Kapal Induk AS Angkut Lebih dari 90 Jet Tempur ke Pangkalan Korsel, Kirim Sinyal Kuat ke Tiongkok dan Korut

Luo Tingting

Baru-baru ini, Kapal Induk bertenaga nuklir, USS Ronald Reagan mengangkut lebih dari 90 jet tempur ke pelabuhan operasi Angkatan Laut Korea Selatan di Busan. Ini adalah pertama kalinya dalam lima tahun gugus tempur kapal induk AS mengunjungi Korea Selatan,  memberikan sinyal peringatan yang kuat kepada Tiongkok dan Korea Utara. 

USS Ronald Reagan Mengunjungi Korea Selatan Setelah 5 Tahun

Kantor Berita Yonhap melaporkan bahwa pada pagi 23 September, kelompok tempur kapal induk USS Ronald Reagan (CVN-76) memasuki Pangkalan Operasi Angkatan Laut Busan. Kapal dengan bobot 100.000 ton telah beroperasi sejak tahun 2003.  Kapal ini dilengkapi dengan lebih dari 90 pesawat tempur seperti pesawat s tempur Super Hornet “F/A-18” dan pesawat peringatan dini tercanggih E 2D Advanced Hawkeye, dengan 5.000 orang yang dikenal sebagai pangkalan udara angkatan laut.

Grup tempur kapal induk terdiri dari kapal induk Reagan, Kapal penjelajah dipandu-rudal kelas Ticonderoga  USS Chancellorsville (CG-62), Kapal perusak Aegis kelas Burke USS Barry (DDG-52) dan armada perang lainnya.

Kelompok tempur kapal induk USS Ronald Reagan akan berpartisipasi dalam latihan militer gabungan Korea Selatan-AS pada akhir September. Kapal selam bertenaga nuklir  USS “Annapolis” juga turut berpartisipasi. 

Pada 23 September, Kim Kyung-chul, direktur Divisi Operasi Kelautan Komando Operasi Angkatan Laut Korea Selatan, Mike Donnelly, kepala Korps Pelatihan Kapal Induk Kelima, dan Mark Schaeffer, komandan Angkatan Laut AS di Korea Selatan, dan laksamana lainnya menghadiri upacara penyambutan kelompok tempur kapal induk. 

Donnelly  saat konferensi pers mengatakan bahwa kunjungan USS Ronald Reagan ke Korea Selatan, semakin menunjukkan aliansi yang solid antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Ia menekankan bersama-sama melaksanakan misi tempur maritim dengan angkatan laut Korsel sangat penting untuk memperkuat kekuatan satu sama lain untuk menjaga keamanan maritim. Amerika Serikat dan Korea Selatan memberikan sinyal peringatan kuat terhadap provokasi nuklir Korea Utara melalui latihan bersama.

Ini adalah pertama kalinya sebuah kapal induk AS memasuki pangkalan operasi Busan setelah absen selama lima tahun. Para pemimpin Amerika Serikat dan Korea Selatan sepakat pada Mei tahun ini untuk mengerahkan lebih banyak senjata strategis AS di Korea Selatan berdasarkan tingkat ancaman dan provokasi Korea Utara, untuk memperkuat postur pencegahan aliansi AS-Korea Selatan.

Mike Pompeo: Masalah Nuklir Korea Utara adalah Masalah Tiongkok

Dunia luar percaya bahwa pengerahan kelompok tempur kapal induk AS di Korea Selatan tidak hanya menjadi penghalang bagi Korea Utara, tetapi juga peringatan bagi Partai Komunis Tiongkok. Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pernah secara blak-blakan menyatakan bahwa masalah nuklir Korea utara pada dasarnya adalah masalah PKT.

Dari 13 hingga 14 Juli tahun ini, Asian Leadership Conference (ALC) ke-13 diadakan di Seoul, Korea Selatan. Media Korea Chosun Ilbo melaporkan bahwa Pompeo berbicara secara terbuka tentang masalah nuklir Korea Utara selama pertemuan melalui tautan video.

“Kim Jong-un percaya pada jalan yang benar yang kami (AS) usulkan, dan Xi Jinping yang menggoyahkan mereka,” katanya.

Pompeo juga mengatakan masalah ini  (nuklir Korea Utara) adalah masalah bagi Partai Komunis Tiongkok. Dalam arti tertentu, senjata nuklir Korea Utara hanyalah perpanjangan dari program senjata nuklir Tiongkok. 

Sejumlah pihak tak percaya keinginan Kim Jong-un untuk melakukan denuklirisasi. Akan tetapi, Pompeo berkata : “Saya merasa Kim Jong-un ingin menjalani jalan yang benar. Dia tahu bahwa sangat sulit untuk memimpin ‘negara terpencil’ dan  ‘kerajaan tersembunyi.’

Kim Jong-un, bagaimanapun, bermaksud untuk bergerak ke arah lain, akan tetapi dia mengetahui bahwa ekonomi, mata pencaharian, dan kemampuannya Korea Utara untuk terus memerintah Korea Utara bergantung kepada Xi Jinping dan PKT.

Menurut Pompeo, “Di mata Partai Komunis Tiongkok, Korea Utara adalah negara penyangga utama dan alat untuk mengalihkan perhatian Amerika Serikat.

Korea Utara Kembali Memprovokasi, AS-Jepang-Korea Selatan Memperkuat Kewaspadaannya

Pada 8 September, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir. Ia juga menyatakan bahwa Korea Utara tidak akan melakukan pembicaraan denuklirisasi.

Sejak tahun 2022, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba senjata yang memecahkan rekor dan meluncurkan rudal balistik antarbenua untuk pertama kalinya, sekali lagi mengancam komunitas internasional dengan senjata nuklir.

Sekitar pukul 7 pagi pada  25 September, Korea Utara menembakkan setidaknya satu rudal balistik  yang mendarat di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang di dekat pantai timur Korea Utara.

Asahi TV Jepang melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Jepang, Yasuichi Hamada mengatakan bahwa ketinggian maksimum rudal balistik yang diluncurkan oleh Korea Utara adalah sekitar 50 kilometer.  Jika sebagai lintasan balistik normal, jarak penerbangannya sekitar 400 kilometer. Informasi terkait masih dikumpulkan dan tidak ada berita tentang pesawat atau kapal yang terkena imbasnya. 

Hamada mengutuk keras peluncuran rudal balistik Korea Utara sebagai ancaman bagi Jepang. Dia mengatakan pemerintah Jepang telah mengajukan protes kepada Korea Utara melalui kedutaan di Tiongkok.

Dalam rangka menghadapi ancaman nuklir Korea Utara yang semakin meningkat, Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan militer bersama terbesar mereka sejak tahun 2018 pada akhir Agustus lalu. Sekitar 28.500 tentara AS telah ditempatkan di Korea Selatan untuk menjaga perdamaian di semenanjung Korea. (hui)