Putin Ungkap Kekhawatiran Xi Jinping Tentang Situasi Perang Rusia – Ukraina

NTD

Selama KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization. SCO), Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Pemimpin partai Komunis Tiongkok Xi Jinping pada 15 September. Putin mengungkapkan ada kekhawatiran dalam diri Xi Jinping tentang situasi perang Rusia – Ukraina. Dan, sikap Xi Jinping dalam mendukung Putin juga tampak kurang optimis.

Pertemuan antara Putin dan Xi adalah pertemuan pertama sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun ini. Pertemuan puncak itu terjadi pada saat Rusia sedang mengalami kemunduran besar di medan perang Ukraina.

Sehari sebelum Putin dan Xi bertemu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa tentara Ukraina telah merebut kembali lebih dari 8.000 kilometer persegi wilayahnya yang diduduki tentara Rusia sejak serangan balasan dimulai pada September.

Putin ungkap kekhawatiran Tiongkok terhadap Perang Rusia – Ukraina

Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kremlin, dalam sambutan pembukaan pertemuan Putin – Xi Jinping, Putin memuji “sikap seimbang Xi dalam krisis Ukraina” dan mengklaim bahwa ia akan mengatasi kekhawatiran yang ada pada pihak Tiongkok tentang perang Rusia – Ukraina. Ia juga akan memperjelas sikapnya terhadap Ukraina.

Media AS menganggap tanggapan Putin tidak biasa. Wall Street Journal melaporkan bahwa juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pada konferensi pers mengatakan : “Cukup mengejutkan bahwa Putin mengakui Xi Jinping prihatin dengan situasi perang Rusia – Ukraina. Dapat dimaklumi jika Beijing khawatir, tetapi jadi menarik jika Putin yang mengakuinya”.

Craig Singleton, mantan diplomat AS yang sekarang menjadi peneliti senior urusan Tiongkok di lembaga think tank Foundation for Defense of Democracies di Washington, juga berpendapat bahwa hal yang paling menonjol adalah bahwa Putin secara terbuka mengakui kekhawatiran Tiongkok, terutama teks pembicaraan yang dikirim oleh pihak Tiongkok bahkan sama sekali tidak menyinggung soal Ukraina. Tampaknya ia ingin menunjukkan keengganan Beijing untuk meningkatkan dukungan kepada Rusia tatkala situasi di medan perang sedang kurang menguntungkan Rusia.

Wall Street Journal percaya bahwa atmosfer Rusia mengalami kegagalan di medan perang saat ini meluas, dan Putin tentu saja sadar bahwa ia tidak dapat mengharapkan bantuan yang berarti dari Tiongkok atau negara-negara Asia Tengah. Sedangkan Beijing juga harus berjaga-jaga untuk menghindari sanksi Barat.

Sikap Xi Jinping mengejutkan orang

Sikap Xi Jinping terhadap Rusia juga tidak sebaik sebelumnya. Al Jazeera memberitakan bahwa tanggapan Xi selama pertemuan bilateral itu mengejutkan.

Xi Jinping hanya mengatakan secara umum bahwa Tiongkok bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk “mencerminkan tanggung jawab negara besar, memainkan peran utama, dan menyuntikkan stabilitas ke dunia yang sedang bergejolak”, tetapi dia tidak merinci mengenai bagaimana Tiongkok dan Rusia menjalin kerja sama, langkah apa yang mau diambil ? Sehingga dunia luar tidak mengetahui.

Menurut data resmi pihak Tiongkok, Xi dan Putin telah bertemu 38 kali sejak tahun 2013. Terakhir kali mereka bertemu di Beijing saat Olimpiade Musim Dingin pada bulan Februari. Pada saat itu, kedua pemimpin negara itu mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa kedua negara “tidak memiliki batasan dalam hubungan persahabatan dan tidak ada area yang dibatasi dalam melakukan kerjasama”.

Setelah itu, Rusia menginvasi Ukraina yang mengakibatkan isolasi dan sanksi dari negara-negara Barat. Amerika Serikat juga telah berulang kali memperingatkan Beijing untuk tidak mendukung Rusia dalam perang Rusia – Ukraina agar terhindar dari sanksi.

Bloomberg mengutip ucapan analis memberitakan bahwa kecil kemungkinan Tiongkok akan mengubah sikapnya terhadap perang Rusia – Ukraina, bahkan jika Xi menahan diri dari memberikan bantuan militer kepada Rusia, agar tidak berisiko terkena sanksi dan kecaman internasional. Tetapi, PKT mungkin saja masih akan memberi Rusia lebih banyak dukungan politik dan moral, termasuk menggunakan pertemuan SCO untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Putin tidak sendirian, dan Tiongkok bakal lebih banyak lagi berpartisipasi dalam latihan militer dengan Rusia.

Dukungan dengan tindakan terkoordinasi yang disampaikan Li Zhanshu mencerminkan sikap Beijing

Perlu dicatat bahwa, tidak seperti sikap Xi Jinping, sebelum pertemuannya dengan Putin, Li Zhanshu, anggota Komite Tetap Politbiro PKT baru saja mengakhiri kunjungannya di Rusia. Li Zhanshu, tokoh PKT dan rekan dekat Xi Jinping mengatakan saat berada di Rusia, bahwa Tiongkok “dapat memahami secara penuh tentang invasi Rusia ke Ukraina, bahkan kami telah memberikan dukungan terkoordinasi di berbagai aspek”.

Li Zhanshu tidak merinci bagaimana Beijing memberikan “dukungan terkoordinasi”, tetapi pernyataannya telah menarik perhatian dari dunia luar. Ini dianggap sebagai pernyataan paling kuat dan paling jelas oleh otoritas Beijing kepada Rusia tentang mendukung Rusia menginvasi Ukraina.

BBC melaporkan bahwa pertemuan antara Xi Jinping dan Putin kali ini tidak diragukan lagi akan mengingatkan dunia luar bahwa hubungan kerjasama strategis antara Beijing dengan Moskow “tidak memiliki batas dan tidak ada daerah terlarang.” (sin)