis bila militer Rusia menambah personel dalam waktu dekat, Rusia tidak mungkin mengerahkan seluruh pasukannya demi menekan Ukraina dengan meninggalkan pertahanan di wilayah negaranya yang sangat luas itu. 

Sebanyak 100.000 orang pasukan AS sedang siap siaga di garis perbatasan NATO, Rusia tidak akan berani mempertaruhkan wilayahnya, berbagai jenis rudal Rusia pun harus disimpan sebagian. Kapal induk AS dan armada kapal NATO sedang bergiliran ditempatkan di Laut Mediterania, di Italia juga terdapat pangkalan militer; kapal perang Rusia yang berukuran besar sulit untuk berlayar jangka panjang di laut lepas dan mengambil posisi berhadapan, sementara di Laut Hitam juga dikhawatirkan akan diserang rudal anti kapal oleh Ukraina.

 Latihan perang 2022 Rusia di kawasan Timur Jauh telah menyusut drastis, jika Rusia mengalami masalah di kawasan timur, maka akan menjadi bencana bagi militer Rusia. Pasukan Ukraina akan terus menangkal serangan Rusia di timur Ukraina, serta menggunakan lebih banyak roket HIMARS dan berbagai artileri, dikombinasi dengan pesawat nirawak, yang dapat terus menyerang pasukan Rusia dengan akurat. Serangan balasan Ukraina di musim dingin juga akan menjadi sulit, tapi mobilisasi sewaktu-waktu pasukan Ukraina di wilayah sendiri, seharusnya akan lebih mudah melewati musim dingin daripada pasukan Rusia.

Serangan balasan Ukraina di Kherson seharusnya akan bertahan selama beberapa waktu, mungkin tidak akan sepadan bagi Ukraina untuk buru-buru merebut kembali wilayah Kherson kalau sampai harus jatuh banyak korban. Walaupun setelah pasukan Ukraina merebut Kherson, bagaimana menyeberang Sungai Dnipro untuk terus mengejar atau membalas serangan juga akan menjadi sangat sulit.

Strategi Ukraina masih dengan terus mengikis kekuatan pasukan Rusia, membuat Rusia pada akhirnya mundur sendiri. Rusia tengah menghadapi sanksi internasional yang belum pernah dialami sebelumnya, Istana Kremlin sepertinya masih berusaha bertahan dalam perang atrisi ini. 

Apakah kemampuan Rusia masih dapat bertahan, mungkin sudah bisa terlihat pada awal musim semi 2023 mendatang. Di saat Beijing sendiri juga sulit bertahan, apakah masih bermaksud meneruskan perseteruannya dengan pihak Barat, dan memperbesar bantuan bagi Rusia, juga menjadi salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya.

 Sebuah perang yang menyangkut takdir negara Ukraina dan Rusia sepertinya akan terus berlangsung hingga musim dingin, dampak yang ditimbulkan perang ini terhadap dunia juga akan terus berlanjut. (sud)