Tentara Rusia Desak Warga Ukraina Meninggalkan Kherson untuk Hindari Serangan Balik Berskala Besar Pasukan Ukraina

 oleh Li Yan

Pada Rabu (19 Oktober), Rusia mendesak penduduk Kherson, Ukraina untuk meninggalkan kota itu. Para pejabat Rusia memperkirakan pasukan Ukraina akan memulai serangan balik besar-besaran di wilayah tersebut untuk merebut kembali wilayahnya yang hilang dari tentara Rusia.

Selama 8 bulan perang berkobar, tentara Ukraina sedang melakukan serangan balik besar-besaran di timur dan selatan Ukraina, mencoba untuk mendapatkan kembali sebanyak mungkin wilayah yang hilang sebelum musim dingin tiba. Pasukan Rusia di wilayah Kherson telah dipaksa mundur 20 hingga 30 kilometer dalam gempuran selama beberapa minggu terakhir.

Kirill Stremousov, wakil kepala pemerintah daerah yang didukung Rusia di daerah Kherson, melalui rekaman video hari Rabu meminta penduduk setempat terutama yang berada di tepi kanan (barat) Dnipro untuk segera mengungsi untuk menghindari terkena serangan tentara Ukraina. Dia juga mengatakan bahwa penduduk yang mengungsi akan dimukimkan di dalam wilayah Rusia.

“Saya meminta kalian untuk menanggapi himbauan saya dengan serius dan secepat mungkin untuk meninggalkan kota tersebut, karena kami tidak akan menyerahkan kota ini, kami akan bertahan hingga menit terakhir”.

Kherson adalah pusat populasi terbesar yang diduduki pasukan Rusia sejak Moskow memulai apa yang disebutnya “operasi militer khusus” di Ukraina pada 24 Februari. Kota ini adalah salah satu dari empat wilayah aneksasi Rusia yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin pada akhir bulan September tahun ini. Namun Ukraina dan Barat menolak gagasan aneksasi Rusia.

Konflik Rusia – Ukraina telah menewaskan ribuan orang, dan membuat jutaan orang terlantar, sejumlah kota runtuh, selain itu juga menghancurkan ekonomi global dan memunculkan kembali keretakan geopolitik dari Perang Dingin.

Kantor berita TASS yang mengutip ucapan Jenderal Vladimir Saldo, Kepala Wilayah Kherson yang ditunjuk oleh Rusia melaporkan bahwa terdapat sekitar 50.000 hingga 60.000 orang penduduk yang bermukim di tepi (timur) Sungai Dniper dalam 6 hari ke depan. Kota Kherson memiliki populasi sekitar 280.000 sebelum perang, tetapi banyak dari mereka telah mengungsi.

“Pihak Ukraina mengumpulkan pasukan untuk serangan besar-besaran. Tidak ada tempat bagi warga sipil di tempat dimana militer beroperasi”, kata Vladimir Saldo.

CNN mengutip ucapan Wakil Kepala Distrik Kherson Ukraina melaporkan bahwa “evakuasi” Rusia sebagai “pengusiran semi-sukarela terhadap penduduk Ukraina”. Praktik tersebut telah menarik perhatian yang mendalam dari badan-badan internasional dan kelompok hak asasi manusia. Mereka mengatakan bahwa tindakan tersebut tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan.

Jenderal V. Saldo mengatakan kepada saluran TV Rossiya-24 pada hari Rabu bahwa akses warga sipil ke daerah Kherson selama 7 hari ke depan akan sangat dibatasi karena situasi perang.

“Hanya mereka yang diberikan izin oleh kantor komandan yang dapat memasuki area tersebut”. Informasi itu mengacu pada “orang yang menyediakan, memasok, terlibat dalam pelayanan publik”.

Tentara Rusia menghadapi situasi ‘sulit’

Sebelum menyerukan warga agar mengungsi, Jenderal Sergei Surovikin, komandan baru pasukan Rusia di Ukraina, memiliki penilaian suram tentang prospek Rusia di wilayah tersebut.

“Situasi di daerah ‘operasi militer khusus’ dapat dikatakan tegang. Situasi di daerah ini (Kherson) sulit. Musuh sengaja menargetkan infrastruktur dan bangunan tempat tinggal penduduk”, kata Surovikin kepada saluran berita Rossiya-24 yang dikelola pemerintah. 

Vladimir Rogov, anggota komite yang ditunjuk Rusia di Zaporizhzhia, wilayah lain di selatan Ukraina mengatakan, bahwa pasukan Ukraina telah meningkatkan serangan mereka di Enerhodar yang dikuasai Rusia semalam. Banyak karyawan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye tinggal di sana.

Pesannya di “Telegram” pada hari Rabu menyebutkan bahwa tembakan artileri menghantam pinggiran kota, dengan 10 tembakan di sekitar pembangkit listrik tenaga panas.

Dmytro Orlov, Walikota Ennakhodar yang diakui oleh Ukraina menyalahkan Rusia atas serangan putaran baru ini.

“Pemboman, pertama di kawasan industri dan kemudian di kota itu sendiri, dimulai sekitar tengah malam dan tidak berhenti hingga pagi harinya”, tulisnya dalam pesan di katanya di “Telegram”.

Kepala Badan Energi Atom Internasional, Rafael Grossi mengatakan bahwa dia berharap untuk segera kembali ke Ukraina. Grossi sedang bernegosiasi untuk menciptakan kawasan yang terlindungi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.

Pembangkit listrik tenaga nuklir terletak di Zaporozhye, salah satu dari empat wilayah Ukraina yang telah diumumkan Rusia untuk dicaplok. Selain Kherson, dua wilayah lain yang dinyatakan dianeksasi adalah provinsi perbatasan timur Donetsk dan Luhansk, yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas. Faktanya, Rusia hanya menduduki sebagian wilayah ini.

Putin mendeklarasikan wilayah itu sebagai bagian dari Rusia menyusul apa yang ia sebut referendum Moskow pada bulan lalu. Referendum yang ilegal dan memaksa itu mendapat kecaman dari pemerintah Kiev dan Barat.

Militer Ukraina mengatakan pada hari Rabu, bahwa pasukan Rusia telah melakukan serangan di beberapa daerah, termasuk Kyiv dan Zaporozhye, dengan menggunakan rudal jelajah, penerbangan dan anti-pesawat dalam 24 jam terakhir.

Militer Ukraina juga menyebutkan : “Selain itu, penjajah (militer Rusia) telah menggunakan 14 unit drone Kamikaze (Shahed-136) buatan Iran untuk melakukan serangan. Dan 10 di antaranya berhasil ditembak jatuh”.

The Epoch Times tidak berhasil memverifikasi laporan di medan perang secara independen.

Baik Ukraina maupun Rusia menyangkal melakukan penyerangan dengan target warga sipil, tetapi pejabat Ukraina dan PBB menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang. (sin)