Ada Apa dengan Xi Jinping yang Tiba-Tiba Menyampaikan Pesan Ingin Berbaik dengan Amerika Serikat ?

 oleh Luo Tingting

Pada 26 Oktober, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping tiba-tiba menyampaikan pesan ke Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa Tiongkok bersedia untuk hidup berdampingan secara damai dengan Amerika Serikat. Padahal sebelum ini, Xi Jinping dalam laporan pertanggungjawaban yang disampaikan dalam Kongres Nasional ke-20 masih menunjukkan tekadnya untuk menentang Amerika Serikat.

Hubungan Tiongkok – AS lebih penuh tantangan setelah Xi kembali terpilih

Media corong PKT “Xinhua News Agency” melaporkan pada 27 Oktober bahwa Xi Jinping mengirim ucapan selamat atas diselenggarakannya jamuan makan malam dalam pemberian penghargaan Tahunan oleh Komite Nasional Hubungan AS – Tiongkok pada 26 Oktober. Xi Jinping mengatakan bahwa dunia saat ini sedang dalam kondisi tidak damai, Oleh karena itu Tiongkok dan Amerika Serikat harus memperkuat komunikasi dan kerja sama demi menemukan jalan terbaik dalam menggapai keuntungan bersama.

Setelah berakhirnya Kongres Nasional ke-20 Xi Jinping tiba-tiba menunjukkan sikapnya untuk berbaik dengan Amerika Serikat, yang justru menimbulkan tanda tanya. Padahal, laporan pertanggungjawaban Xi Jinping dalam Kongres Nasional ke-20 mencerminkan hubungan AS – Tiongkok di masa mendatang akan lebih penuh tantangan, dan interaksi antara Tiongkok dengan Barat juga akan berubah.

Dalam laporan di Kongres Nasional ke-20, Xi Jinping menuntut militer Tiongkok untuk menggencarkan latihan demi persiapan perang, meningkatkan kemampuan dalam pertempuran singkat. Setelah Xi Jinping terpilih kembali sebagai Sekjen PKT, ia menghadiri pertemuan para kader pimpinan tentara pada 24 Oktober, di sana ia kembali meminta para kader senior angkatan darat untuk meningkatkan sikap politiknya dan kemampuan menghadapi perang.

Bonny Lin, Direktur “China Power Program” di CSIS (Center for Strategic and International Studies), mengatakan dalam simposium pada 25 Oktober, bahwa meskipun laporan Xi Jinping ke Kongres Nasional ke-20 tidak menyebutkan nama Amerika Serikat, berbagai tantangan dan ancaman yang dijelaskan di sana, “banyak yang sebenarnya merujuk ke Amerika Serikat, tantangan yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat”.

Selain itu, ketika Xi Jinping berbicara tentang hubungan internasional dalam laporannya, pidatonya berfokus pada “hidup berdampingan secara damai” tetapi bukan “kerja sama”. 

Bonny Lin mengatakan bahwa hal ini menunjukkan Beijing tidak optimis terhadap prospek kerja sama dengan Washington. “Mereka percaya prospek hidup berdampingan secara damai dan menghindari krisis atau konflik dengan Amerika Serikat, tetapi sebenarnya prospek ini semakin sulit terealisasi”.

“Wall Street Journal” mengutip ucapan sumber yang akrab dengan pemikiran Xi Jinping pada 19 Oktober melaporkan, sepertinya Xi cenderung untuk “buka-bukaan kartu” dengan Barat. Selama 10 tahun berkuasa, ia telah meluncurkan serangkaian kebijakan untuk memperbesar kekuatan militer, merestrukturisasi sistem ekonomi, membentuk kembali struktur kemasyarakatan, dan mempersiapkan kemungkinan konflik dengan Amerika Serikat.

Selama 10 tahun Xi Jinping berkuasa, hubungan Tiongkok – AS anjlok. Selain itu ia juga terus menyinggung soal penyatuan Taiwan dengan kekuatan militer. Hal ini membuat dunia luar khawatir bahwa dalam waktu dekat, Tiongkok dan Amerika Serikat mungkin akan terlibat dalam konflik atas Taiwan. 

Yuan Hongbing, seorang komentator di Australia mengatakan kepada NTDTV : “Setelah Kongres Nasional ke-20, seluruh kebijakan nasional Xi Jinping cuma berfokus pada penyelesaian masalah Taiwan sesuai dengan keinginan mereka. Jangan berharap ada reunifikasi secara damai, itu tidak mungkin. Selain itu, masyarakat Taiwan juga tidak akan menerima kekuasaan Partai Komunis. Jadi hanya ada satu jalan tersisa yang ditempuh, yaitu menyerang Taiwan dengan kekerasan”.

Pada hari yang sama Xi Jinping menyatakan niatnya untuk berbaik dengan AS, Presiden AS Joe Biden juga mengirim surat ucapan selamat ke jamuan makan malam penghargaan tahunan Komite Nasional Hubungan AS – Tiongkok.

Biden dalam pertemuan dengan Menhan AS Lloyd Austin, Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Miley dan sejumlah komandan dari berbagai angkatan di Gedung Putih hari itu. mengatakan : “Kita harus dapat mengelola persaingan yang berkembang dengan komunis Tiongkok secara bertanggung jawab, kita juga wajib mempertahankan superioritas militer kita dan memperjelas keinginan kita yang tidak menghendaki terjadinya konflik”.

Militer AS mengungkap rahasia kekuatan Angkatan Roket Tiongkok

Pada 24 Oktober, lembaga think tank Universitas Angkatan Udara AS “China Aerospace Research Institute” (CASI) merilis laporan penelitian terperinci tentang Pasukan Roket Tiongkok. Informasi yang cukup terinci mengenai lokasi, penempatan personel di semua pangkalan Pasukan Roket.

Netizen berpendapat bahwa laporan ini mengandung sifat cemooh karena sama saja seperti fenomena ketika celana seseorang ditarik turun oleh orang lain.

Komentator politik Heng He mengatakan kepada NTDTV bahwa Tiongkok menggunakan senjata tidak konvensional untuk melakukan perang “asimetris” adalah ancaman terbesar bagi Taiwan dan Amerika Serikat. Namun, pengungkapan lokasi penting yang sangat dirahasiakan oleh Tiongkok dibocorkan oleh lembaga penelitian militer AS ini tidak diragukan lagi merupakan kejutan bagi Partai Komunis Tiongkok.

Heng He menambahkan bahwa AS menggunakan metode ini untuk memperingatkan Tiongkok agar berpikir dua kali ketika mau melancarkan perang. Saya tahu di mana Anda berada dan apa yang akan Anda lakukan. Oleh karena itu, memainkan efek pencegahan langsung terhadap niat Beijing yang hendak melakukan reunifikasi secara kekerasan. (sin)