Paradoksal Dalam Laporan Kongres Nasional Ke-20 PKT

Qianyuan

Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) dibuka di tengah riuh rendahnya cemoohan dari seluruh dunia. Setelah pembukaan Xi Jinping memberikan laporan berdurasi 1 jam 45 menit, keseluruhan isi laporan dikabarkan beberapa kali mendapat “tepuk tangan meriah” dari para perwakilan. 

Tentu saja, seperti diketahui bahwa para anggota perwakilan dalam kongres partai PKT adalah orang-orang yang dipilih secara seksama oleh para petinggi PKT, tidak mungkin berharap terjadi kesalahan apapun seperti kejadian pada 13 Oktober lalu di Jembatan Sitong di kota Beijing oleh seorang bernama Peng Lifa yang melakukan aksi protes menggemparkan. Sebenarnya laporan ini sendiri penuh dengan paradoksal dan berbagai kesalahan, sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara konkrit.

 Atas masalah Taiwan yang paling disoroti seluruh dunia, Xi Jinping menyebutkan: Menyelesaikan masalah Taiwan adalah masalah internal Tiongkok, dan harus diputuskan oleh orang Tiongkok sendiri. 

Tapi entah bagaimana kesan orang Taiwan, tidak diketahui juga bagaimana warga negara seluruh dunia yang menggunakan chip yang diproduksi oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) akan berpikir, di era globalisasi ini mengatakan “mutlak tidak berjanji tidak akan menggunakan kekuatan militer” apakah tidak akan berdampak pada seluruh dunia? 

Xi Jinping bahkan mengatakan “Tiongkok selamanya tidak akan menjadi hegemoni dan tidak akan berekspansi”, lalu apakah merebut Taiwan dengan kekuatan militer bukan ekspansi? Proyek BRI (Belt Road Initiative) yang menghamburkan banyak uang rakyat itu apakah bukan ekspansi jenis lain? 

Yang disebut “membangun komunitas bersama manusia yang senasib”, apakah gambaran visi ini merupakan hal yang diinginkan oleh seluruh dunia? 

Jika PKT berinisiatif meluaskan ‘komunitas bersama manusia senasib’ ini ke seluruh dunia, maka dengan sendirinya juga akan mencakupi “zero pandemi”, pengawasan besar, dan kediktatoran satu partai… 

Semua ini selamanya tidak akan diterima oleh seluruh dunia, jadi sebenarnya itu adalah komunitas bersama yang dipimpin oleh kejahatan.

 Dalam masalah Hong Kong, di satu sisi Xi Jinping dalam laporannya menyombongkan kehebatan “satu negara dua sistem”, di sisi lain berubah menjadi “berpegang teguh memerintah Hong Kong dan Makau sesuai hukum, mewujudkan wewenang pemerintahan pusat sepenuhnya, menerapkan prinsip ‘patriot memerintah Hong Kong’ dan ‘patriot memerintah Makau’. 

Sesaat kemudian mengatakan kepada audiensi, sebenarnya “satu negara dua sistem” hanyalah suatu simbol, esensinya adalah “pusat menguasai seluruh aspek”, “satu negara dua sistem” bisa diabaikan! Bukankah ini berarti sama konyolnya dengan mengatakan pada seseorang bahwa orang itu boleh mengatur dirinya sendiri, tapi di sisi lain dia harus tunduk padanya, para perwakilan partai yang masih bisa memberikan tepuk tangan meriah untuk paradoksal seperti ini, bisa dibayangkan betapa para wakil tersebut sama sekali tidak mempunyai pemikiran yang independen.

Pada saat menyinggung soal pertumbuhan ekonomi dalam negeri, Xi Jinping menyebutkan: “Berpegang teguh pada keterbukaan terhadap luar negeri, percepat pembangunan pola perkembangan baru dengan sirkulasi domestik sebagai fokus utama dan sirkulasi ganda (dual circulation) yang saling menunjang”. 

Suatu kata-kata klise yang tidak korelatif dan hanya berputar-putar itu bisa juga menjadi pemikiran panutan bagi masa depan seluruh Tiongkok, ini sungguh menakutkan! 

Kalimat pertama baru disebutkan berpegang teguh pada keterbukaan tingkat tinggi, kalimat berikutnya langsung berubah menjadi sirkulasi domestik sebagai fokus utama. 

Sebenarnya sebuah badan ekonomi yang normal adalah bisa menampung dan mengumpulkan pengusaha dari dalam dan luar negeri, akan tetapi “sirkulasi” yang disebutkan PKT sebenarnya hanyalah kata-kata indah menutup gerbang negara. Maksud PKT yang sebenarnya adalah, sebisa mungkin menipu dan mencuri dari luar negeri, setelah tidak bisa lagi menipu dan mencuri, maka PKT akan menutup gerbang dan berswadaya, itu saja. Apalagi di saat sekarang ini AS mulai secara ketat membatasi ekspor chip terhadap RRT. Bahkan teknisi chip AS yang kompeten tidak bisa lagi melayani PKT, keseluruhan teknologi canggih yang berbasis teknik informasi ini akan menutup pintu bagi PKT, dengan kondisi seperti ini, ide pertumbuhan ekonomi PKT yang paradoksal pun menjadi semacam celaan terhadap dirinya sendiri.

 Dalam hal “pemberantasan korupsi”, Xi Jinping menyebutkan harus “selamanya meniup terompet perang”, “menyempurnakan norma dalam sistem swa-revolusioner partai”, adakah di dunia ini yang bisa mewujudkan “swa-revolusioner”? 

Jika suatu organisme yang terus menerus tumbuh tumor sudah merupakan sesuatu yang menakutkan, apakah dapat diharapkan organisme tersebut melakukan operasi terhadap dirinya sendiri, terus memotong tumor yang tumbuh itu? Yang lebih ironis lagi adalah: Zhang Gaoli yang sempat menjadi “tersohor” akibat kasus Peng Shuai (Petenis yang sempat menghilang usai melaporkan kasus pelecehan seksual mantan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli) itu sedang duduk di podium ketua sidang, mendengarkan dengan seksama pidato oleh Xi Jinping itu, seorang oknum yang begitu bobrok kelakuannya masih bisa duduk di mimbar ketua, apa yang bisa diharapkan dari gerakan pemberantasan korupsi ini? 

Kehadiran Zhang Gaoli yang masih bisa menampakkan diri pada Kongres Nasional ke-20 ini saja sudah merupakan suatu paradoksal, sidang seperti ini sama sekali tidak mungkin bisa memberikan sedikit pun harapan bagi negara ini.

Sedangkan kata-kata usang PKT yang selalu dicemooh, di satu sisi berpegang teguh pada kepemimpinan partai, di sisi lain masih bisa “menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum”; di satu sisi memperkuat kepemimpinan partai komunis, di sisi lain mengatakan “rakyat di atas segalanya”. Di sini kita tidak akan membuang-buang waktu membantahnya, kediktatoran satu partai PKT, di dalam sistem negara ini pada dasarnya sama sekali tidak ada tempat bagi demokrasi rakyat. Apa yang dimaksud dengan demokrasi telah menjadi suatu show/pertunjukan semata, apa yang disebut dengan hukum juga telah menjadi cara-cara bagi penguasa yang kejam untuk menindas, itu saja.

Setelah melihat keseluruhan isinya, laporan itu adalah setumpuk kertas dengan berbagai paradoksal dan kesalahan, 

PKT bahkan telah malas mengenakan “jubah kaisarnya (mengacu pada cerita pendek dari Hans Christian Andersen berjudul “Raja yang Bodoh” atau “Pakaian Baru Raja”, telah diterjemahkan dalam lebih dari 100 bahasa.)”, langsung saja berlari tanpa busana di atas pentas dunia. (sud)