Sinyal dari Ekonomi Tiongkok yang Berubah Menjadi “Ekonomi Rakyat”

DR Xie Tian

‘ 

Melihat perekonomian Tiongkok saat ini, telah memasuki kemerosotan yang serius. Ekonomi menyusut, inflasi, terlilit hutang, dua setengah dari tiga mesin penggerak perekonomian telah ambruk, ditambah lagi dengan semakin melonjaknya tingkat pengangguran, perusahaan yang bangkrut terjadi dimana-mana.

 Menjelang peralihan kekuasaan tingkat tinggi PKT (Partai Komunis Tiongkok), dengan sendirinya pejabat tidak peduli urusan hidup dan mati rakyat, kebijakan konyol Zero (Nol) COVID serta sedikit-sedikit dikeluarkan perintah lockdown keras, membuat perekonomian yang sudah kembang-kempis itu semakin sulit menopang pamor sebagai “negara kuat” dan “negara hebat”. 

PKT berharap dunia mengakuinya sebagai “ekonomi pasar”, tetapi tak pernah bisa memperolehnya. Di saat Dinasti Merah ini memasuki tahap akhir, tiba-tiba muncul sebuah teori aneh hendak mengubah ekonomi Tiongkok menjadi “ekonomi rakyat”. Walaupun teramat konyol, namun telah melontarkan sinyal yang sangat jelas.

 Pada saat Beijing sudah menemui jalan buntu, selamanya tidak pernah kekurangan akan akademisi bayaran yang suka menjilat dan menjadi yes-man. Baru-baru ini ada yang malahan menyodorkan teori “ekonomi rakyat”, yang bertujuan menipu rakyat, dan mengelabui opini dalam negeri.

Mesin propaganda PKT secara besar-besaran membual bahwa setelah Kongres Nasional ke-20 Tiongkok (yang diadakan pada pertengahan Oktober ini) akan menyambut suatu inovasi teori yang sangat penting, yakni suatu langkah besar dari “ekonomi pasar sosialisme” beralih menjadi “ekonomi rakyat sosialisme”. Yang disebut dengan “ilmu ekonomi rakyat” ini adalah ilmu ekonomi dengan “paradigma Tiongkok”, yang telah mengungkap “hukum esensial” dari sosialisme. Menurut penuturan corong PKT, pasca era 1990-an abad ke-20, di seputar masalah apakah Tiongkok seharusnya menerapkan ekonomi terencana atau ekonomi pasar, telah menimbulkan perdebatan sangat hebat di kalangan ekonom, hingga akhirnya, Tiongkok telah “memilih ekonomi pasar sosialisme”.

 Jelas-jelas revolusi proletariat, gerakan komunisme, dan ekonomi terencana RRT (Republik Rakyat Tiongkok) sudah tidak bisa dijalankan lagi, perekonomian Tiongkok yang telah runtuh seluruhnya, akhirnya mau tidak mau pada awal era 1980-an diterapkanlah yang disebut “reformasi keterbukaan”; jelas-jelas adalah kapitalisme yang telah menyelamatkan perekonomian Tiongkok, jelas-jelas adalah dikarenakan jutaan perusahaan swasta rakyat Tiongkok, modal swasta, semangat kerja dan inovasi rakyat Tiongkok, semangat kebebasan berusaha dari warga RRT, semuanya itu barulah yang membuat rakyat Tiongkok akhirnya setelah era 1990-an bisa memenuhi kebutuhan hidupnya; jelas-jelas karena kapitalismelah yang waktu itu membuat RRT menghapus sistem ekonomi sosial, sehingga rakyat Tiongkok pun terselamatkan. Para penguasa PKT menganggap semua ini adalah berkat jasanya, dan malahan mempercantik namanya menjadi “ekonomi pasar sosialisme”, sungguh terlalu!

 Profesor Wen yang mengemukakan “konsepsi” dari dirinya ini mengatakan, empat karakteristik “ekonomi rakyat” adalah “kemandirian, faktor tempat, komprehensif, dan merakyat”, sekaligus menjaga kedaulatan, perkembangan otonomi, dan juga badan ekonomi yang memiliki karakter nasionalisme, semua itu seharusnya disebut “ekonomi rakyat”. Cara menjelaskan seperti ini, sama sekali tidak memiliki sisi akademis yang ketat serta logika penyimpulan, ini adalah kesalahan fatal. Di semua bidang ilmu manajemen dan manajemen bisnis, rakyat atau warga atau manusia, inilah yang disebut pasar; istilah “pasar” dalam ekonomi pasar, ilmu pasar, dan ilmu pemasaran, yang dimaksud adalah rakyat, yakni orang alami yang memiliki kemampuan konsumtif. Dan semua ekonomi berikut badan ekonomi juga dikembangkan di seputar manusia, komunitas, kalangan, negara, dan masyarakat.

Sebutan “ekonomi rakyat” membuat orang teringat akan “komune rakyat”, “pemerintahan rakyat”, dan juga “kediktatoran demokrasi rakyat”, semua ini adalah istilah khusus dalam ekonomi terencana dan kekuasaan komunis. Tak heran warga yang cerdik dengan mudah langsung mengenali, karena “ekonomi terencana” terlalu buruk reputasinya, sehingga PKT malu untuk mengakui keunggulan ekonomi pasar, juga tidak ikhlas menerima persaingan yang adil dengan ekonomi kapitalisme, maka dibuatlah sebuah istilah konyol yakni “ekonomi rakyat”.

 “Empat karakteristik” dalam ekonomi rakyat: yang dimaksud dengan “kemandirian”, yang sebenarnya adalah terlepas dari kerjasama dan pembagian kerja internasional, menutup negara, keluar dari jalur internasional, di saat modal asing tengah hengkang seperti sekarang ini sebenarnya hanya menghibur diri dengan menyiksa diri sendiri; maksud dari “faktor tempat” adalah proteksionisme lokal, membuat batasan yang tidak boleh dilanggar; yang dimaksud “komprehensif” adalah penyatuan akbar yang baru, ekonomi terencana, ekonomi terpimpin, dan pengendalian menyeluruh oleh pemerintah; serta yang dimaksud “merakyat”, adalah kembali pada “Besar dan Publik (Besar berarti bahwa komune dalam skala besar, yang nyaman untuk produksi dan konstruksi komprehensif skala besar, dan Publik bermakna bahwa “komune rakyat yang lebih sosialis dan lebih kolektif daripada koperasi produksi pertanian.)”, komune rakyat dan kolektif, ini justru menentang kemanusiaan, adalah hanya untuk menjaga kepentingan PKT yang memajukan negara memundurkan rakyat, serta merampas hak otonomi bagi rakyat dan hak bagi perusahaan swasta.

Orang yang dapat mengemukakan konsepsi yang tidak berlogika, tidak berpemikiran dan tidak berpengetahuan seperti ini, motivasi dan tujuannya sangat membingungkan. 

Dikabarkan Profesor Wen ini adalah lulusan jurnalistik, juga sebagai pakar pertanian dan doktor ilmu manajemen Tiongkok, adalah “dekan Institut Studi Lanjutan Perkembangan Berkesinambungan”, bahkan juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi sebuah majalah reformasi, adalah seorang pakar pertanian yang terkenal dan pernah menempuh studi di Amerika.

PKT yang melakukan eksploitasi dan pemerasan berkepanjangan, berulang kali terus menerus, pada saat rakyat Tiongkok baru saja mulai mengambil nafas lagi, sudah memulai lagi eksploitasi dan pemerasannya. Ketamakannya yang tak berkesudahan mendorong PKT untuk kembali mengayunkan sabit, bersamaan dengan merampas kekayaan rakyat, bahkan lebih lanjut merampas kebebasan rakyat Tiongkok. Begitulah “ekonomi rakyat” yang abnormal tanpa dasar teori, tanpa pondasi nyata, serta tanpa pengetahuan dan rasional itu terlahir di tengah manajemen ekonomi dan perencanaan ekonomi. 

Yang disebut dengan inti dari “ekonomi rakyat”, model ekonomi ini, menurut penjelasan PKT adalah “Model Ekonomi 5 dalam 1” yang terdiri dari “pasar yang efektif, perkembangan terencana, pemerintahan yang menjanjikan, sistem nasional, dan rakyat terorganisir”. 

Corong dan para akademisi bayaran PKT bahkan tidak menutupi, tujuan dari model ekonomi baru ini adalah semacam “metode pembagian sumber daya dan kekayaan” untuk memuaskan hasrat para penguasa elit PKT. Maka mereka hendak menggunakan “ekonomi rakyat” untuk menggantikan “ekonomi pasar”.

Tidak diketahui asal usul akademisi bayaran ini, dia sepertinya selama ini sangat low profile, dulu ia juga pernah tampil menyuarakan keadilan, tapi sepertinya hal itu sudah pudar di usia tuanya, tidak seperti dulu lagi. Yang lebih disayangkan adalah, orang yang mengemukakan “ekonomi rakyat” akan menggantikan “ekonomi pasar”, semakin diperlihatkan bahwa dia tidak mengerti ekonomi, juga tidak mengerti pasar.

 Sebab badan ekonomi apapun adalah rakyat; negara ekonomi pasar harus mengandalkan rakyat, mengandalkan warga pemilih, mengandalkan konsumen, untuk mengembangkan perekonomiannya; badan ekonomi yang monopolistis dan otokratis, mulai dari Kuba sampai Korea Utara dan Tiongkok, juga harus mengandalkan rakyat, harus mengandalkan rakyat bawah, mengandalkan kaum tertindas, mengandalkan pekerja yang murah, untuk mengembangkan perekonomiannya. Badan ekonomi pada masyarakat manusia, tanpa kecuali, harus mengandalkan manusia, entah itu manusia yang bebas atau budak, budak pekerja, ataupun buruh tani.

Badan dan sistem ekonomi manusia saat ini, khususnya dalam sistem ekonomi modern negara Barat, juga Tiongkok sebagai sistem ekonomi yang menengah makmur, merupakan sistem raksasa yang sangat rumit. 

Salah satu karakteristik sistemnya adalah kerumitannya, karena rumitnya struktur sistem itu, jadi betapapun presisi dan akuratnya model ekonomi terencana, tidak akan mampu secara rinci menjabarkan seluruh hubungan pasokan dan permintaan, juga tidak akan mampu merencanakan ekonomi dan produksi berdasarkan parameter yang berhasil diobservasinya. 

Jadi sistem ekonomi terencana pada negara sosialis dan komunis, bahkan pada beberapa negara komunis yang masih eksis, mulai dari Tiongkok sampai Vietnam, Kuba, dan Korea Utara, pada dasarnya telah dicampakkan jauh-jauh. Tentu saja, rumitnya sistem juga dikarenakan oleh rumitnya hati manusia, yang disebabkan karena manusia memiliki ego, terus berubah, dan menjadi semakin kompleks.

Karakteristik kedua pada sistem ekonomi adalah adanya keterlibatan manusia. Pemeran utama dalam sistem ekonomi adalah manusia, karena manusia berbeda-beda, kepribadiannya, kemampuannya, sumber dayanya, dan kesukaannya berbeda, keterlibatan dan kontribusinya dalam sistem ini, sampai tuntutannya terhadap sistem ini, menjadi sangat berbeda. 

Karakteristik sistem ekonomi yang ketiga adalah manusia dan masyarakat di dalam sistem ini, mulai dari individu sampai komunitas, memiliki akal sehat dan kecerdasan yang berbeda, ada kebiasaan konsumtif mulai dari yang hemat sampai yang boros, ada pertimbangan yang berbeda berupa jangka pendek dan jangka panjang, akan memiliki tujuan hidup dan kebijakan mencapai tujuan yang sangat berbeda pula.

Dalam ilmu ekonomi kerap dibicarakan empat elemen utama produksi, yakni tenaga kerja, lahan, modal, dan semangat pengusaha. Tenaga kerja tentu saja bersumber dari manusia. Di negara yang normal, lahan selain dimiliki oleh negara, tentu saja dimiliki swasta. 

Begitu pula dengan modal, para kapitalis dan elit kalangan atas memiliki modal, kalangan menengah dan bawah juga memiliki modal, hanya saja tak begitu banyak, tabungan mereka di bank pun menjadi bagian dari modal investasi. Bahkan di negara komunis seperti Tiongkok pun, yang menyebut dirinya “negara sosialis berkarakter Tiongkok” itu pun, baik lahan maupun modal juga dimiliki oleh “manusia”.

 Siapakah pemilik lahan dan modal di Tiongkok? Di masa sekarang ini, rakyat Tiongkok tidak berani lagi dengan bangganya menyebutkan “kami adalah majikan negara ini” atau “kaum proletar berkuasa”. Semua orang mengetahui, lahan dan modal di Tiongkok semuanya ada di tangah para elit penguasa. Masyarakat mungkin bisa melihat segelintir orang sukses yang “berawal dari nol”, yang kaya mendadak, mengumpulkan banyak uang, “memiliki” banyak lahan, tapi besar kemungkinan lahan dan uang itu bukanlah milik orang tersebut, mereka hanyalah resepsionis yang bertugas di lobi depan, menjadi “Sarung Tangan Putih (sebutan yang bermakna: Perusahaan “legal” untuk melakukan bisnis “ilegal”)”, atau manager bagi elit politik PKT yang berada di belakang layar.

Teori “ekonomi rakyat” yang absurd, yang didikte oleh PKT untuk bisa menjarah lebih lanjut, “teori” dari ilmu semu dengan menggabungkan landasan teoritis, bahkan tidak bisa diterima oleh para akademisi Tiongkok sendiri, banyak yang kemudian mengecam dan mencercanya. Mereka menunjukkan, pandangan yang tidak pantas secara akademis, yang tidak menghormati ilmu pengetahuan, tapi beredar luas ini, pencipta aslinya tidak memiliki rasa tanggung jawab, juga membuat para pengusaha swasta di Tiongkok semakin ketar-ketir. Seorang ekonom lainnya mengutip perkataan Bertrand Russel: “Masalah di dunia ini bukannya terletak pada orang-orang pintar yang penuh dengan keraguan, melainkan karena orang-orang bodoh yang keyakinannya teguh.” Dia memberikan kata-kata bagi Profesor Wen: “Jadilah seorang manusia!” Walaupun kata-kata itu terdengar agak pedas dan tajam, namun juga menohok dan telah mengemukakan inti permasalahan.

Perekonomian Tiongkok dalam sekejap hendak berubah wujud menjadi “ekonomi rakyat”, walaupun ditambahkan kata “rakyat”, tapi justru telah merampas hak rakyat, sinyal yang dilontarkan adalah, Tiongkok yang dikuasai PKT, akan berubah wujud menjadi negara yang tidak ada individu, tidak ada swasta, tidak ada kemanusiaan, tidak ada humanisme, tidak ada kehormatan serta tidak ada posisi untuk rakyat, menjadi sebuah masyarakat rimba yang tidak manusiawi yang akan dikuasai terus oleh tirani komunis. (sud)