Foxconn Zhengzhou Memulai Perekrutan, Ada Apa Para Karyawan Memilih Melarikan Diri

Luo Tingting

Pada  7 November pagi, pabrik Foxconn di Zhengzhou, Tiongkok mengeluarkan pengumuman bahwa mereka berencana  memulai merekrut para karyawan. Menurut analisis, beberapa fenomena abnormal telah terjadi terhadap para karyawan Foxconn yang melarikan diri.

Foxconn Zhengzhou memulai perekrutan

Berita dimulainya perekrutan Foxconn Zhengzhou yang masuk dalam pencarian terpanas Baidu. Pengumuman rekrutmen dikeluarkan oleh Grup Bisnis iDPBG Foxconn Zhengzhou bahwa perusahaan berencana untuk memulai rekrutmen, dan rekrutan baru akan dibayar 30 yuan per jam. Sedangkan masa kontrak hingga 15 Februari 2023.

Pengumuman  juga mendorong para karyawan lama untuk kembali ke pabrik, subsidi satu kali sebesar RMB 500 akan diberikan kepada mereka yang pulang dari 10 Oktober hingga 5 November.

Metode pendaftaran rekrutmen didaftarkan secara seragam oleh agen sumber daya manusia setempat. Setelah manajemen statis Bandara Zhengzhou dicabut, perusahaan akan mengatur kendaraan untuk menerima para karyawan.

Pabrik Foxconn di Zhengzhou memiliki lebih dari 90 lini produksi iphone dan sekitar 350.000 pekerja. Pabrik Foxconn bertanggung jawab atas 50% produksi global ponsel Apple dan merupakan basis manufaktur global terbesar untuk iPhone. 

Pabrik memainkan peran penting dalam ekonomi lokal. Nilai impor dan ekspor menyumbang 80% dari volume impor dan ekspor Kota Zhengzhou, 60% dari volume impor dan ekspor Provinsi Henan dan hampir 1/3 dari ekspor volume seluruh rantai industri ponsel Tiongkok.

Pada pertengahan Oktober, wabah terjadi di pabrik dan sejumlah besar karyawan melarikan diri, menimbulkan kekhawatiran. Apple mengatakan dalam sebuah pernyataan di situs resminya pada 6 November, bahwa fasilitas perakitan utama untuk iPhone 14 Pro dan iPhone 14 Pro Max di Zhengzhou dipengaruhi oleh langkah-langkah yang relevan, dan pengiriman diperkirakan akan lebih rendah daripada yang diharapkan.

Karyawan Foxconn Melarikan Diri Merupakan Fenomena Abnormal

Pelarian karyawan Foxconn di Zhengzhou  menimbulkan kekhawatiran tentang prospek masa depan modal asing dan para pengusaha Taiwan di bawah kebijakan pencegahan nol kasus epidemi Partai Komunis Tiongkok. Pada saat yang sama, ada beberapa kejanggalan dalam insiden tersebut.

Video yang beredar menunjukkan bahwa di bawah model pencegahan epidemi yang ketat, para karyawan Foxconn yang kembali ke kampung halaman mereka dengan berjalan kaki dari daerah berisiko epidemi tidak diblokir secara tegas oleh pemerintah atau bahkan pemerintah setempat. Bahkan, beberapa tempat bahkan mengirim kendaraan untuk membawa karyawan ini kembali ke kampung halaman mereka. Ini benar-benar berbeda dari reaksi resmi dan pribadi ketika orang-orang di Wuhan dan kota-kota lainnya melarikan diri.

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times, mengatakan pada program “Forum Elite” bahwa pelarian sebelumnya di Wuhan terutama karena ketakutan akan virus, sedangkan pelarian di Zhengzhou kali ini terutama karena ketakutan  akan diisolasi.  Perbedaannya sangat besar. Jika dilihat dari sikap orang-orang terhadap karyawan yang melarikan diri, semua orang sudah tidak takut dengan virus dan merupakan perubahan  signifikan.

“Ini berarti alasan di balik kebijakan ketat tanpa pembersihan di Beijing adalah karena virus itu mengerikan, dan orang-orang pada dasarnya tidak mempercayainya,” kata Guo Jun.

Produser acara bincang-bincang, Li Jun, mengatakan kepada Forum Elite bahwa pemerintah jelas bertanggung jawab atas pelarian diri dari Foxconn di Zhengzhou. Menurut wawancara orang dalam Foxconn yang beredar di Internet, setelah wabah epidemi, pemerintah benar-benar mengkambinghitamkan Foxconn. Agar  tidak memutuskan rantai produksi, pemerintah mengunci mereka di dalam pabrik, membiarkan mereka  menyelesaikan sendiri masalahnya.

Tetapi sebagai suatu perusahaan, makanannya, obat-obatannya, dan banyak hal tidak dapat diselesaikan dengan sendirinya, membutuhkan bantuan pemerintah, tetapi pemerintah daerah belum memberikan bantuan yang layak. 

Li Jun berkata : “Inilah cara pemerintah Partai Komunis Tiongkok. Baik ekstrim kiri atau ekstrim kanan, hanya pintar berkelit saja.”

Jurnalis senior Jepang Akio Yaita mengatakan di Facebook: “Puluhan ribu karyawan terkunci di asrama. Mereka tidak hanya tidak memiliki ruang untuk bergerak, tetapi kekurangan makanan dan air minum. Masker bahkan hanya diberikan setiap tiga hari sekali, dan mereka tidak bisa mendapatkan perawatan medis ketika mereka sakit. Beberapa karyawan bertahan selama lebih dari sepuluh hari dan akhirnya meledak, menerobos  penjaga keamanan dan melakukan pelarian massal.”

Lei Ge: Pelaku dalam insiden pelarian Foxconn adalah pencucian otak PKT

Lei Ge, seorang komentator di Amerika Serikat kepada VOA mengatakan bahwa pada 4 November, para pekerja Foxconn yang melarikan diri adalah drama yang absurd, dan pelakunya adalah pencucian otak PKT.

Lei Ge mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir, PKT telah menerapkan propaganda  pembersihan pada rakyat jelata. Ketika dunia Barat terbuka untuk hidup berdampingan dengan virus, Partai Komunis Tiongkok bersikeras untuk membersihkannya,  menurut bukti ilmiah, dan menggunakan berbagai mesin propaganda untuk melebih-lebihkan betapa mematikan virus tersebut. Bahkan,  efek samping yang ditimbulkan.  Oleh karena itu, menciptakan rasa takut di antara orang-orang Tiongkok tentang virus.

Dia mengatakan bahwa para pekerja yang melarikan diri, tak diragukan lagi adalah korban dari pencegahan epidemi nol infeksi. Mereka pantas mendapatkan simpati. Akan tetapi,  dikarenakan mereka  disihir oleh propaganda pembersihan PKT untuk waktu yang lama, mereka  menentang langkah-langkah pencegahan epidemi yang lebih longgar dari pabrik dan mengeluh di mana-mana.

“Dalam beberapa hal, mereka  menjadi alat, pembela dan promotor mode kebijakan nol kasus, dan akhirnya mengarah pada tragedi ini, betapa absurdnya,” kata Leige. (hui)