Xi Jinping Menginstruksikan Militer untuk Memusatkan Seluruh Kemampuan dan Kekuatan Hadapi Perang

oleh Li Xin’an

Pada 8 November, Xi Jinping melakukan inspeksi ke Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat. Di sana Xi mendesak militer agar lebih mengintensifkan pelatihan yang menyeluruh dalam rangka persiapan perang untuk mempertahankan kedaulatan negara. Beberapa analis percaya bahwa PKT secara bertahap sedang mendorong militer Tiongkok menuju ambang peperangan dengan melakukan persiapan-persiapan untuk bertempur di Selat Taiwan. 

Menurut Kantor Berita Xinhua, bahwa pada 8 November, Xi Jinping, sekretaris jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, merangkap Ketua Komisi Militer Pusat, dan panglima gabungan komisi militer melakukan inspeksi ke Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat. 

Di sana Xi Jinping mengingatkan kepada Komisi Militer Pusat yang baru diangkat untuk mewujudkan Semangat Kongres Nasional ke-20, lebih mengintensifkan pelatihan militer yang menyeluruh, dan berfokus pada persiapan perang.

Xi Jinping menekankan bahwa “Seluruh pasukan harus memfokuskan semua perhatian, pekerjaan untuk berperang”, mempercepat peningkatan kemampuannya untuk meraih kemenangan, demi membela kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan nasional.

Video yang disiarkan China Central TV menunjukkan bahwa pada pukul 4 sore, Xi Jinping, mengenakan seragam militer memimpin Zhang Youxia (Wakil Ketua Komisi Militer Pusat), He Weidong (Wakil Ketua Komisi Militer Pusat), pejabat militer lainnya seperti Li Shangfu, Liu Zhenli, Miao Hua, Zhang Shengmin memasuki Gedung Pusat Komando Operasi Gabungan untuk mendengarkan pidato Xi Jinping dan laporan lainnya.

Dunia luar menemukan bahwa ini adalah paparan pertama dari suasana dalam ruang utama Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat (foto yang pernah muncul pada tahun 2016 telah dihapus).

Penampilan pertama suasana dalam ruang utama Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat. (foto Internet)

Beberapa netizen berpendapat bahwa setelah Xi Jinping berhasil meraih kekuasaan penuh, tampaknya ia sewaktu-waktu dapat meluncurkan reunifikasi Taiwan dengan kekuatan senjata. Ada pula netizen yang berkomentar : “Semakin mirip Korea Utara”.

Ada pula netizen yang sempat memperhatikan bahwa Xi Jinping juga pernuh mengutarakan hal yang sama ketika dirinya mengadakan inspeksi ke Komando Daerah Militer Wilayah Timur pada tahun 2018. “Pusatkan seluruh pikiran dan perhatian pada pertempuran, dan semua pekerjaan harus diarahkan untuk bertempur”, kata Xi waktu itu. Beberapa netizen berpendapat bahwa itu terutama untuk show of force, menunjukkan kekuatan militer ada di tangannya.

Reporter melalui penelusuran menemukan bahwa pada awal tahun 2013, Liu Minggao, Komandan Angkatan Udara Daerah Militer Guangzhou pernah merilis sebuah artikel tulisannya di “Harian Tentara Pembebasan Rakyat” yang mengusulkan agar seluruh militer memusatkan pikiran dan perhatian pada pertempuran. Pada 3 November 2017, ketika Xi Jinping memimpin sekelompok orang dari Komisi Militer untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengembangan Gedung Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat, ia juga menyampaikan hal sama yang berkaitan dengan persiapan perang.

Wang Dan, seorang pemimpin mahasiswa gerakan pro-demokrasi 1989 dan kepala lembaga pemikir non-pemerintah Amerika “Dialogue China”, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa cukup ganjil Xi Jinping sampai pergi ke Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat untuk melakukan inspeksi sebagai “Panglima Tertinggi” dan melalui pidatonya menekankan agar militer memperkuat pelatihan dan persiapan untuk berperang. Tindakan dan deklarasi ini jauh berbeda dengan sikap Xi Jinping di masa lalu. Oleh karena itu, patut mendapat perhatian dari masyarakat luar. Terutama Taiwan perlu meningkatkan kewaspadaan.

Wang Dan menilai, jangan mempergunakan akal dan pemikiran normal untuk menilai tindakan yang mungkin diambil oleh PKT dan Xi Jinping. Logika pemikiran mereka berbeda dari orang normal. 

Laporan Kongres Nasional ke-20 menyebutkan bahwa tujuan perjuangan seabad pendirian Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok sebagai militer kelas utama dunia harus terwujud sesuai jadwal. 

Dalam isu penyatuan Taiwan, laporan Kongres menyebutkan : Tidak akan berkomitmen untuk meninggalkan penggunaan kekerasan. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Blinken dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Bloomberg mengatakan bahwa rezim Beijing telah memutuskan untuk tidak menerima status quo dan bahwa mereka ingin mempercepat upaya penyatuan.

Namun, banyak analis seperti laporan Universitas Pertahanan Nasional berkesimpulan bahwa lingkungan damai yang cukup lama menjadikan militer Tiongkok tidak memiliki pengalaman bertempur yang sebenarnya. 

Saat ini, hanya Liu Zhenli yang berusia 58 tahun dan Zhang Youxia yang berusia 72 tahun di Komisi Militer yang pernah berpartisipasi dalam Perang Vietnam yang memiliki pengalaman tempur. James Char, seorang peneliti dari Institut Studi Pertahanan dan Strategis Singapura mengatakan kepada CNN, bahwa militer Tiongkok mengetahui kekurangannya (kurangnya peralatan dan personel yang terlatih dalam pendaratan amfibi) mereka belum memiliki kemampuan dalam jangka pendek hingga menengah untuk menyerang musuh di seberang laut.

Menurut informasi terbuka, Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat adalah pusat komando operasi gabungan yang dibentuk oleh Komisi Militer Pusat pada tingkat strategis tertinggi dan langsung di bawah Komisi Militer Pusat. Pusat tersebut dibentuk pada tahun 2016 untuk menggantikan “Staf Umum” yang telah dihapuskan pada bulan Januari 2016 dalam rangka reformasi pertahanan dan militer.

Pusat Komando Gabungan Komisi Militer Pusat sebagai organisasi komando tempur tertinggi militer Tiongkok bertanggung jawab untuk memimpin operasi gabungan dari 3 angkatan. Setiap KODAM memiliki sendiri pusat komando operasi gabungan yang bertanggung jawab atas operasi gabungan 3 angkatan di daerahnya. Panglima Komando Gabungan Komisi Militer Pusat dirangkap oleh Ketua Komisi Militer Pusat.

Dalam pidatonya, Xi Jinping juga menegaskan status dan tanggung jawab Pusat Komando Gabungan Komisi Militer Pusat yang dijadikan sebagai pendukung utama bagi pelaksanaan komando strategis Komite Sentral Partai dan Komisi Militer Pusat. Jadi perlu “memperkuat penelitian dan penilaian situasi keamanan nasional, memperkuat respons praktis terhadap perjuangan militer”. Selain itu “berusaha membangun organisasi komando strategis yang benar-benar setia, pandai berperang, memiliki efisien dalam memimpin perang, dan berani. untuk menang”.

Hui Huyu, seorang komentator politik mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Epoch Times, bahwa dirinya berpikir saat ini belum mendekati ritme perang, tetapi Xi Jinping perlu mempersiapkan perang, dan bersiap-siap untuk perang. Xi Jinping menggalakkan pembentukan unit-unit koperasi pasokan dan pemasaran adalah manifestasi dari persiapan perang, untuk menangani pasokan bahan yang berkurang di masa perang, jadi tentu saja tanggapan militer yang sesuai juga tidak kalah pentingnya.

“Jadi dari informasi ini kita tahu, Xi Jinping telah memperjelas bahwa militer Tiongkok akan berfokus pada persiapan perang, dan membuat persiapan yang sesuai untuk perang di masa depan. Setelah Kongres Nasional ke-20, rezim Beijing sedang menjadikan Tiongkok sebagai negara militerisme, secara bertahap mendorong Tiongkok ke ambang perang. Hui Huyu mengatakan : “Penyatuan Taiwan adalah target utama selama Xi Jinping berkuasa demi mencapai tujuan dari apa yang disebut kekuatan sosialis”.

Xi Jinping juga menekankan : “Dunia dalam satu abad terakhir ini sedang mengalami perubahan besar tak terlihat yang mempercepat evolusinya. Sedangkan ketidakstabilan dan ketidakpastian situasi keamanan negara kita akhir-akhir ini juga semakin meningkat, sehingga tugas perjuangan militer juga akan semakin sulit dan berat”.

Hui Huyu percaya bahwa dunia abad ini yang dimaksudkan oleh Xi Jinping dalam pidatonya adalah hitungan dari awal Perang Dunia II hingga suatu masa panjang di masa mendatang yang diyakini oleh Xi bahwa dirinya bisa terus berkuasa. Mungkin saja totalnya seratus tahun. Di penghujung abad yang kebetulan disebut “Era Baru Xi Jinping” ini, dunia sedang mengalami perubahan struktur dan restrukturisasi yang luar biasa, sedangkan rezim PKT justru menghadapi pengepungan dan pengucilan dari dunia Barat. Ini juga merupakan krisis eksternal yang belum pernah dialami oleh rezim PKT. (sin)