Polandia dan Korsel Tanda Tangani Kontrak Kesepakatan Persenjataan Setelah Beijing Memblokir Kunjungan Polandia ke Negeri Ginseng

Lisa Bian

Meskipun kunjungan wakil perdana menteri Polandia dan menteri pertahanan Mariusz Błaszczak baru-baru ini ke Korea Selatan dilaporkan diblokir oleh Tiongkok, Kementerian Pertahanan Polandia menandatangani kontrak kesepakatan persenjataan dengan perusahaan industri militer Korea Selatan pada 19 Oktober.

Kantor berita Korea Selatan, Yonhap melaporkan bahwa Hanwha Defense menandatangani kontrak perjanjian kerangka kerjasama dengan Kementerian Pertahanan Nasional Polandia di Warsawa, Polandia, untuk ekspor 288 sistem artileri roket K-239 Chunmoo. Kontrak persenjataan tersebut memiliki label harga sekitar $6 miliar, dengan pengiriman dimulai pada 2023.

Dikutip di situs web pemerintah Polandia, Menteri Pertahanan Blaszczak mengatakan K-239 Chunmoo “adalah persenjataan yang sangat bagus,” dengan karakteristik  mirip dengan sistem roket M142 HIMARS buatan AS yang dipesan Polandia pada 2019, yang akan dikirim pada tahun depan.

Blaszczak mengatakan Polandia telah “mengajukan permintaan pengiriman yang lebih besar” dari sistem HIMARS, tetapi peralatan tidak dapat dikirim “dalam waktu yang memuaskan,” sehingga Polandia beralih ke Korea Selatan untuk sistem roket.

Penandatanganan Kontrak Bertepatan dengan Upacara Pengiriman Senjata di Seoul

Pada Agustus, Badan Persenjataan Polandia menandatangani fase pertama kontrak dengan dua perusahaan senjata Korea—Hyundai Rotem dan Hanwha Defense—untuk ekspor tank K-2 Panther dan howitzer self-propelled K-9, senilai $ 5,8 miliar. 

Gelombang pertama pengiriman disampaikan pada sebuah upacara di Seoul, Korea Selatan, pada 19 Oktober, yang secara resmi memulai proses pengiriman senjata.

Błaszczak dijadwalkan memimpin delegasi pemerintah Polandia ke Korea Selatan untuk berpartisipasi dalam upacara pelepasan senjata yang dibeli baru-baru ini.  Pada saat yang sama menandatangani perjanjian kerangka kerja dengan Hanwha Defense.

Perjalanan itu dibatalkan, dilaporkan karena “kesalahan teknis pada pesawat,” menurut pernyataan pemerintah Polandia. Oleh karena itu pertemuan antara menteri pertahanan Korea dan Polandia berlangsung secara online.

Laporan Media Korea : PKT Memblokir Kunjungan Delegasi Polandia

Korea Times mengutip pernyataan para pejabat melaporkan bahwa perjalanan dibatalkan karena rezim Tiongkok menolak untuk mengizinkan delegasi Polandia terbang melalui wilayah udara Tiongkok, yang memerlukan pertemuan virtual untuk kesepakatan persenjataan.

Penerbangan udara alternatif akan  memakan waktu, yang pada akhirnya menyebabkan misi Polandia membatalkan perjalanannya ke Korea. Oleh karena itu, pertemuan antara menteri pertahanan Korea dan Polandia berlangsung secara online.

Seorang Profesor di Departemen Urusan Militer Universitas Konyang Korea Selatan, dan mantan presiden Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Kim Taewoo  kepada Epoch Times mengatakan bahwa Tiongkok jelas tidak senang saat Polandia membeli persenjataan dari Korea Selatan. Kemungkinan besar, dikarenakan Polandia menentang invasi Rusia ke Ukraina. Apalagi secara aktif mendukung Ukraina melalui memberikan sumbangan persenjataan.

Kim menekankan  menolak wilayah udara untuk delegasi Polandia adalah langkah mundur Tiongkok. Di kancah internasional,  semua negara membuka wilayah udaranya untuk pesawat sipil non-militer, dan Beijing melanggarnya.

Kim menilai tindakan Tiongkok juga merupakan peringatan bagi Korea Selatan. Pasalnya, sudah berada di kubu Barat.

People’s Liberation Army Daily, surat kabar militer Partai Komunis Tiongkok (PKT) menerbitkan laporan pada Agustus berjudul “Penjualan senjata Korea Selatan ke Polandia mengancam dirinya sendiri.” Laporan tersebut mengklaim bahwa kesepakatan senjata merupakan “keterlibatan Korea Selatan dalam konflik Rusia-Ukraina sampai batas tertentu” dan  “Korea Selatan mengancam dirinya sendiri dengan mengambil keuntungan dari perang.”

Korea Selatan Menjadi Pemasok Senjata Terbesar Kedelapan di Dunia

Baru-baru ini, Korea Selatan telah menandatangani serangkaian kesepakatan senjata yang inovatif.

Kontrak Agustus dengan Polandia adalah fase pertama dari kesepakatan komprehensif yang ditandatangani pada  Juli antara kedua negara—yang disebut kesepakatan senjata terbesar dalam sejarah Korea Selatan. Kesepakatan tersebut menyetujui untuk memasok Polandia dengan hampir 1.000 tank tempur utama K-2 Black Panther, 672 howitzer self-propelled K-9 Thunder, dan 48 pesawat tempur ringan FA-50. Nilai total perjanjian pengadaan diperkirakan mencapai 19 triliun won (sekitar $14.5 miliar).

Pada 1 Februari, Korea Selatan menandatangani perjanjian, senilai sekitar $1,7 miliar, untuk memasok Mesir dengan ratusan howitzer self-propelled K9, kendaraan pasokan amunisi K10, dan K11 Fire Direction Control Vehicle. 

Pada 16 Januari tahun ini, Korea Selatan menandatangani kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk mengekspor rudal permukaan-ke-udara jarak menengah buatan Korea, senilai sekitar $3,5 miliar. Kontrak itu dikatakan sebagai kesepakatan ekspor terbesar Korea Selatan.

Pada 13 Desember tahun lalu, Korea Selatan menandatangani kontrak dengan Australia untuk mengekspor 30 senjata self-propelled K-9 dan 15 kendaraan suplai amunisi lapis baja, dengan total sekitar $716,5 juta.

Selain itu, ekspor senjata Korea Selatan ke negara-negara Asia Pasifik juga semakin meningkat. Menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Filipina dan Indonesia adalah dua pembeli terbesar Korea Selatan, menyumbang 16 persen dan 14 persen dari pembelian senjata dari Korea Selatan antara 2017-2021.

Pada Maret, SIPRI merilis data baru tentang perdagangan senjata global, yang menunjukkan bahwa pangsa pasar ekspor senjata global Korea Selatan meningkat dari 1 persen pada periode 2012–16 menjadi 2,8 persen pada periode waktu 2017–21, meningkat 177 persen. .

Nilai kontrak menjadikan Korea Selatan sebagai pengekspor senjata terbesar kedelapan di dunia, setelah Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Tiongkok, Jerman, Italia, dan Inggris. Di antara 25 pengekspor senjata teratas dunia, pangsa pasar Korea Selatan meningkat paling tinggi dalam periode waktu tersebut.

Pakar: Korea Selatan Menjadi Sumber Senjata Favorit

Ramon Pacheco Pardo, Profesor Hubungan Internasional di King’s College London, mengatakan dalam artikel Agustus di Korea JoongAng Daily bahwa setelah kesepakatan Korea Selatan dengan Polandia pada  Juli, negara itu menjadi satu-satunya negara Asia yang mengekspor senjata ke anggota NATO.

Pacheco Pardo mencatat bahwa Korea Selatan  menjadi pemasok senjata favorit ke negara-negara di seluruh dunia karena tiga alasan: Pertama, memiliki kemampuan memasok persenjataan canggih dengan andal dan cepat. Kedua, meskipun Rusia dan Tiongkok adalah pengekspor senjata utama, banyak negara di Barat menolak untuk membeli senjata dari kedua negara, membatasi pilihan mereka pada sekutu Barat.

Terakhir, menurut Pacheco Pardo, dikarenakan Korea Selatan adalah sekutu AS, sistem persenjataannya sering kali menyertakan teknologi AS. Ini mungkin tidak tercanggih, tetapi tetap canggih dan “membantu meningkatkan kualitas peralatan militer Korea Selatan.” (asr)