Mengapa Xi Jinping Semakin Gencar Membasmi Korupsi Jelang Kongres Nasional ke-20 ?

Antonio Graceffo

Xi Jinping kembali menggencarkan pembasmian korupsi pada industri real estat dan perbankan Tiongkok akhir-akhir ini, mungkin merupakan upaya untuk memperbaiki reputasi dirinya yang menurun akibat kegagalan sejumlah kebijakannya.

Kampanye anti-korupsi yang digelar Xi Jinping telah menangkap hampir 5 juta orang, termasuk pejabat PKT, pengusaha, dan rakyat biasa. Sejak tahun 2012 berkuasa, Xi Jinping memperkuat kedudukannya melalui kampanye anti-korupsi.

Setelah berkuasa Xi Jinping menjanjikan rakyat bahwa ekonomi Tiongkok akan lebih makmur, tetapi mimpi itu telah pupus dalam 2 tahun terakhir. Inisiatif “Sabuk dan Jalan” (One Belt One Road. OBOR) yang dia klaim akan menghubungkan seluruh dunia. Sejauh ini, masih memperlihatkan rangkaian proyek yang belum sempurna, seperti pekerjaannya terbengkalai, biaya melebihi anggaran, kinerja buruk dan sebagainya.

Meskipun Xi Jinping telah bersumpah untuk membuat Republik Rakyat Tiongkok kembali berjaya dengan isyarat ambil alih Taiwan. Tetapi dalam 2 periode kepemimpinannya yang menghabiskan waktu 10 tahun, jalan Tiongkok menuju penyatuan Taiwan tidak juga semakin pendek.

Xi Jinping juga berjanji untuk membasmi COVID-19, tetapi justru mendapat serangan balik dari  virus tersebut sampai terpaksa memberlakukan penguncian ketat di mana-mana. Tidak hanya virus yang kebal terhadap perintah Xi Jinping, ternyata penguncian ketat untuk menghindari penyebaran virus malahan menghancurkan ekonomi Tiongkok.

Mungkin saja Xi Jinping akan memperoleh lagi masa jabatannya untuk periode ketiga lewat hasil Kongres Nasional ke-20 yang akan diselenggarakan mulai 16 Oktober mendatang. Dia sedang menggencarkan kampanye basmi korupsi untuk menunjukkan bahwa situasi benar-benar berada dalam pengendaliannya.

Beijing sedang mengadakan pemeriksaan terhadap para eksekutif di industri real estat, mengklaim bahwa itu adalah bagian dari kampanye anti-korupsi. Tetapi investigasi ini dapat menambah surutnya kepercayaan investor yang sebelumnya telah menurun. Cerminan yang dapat kita lihat adalah penurunan harga saham dari 33 perusahaan pengembang real estat yang jatuh 3,7% selama enam minggu terakhir.

Dua eksekutif yang ditargetkan dalam pemeriksaan adalah Shi Zhen, Ketua C&D City Services, dan Tang Yong, Ketua China Resources Land. Anak perusahaan dari kedua perusahaan tersebut sangat terpukul oleh kasus investigasi terhadap perusahaan mereka, sehingga nilai pasar saham hilang sebesar 30%.

Di seluruh industri real estate, default dan pembayaran terlambat semakin sering terjadi. Powerlong Real Estate Holdings Limited mengeluarkan peringatan tentang penurunan laba operasi pada 24 Agustus, menyebutkan bahwa laba semester pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 37%. Laba Logan Group turun 20% tahun lalu, dan penjualan sahamnya sempat ditangguhkan selama tiga bulan oleh bursa akibat grup tersebut gagal mengeluarkan laporan audit tepat waktu. Dan, sahamnya turun 58% setelah diperdagangkan kembali. Pada bulan Agustus, perusahaan menyewa seorang penasihat untuk merestrukturisasi utangnya setelah mengulur waktu melunasi bunga obligasi senilai USD. 6,6 miliar.

Sementara itu, industri perbankan juga diperiksa oleh otoritas berwenang. Penyelidik mengatakan bahwa bank-bank milik negara, termasuk ICBC (Industrial and Commercial Bank of China), lemah dalam manajemen dan berisiko korupsi dalam pemberian pinjaman dan bidang-bidang utama lainnya. Setidaknya 40 orang pejabat bank milik negara dan regulator telah menjadi target pemeriksaan pihak berwenang, termasuk mantan eksekutif seperti Zhang Long, mantan kepala departemen investasi dan manajemen kekayaan China Construction Bank Corp.

Harga rumah terus menurun selama 12 bulan terakhir, dan nilai tukar renminbi terhadap dolar AS juga telah menembus ambang batas 7. Penyelidikan terhadap perbaikan, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dikombinasikan lagi dengan perlambatan ekonomi sangat mungkin mengancam sektor real estate yang menyumbang 29% terhadap PDB Tiongkok dan 26% dari total utang negara.

Model dasar pemutaran modal pengembangan real estate Tiongkok adalah pengembang sudah mengumpulkan uang cicilan dari para pembeli sebelum proyek selesai. Bahkan dalam beberapa kasus, pembeli rumah apartemen sudah mulai membayar cicilan sebelum proyek / gedung mulai dibangun. Dana yang dikumpulkan tersebut bersama dengan dana pinjaman dari perbankan digunakan oleh pengembang untuk memulai lagi proyek yang lain. Kemudian, proyek baru ini mulai dijual kepada peminat dan mengumpulkan uang cicilan mereka. Dana-dana ini bersama dengan dana pinjaman bank atas proyek di lokasi baru ini digabungkan lagi untuk memulai proyek konstruksi di lokasi yang berbeda. Demikian terus berlanjut.

Akibat ekonomi merosot pengembang sulit menemukan pembeli baru. Dan tindakan keras Xi Jinping terhadap debitur juga mempersulit perusahaan real estat mendapatkan dana pinjaman dari perbankan guna menunjang operasi perusahaan. Akibatnya, perusahaan real estat tidak hanya jatuh ke dalam default, tetapi juga membuat sejumlah besar proyeknya mangkrak. Pembeli rumah di lebih dari 100 kota mengancam untuk menghentikan pembayaran angsuran KPR. Pada 16 September, pembeli rumah dari 342 proyek apartemen telah bergabung untuk memboikot pembayaran KPR. Hal ini menciptakan lingkaran setan, di mana menghentikan pembayaran KPR kian meningkatkan pengembang gagal bayar utang.

Tindakan keras secara simultan terhadap pengembang real estat dan perbankan adalah masuk akal, karena korupsi dapat memungkinkan bankir dan regulator untuk terus memberikan pinjaman kepada pengembang. Di sisi lain, mungkin saja Xi Jinping sedang mencari kambing hitam. Karena jatuhnya industri real estat berdampak besar terhadap perekonomian. Sebagai hasil dari upaya antikorupsi ini, Xi Jinping dapat meminta pertanggungjawaban dari sejumlah orang ini. Dia mungkin juga merasa perlu untuk meningkatkan legitimasi pemilihan dirinya menjelang kongres.

Xi mungkin menyadari bahwa dirinya gagal memenuhi janjinya untuk membawa kemakmuran besar bagi rakyatnya, menyatukan Taiwan dan memberantas COVID-19. Bisa jadi Xi Jinping menggencarkan pemberantasan korupsi adalah untuk membuktikan bahwa dirinya masih seorang pemimpin yang efektif.

Dr Antonio Graceffo telah seorang lulusan Shanghai Sport University dan MBA dari Shanghai Jiaotong University. Profesor ekonomi dan analis ekonomi Tiongkok. Telah bekerja di Asia selama lebih dari 20 tahun. Ia sering menulis untuk beberapa media internasional. Buku-buku tentang Tiongkok termasuk di antaranya “Beyond the Belt and Road : China’s Global Economic Expansion”, dan “A Short Course on the Chinese Economy” .