Isu “Perang” dalam Laporan di Kongres Nasional PKT ke-20 Diubah, Apakah Niat Serang Taiwan Tapi Takut kepada AS ?

oleh Li Enzhen 

Laporan Xi Jinping dalam laporan terkait pertahanan nasional yang disampaikan dalam Kongres Nasional PKT ke-20, ia menggunakan istilah “memenangkan perang lokal”. Berbeda dengan “memenangkan perang” yang pernah ia sampaikan dalam Kongres Nasional PKT ke-19. Para analis mengungkapkan bahwa meskipun Beijing berniat menyatukan Taiwan dengan kekuatan militer, tetapi khawatir akan intervensi Amerika Serikat, karena Beijing sadar bahwa militer Tiongkok tidak memiliki peluang untuk memenangkan perang berskala penuh. 

Isu “perang” dalam laporan Kongres Nasional ke-20 diubah

Xi Jinping dalam menyampaikan laporan politik yang terkait dengan situasi pertahanan nasional dan militer di Kongres Nasional ke-20 yang dibuka pada 16 Oktober menyebutkan : “(kita perlu) memperkuat pelatihan militer dan persiapan menghadapi perang …. Perlu memperkuat normalisasi dan diversifikasi dalam penggunaan kekuatan militer. Menciptakan suasana aman, mengatasi krisis dan konflik untuk memenangkan perang lokal”.

Pernyataan “memenangkan perang lokal” dalam isu pertahanan nasional sekarang berbeda dengan pernyataan yang disampaikan dalam laporan Kongres Nasional ke-19 tahun 2017. Dalam laporan Kongres Nasional ke-19, Xi Jinping menyebutkan : “Meningkatkan kemampuan dalam pertempuran gabungan, termasuk kemampuan tempur global berdasarkan sistem informasi jaringan, secara efektif menciptakan situasi yang menguntungkan guna mengelola krisis, mengendalikan perang, dan memenangkan perang”.

Pada 20 Oktober, artikel di media “Hong Kong 01” menunjukkan bahwa “memenangkan perang” jelas berbeda dengan “memenangkan perang lokal”. Istilah “memenangkan perang lokal” juga pernah muncul sebelum Kongres Nasional ke-20.

Laporan Kongres Nasional PKT ke-18 menekankan : “meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas militer yang beragam dengan kemampuan untuk memenangkan perang lokal di bawah kondisi sistem informasi sebagai inti”. Sedangkan laporan Kongres Nasional ke-19 menekankan “memenangkan perang”. Tetapi Kongres Nasional ke-20 menekankan “memenangkan perang Lokal”.

Artikel tersebut percaya bahwa meskipun rezim Beijing menekankan bahwa militer Tiongkok dipersiapkan untuk berperang, tetapi tampaknya tidak memiliki niat untuk berperang dalam skala penuh.

Artikel tersebut menyebutkan bahwa pada saat konflik antara Tiongkok dengan Amerika Serikat menjadi semakin sengit dan situasi di Selat Taiwan semakin memanas, meskipun laporan di Kongres Nasional ke-20 tetap menyoroti “memenangkan perang lokal”, tetapi tampaknya rezim Beijing tidak niat untuk berkonflik besar dengan negara mana pun, termasuk Amerika Serikat. Jadi PKT jangan-jangan hanya bersiap untuk “memenangkan perang lokal” yang mungkin muncul di dalam negeri.

Pakar AS : Beijing menghadapi dua risiko besar jika menyerang Taiwan

Dalam isu Taiwan yang dilaporkan Xi Jinping pada Kongres Nasional ke-20 mengatakan bahwa Beijing “tidak akan pernah mengabaikan kemungkinan penggunaan kekuatan senjata, meninggalkan pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan. Hal ini ditujukan untuk menghadapi campur tangan kekuatan eksternal, dan kegiatan memecah belah yang dilakukan oleh sejumlah kecil separatis yang menghendaki Kemerdekaan Taiwan”.

Kantor Kepresidenan Taiwan baru-baru ini dalam menanggapi pidato Xi Jinping itu mengatakan bahwa Taiwan tidak akan mengalah dan mundur dalam isu kedaulatan, atau kompromi dalam masalah kebebasan dan demokrasi. Rakyat Taiwan dengan tegas menolak “Satu Negara Dua Sistem” yang hendak dipaksakan Beijing terhadap Taiwan.

Pada 17 Oktober, Edward N. Luttwak, seorang ahli strategi militer Amerika Serikat menerbitkan sebuah artikel komentar di Wall Street Journal, menyebutkan bahwa jika PKT menyerang Taiwan, maka ia akan menghadapi dua risiko besar, yaitu persediaan energi dan pangan, terutama pada masalah pangan.

Tiongkok bukan Rusia yang mampu berswadaya dalam energi dan pangan, katanya. Tiongkok tidak dapat lagi mengimpor 95 juta ton kedelai dan jutaan ton protein setiap tahunnya jika ia menghadapi sanksi dan blokade internasional karena menyerang Taiwan.

Edward N. Luttwak percaya bahwa, mengingat situasi energi dan pangan Tiongkok saat ini, rezim Beijing tidak akan berani mengambil risiko menyerang Taiwan dalam waktu singkat.

Kevin Rudd, mantan Perdana Menteri Australia dan Dekan Institut Studi Kebijakan Masyarakat Asia, dalam sebuah artikelnya di Wall Street Journal sebelum Kongres Nasional ke-20 menyebutkan bahwa, dalam jangka pendek, Xi Jinping tidak akan memulai perang karena risikonya terlalu besar.

Ketika ketegangan di Selat Taiwan meningkat pada bulan Agustus, Wall Street Journal yang mengutip informasi dari sumber terpercaya memberitakan bahwa Xi Jinping dalam pembicaraan telepon dengan Biden pada akhir bulan Juli tahun ini pernah mengutarakan bahwa dirinya tidak berniat untuk berperang dengan AS gara-gara isu Taiwan, karena sekarang bukan waktu pecahnya krisis berskala penuh.

Tang Jingyuan, seorang komentator urusan terkini yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan kepada NTDTV bahwa setelah 20 tahun berselang rezim Beijing kembali menyinggung soal reunifikasi Taiwan dengan kekerasan menandakan bahwa rencana reunifikasi dengan cara damai mereka mengalami kegagalan total, oleh karena itu Xi Jinping hendak mempersatukan Taiwan dengan kekuatan militer.

Komentator politik dan ekonomi senior Taiwan Wu Jialong, lebih percaya bahwa dari sudut pandang militer, Xi Jinping tidak memiliki peluang untuk menang. Jadi isu reunifikasi secara kekerasan PKT itu lebih ke arah pertimbangan politik, suatu sikap politik yang ia perlu tunjukkan ke internal partai untuk menghalalkan jalannya ia patut dipilih kembali sebagai Sekretaris Jenderal PKT. Meskipun Wu juga tidak mengesampingkan pertimbangan bahwa Xi Jinping mungkin saja memanfaatkan isu reunifikasi Taiwan sebagai sarana untuk mencapai tujuan lainnya. (sin)