Beijing Tak Akan Serang Taiwan dalam Waktu Dekat, Jenderal Tertinggi AS Bongkar Kelemahan Militer Tiongkok

Xu Jian dan Shen Zhou

Jenderal militer tertinggi AS Mark Milley pada Rabu (17/11) lalu menyatakan, dalam waktu dekat militer RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tidak akan menginvasi Taiwan, jika dalam waktu dekat dilakukan penyerangan, Xi Jinping mungkin akan segera mendapatkan kesimpulan bahwa itu adalah bencana.

PKT Tidak Akan Invasi Taiwan Dalam Waktu Dekat

Ketua Kepala Staf Gabungan Militer AS Mark Milley dalam rapat arahan di Pentagon memperingatkan, Partai Komunis Tiongkok (PKT) menyerang Taiwan akan menjadi “suatu aksi militer yang sangat sulit untuk dilaksanakan, saya menilai militer RRT masih butuh waktu, barulah memiliki kemampuan militer dan melakukan persiapan”.

PKT menyerang Taiwan akan menjadi kesalahan strategis seperti Rusia menyerang Ukraina, Milley memperingatkan, “Menurut saya hal ini sangat tidak bijaksana, akan menjadi suatu kesalahan politik, kesalahan geopolitik, dan kesalahan strategis, yang menyerupai kesalahan strategis yang dilakukan Putin dengan menginvasi Ukraina.”

Milley menyatakan, kepala negara RRT Xi Jinping juga sangat memahami hal ini, ia menilai Xi Jinping “akan mengevaluasi hal ini berdasarkan biaya, manfaat, dan risikonya, menurut saya ia akan membuat kesimpulan begini — melakukan invasi terhadap Taiwan dalam waktu dekat risikonya terlalu tinggi, akhirnya akan mengakibatkan keruntuhan strategi pada tubuh militer RRT.”

Pada Senin (14/11) lalu, Presiden AS Biden bertemu dengan kepala negara RRT Xi Jinping di Pulau Bali, masalah Taiwan merupakan salah satu topik pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Dalam konferensi pers Biden telah memecahkan berbagai dugaan dari kalangan media massa mengenai niat Beijing menyerang Taiwan, Biden berkata, “Saya tidak merasa pihak Beijing memiliki niat yang mendesak untuk menyerang Taiwan.”

Suatu Permainan Yang Berbahaya

Milley menyatakan, bagi PKT, menyerang Taiwan akan menjadi suatu “permainan yang berbahaya”, karena pasukan RRT kekurangan pengalaman bertempur.

Dia menganalisa, walaupun pasukan RRT bisa menggunakan bom dan rudal untuk melakukan serangan terhadap Taiwan, tetapi untuk menduduki sebuah pulau kecil dengan banyak gunung dan penduduk yang padat adalah suatu “misi militer yang sangat sulit”.

Sejak Perang Vietnam 1979 pasukan militer RRT sudah tidak pernah lagi berperang, jika harus menyeberangi Selat Taiwan untuk menyerang Taiwan, maka ini akan menjadi suatu aksi militer yang “amat sangat berbahaya”, “Mereka tidak memiliki pengalaman dan latar belakang untuk melakukan masalah ini, juga tidak pernah mendapatkan pelatihan semacam ini.” Tegasnya.

 “Yang sedang dipahami masyarakat adalah: Berbicara soal perang di atas kertas dengan perang yang sesungguhnya adalah dua hal yang sangat berbeda, ketika darah mulai menetes, nyawa mulai berguguran, dan kendaraan tank dihancurkan, itu adalah hal yang sangat berbeda.” Komentar Milley senada dengan pernyataannya sebelumnya, walaupun PKT mungkin berharap mempersiapkan diri untuk melakukan invasi pada 2027, tetapi pasukan militernya belum melakukan persiapan dengan baik.

 Ia berkata, walaupun PKT sangat berambisi, namun militer AS merupakan negara militer terkuat di dunia, “Mereka (PKT) ingin menjadi negara terbesar pada 2049, tapi kami (AS) tidak akan membiarkan mereka menjadi nomor 1. Dalam 5 tahun, 10 tahun, dan 50 tahun ke depan, kami akan tetap menjadi nomor 1.”

Milley juga mengungkapkan bahwa  “Kami telah membuat persiapan militer yang matang, salah satu yang krusial sekarang adalah memastikan Taiwan mampu membela diri, dari perang Ukraina ini kami telah menyerap banyak pelajaran.”

 AL Amerika Hanya Menyisakan Satu Unit Kapal Induk di Samudera Pasifik

Pada 5 Juni tahun ini, armada kapal induk USS Reagan (CVN 76), USS Lincoln (CVN 72), dan USS Tripoli (LHA 7) berkumpul di Laut Filipina di timur Taiwan, mengikuti latihan bersama Perisai Gagah-berani (Valiant Shield 2022). Pesawat bomber B-1B juga ditempatkan di depan yakni di Pulau Guam; skuadron pesawat tempur F-22 yang bermarkas di Hawaii telah dimajukan penempatannya hingga Okinawa, Jepang, dan telah tampak di Latu Timur; dan pesawat tempur siluman F-35A ditempatkan hingga pangkalan militer AS di Iwakuni, dan latihan perang bersama di palau yang berdekatan dengan Guam dalam “Valiant Shield”.

Waktu itu, untuk mencegah PKT memanfaatkan celah dalam perang Rusia-Ukraina, dan berusaha memancing di air keruh menyerang Taiwan, pihak militer AS telah memperlihatkan modus pertempuran dalam perang membela diri Taiwan, untuk mencegah PKT mengambil risiko. Boleh dibilang militer AS mengeluarkan seluruh kekuatannya, tiga kapal induk ringan sampai berat dikerahkan berbarengan dengan pesawat tempur generasi kelima, kapal selam pun kerap menampakkan diri, namun belum memastikan PKT akan segera bertindak, hanya untuk membuat PKT mengurungkan niat jahatnya.

Usai latihan, armada USS Lincoln (CVN 72) berlayar menuju Hawaii untuk ikut ambil bagian dalam latihan perang Rim of the Pacific (RIMPAC), yakni kembali ke wilayah AS. Di pesisir barat AS ada kapal induk lain yang bersiaga, tapi belum dikirim kapal induk baru untuk menggantikan posisinya, sedangkan di sisi barat Samudera Pasifik hanya ditinggalkan kapal induk USS Reagan untuk berjaga.

Latihan perang di sekitar Taiwan oleh RRT pada Agustus lalu telah menciptakan ketegangan, militer AS tetap tidak menambah kapal induk ke barat Samudera Pasifik, tapi kapal serbu amfibi yakni USS Tripoli (LHA 7) dan USS America (LHA 6) berada di lokasi. 

Pihak militer AS menggantikan sementara kapal induk berat dengan kapal induk ringan mulai terlihat jelas. Sejak beberapa bulan terakhir USS Reagan berlayar dari Laut Filipina ke Laut Tiongkok Selatan, lalu berlayar ke utara menuju perairan Semenanjung Korea, melakukan patroli berskala besar di kawasan barat Samudera Pasifik, militer AS tetap tidak menambah armada kapal induk yang lain, seharusnya dikarenakan tidak melihat tanda-tanda PKT akan angkat senjata.

 Memang kecil kemungkinan PKT akan melakukan agresi militer sebelum dan sesudah Kongres Nasional ke-20. Kapal serbu amfibi USS Tripoli (LHA 7) beberapa hari lalu meninggalkan barat Samudera Pasifik, berlayar menuju Australia. Kapal serbu amfibi lebih banyak mengemban tugas kapal induk, juga berpatroli di Laut Tiongkok Selatan, Laut Filipina, Laut Timur dan lain-lain, menunjukkan niat tempur sebenarnya pasukan AS.

Kapal Serbu Amfibi AS Turut Serta Dalam Urusan Perang Garis Pertama

Begitu PKT mulai nekad menyerang, kapal induk AS sangat mungkin harus mundur terlebih dahulu, mundur ke luar dari batas jangkauan rudal DF-21 dan DF-17 milik RRT, menunggu sampai serangan udara AS menghancurkan pangkalan rudal mereka. Kekuatan utama pesawat tempur yang diangkut kapal induk AS adalah Boeing F/A-18E/F Super Hornet, yang terutama digunakan dalam serangan terhadap darat dan laut sekaligus untuk pertahanan, tidak akan dikerahkan untuk terlibat dalam perang udara di Selat Taiwan, diperkirakan akan absen dalam serangan balasan putaran pertama; tapi sangat besar kemungkinan akan terlibat dalam perang di lautan, untuk menghadapi armada samudera jauh PKT.

 Kapal induk USS Reagan belum dipadukan dengan pesawat tempur F-35C, kapal induk lain juga hanya dipadukan dengan satu skuadron F-35C; jika dibandingkan, kapal serbu amfibi yang dipadukan dengan pesawat tempur F-35B besar kemungkinannya akan diturunkan dalam serangan balasan putaran pertama. Jarak terbang F-35B tidak sejauh F-35C, namun dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal, dapat dioperasikan secara leluasa antar kapal serbu amfibi, juga dapat bertugas bergantian dengan F-35B yang ditempatkan di Jepang. Militer AS memiliki banyak pesawat pengisian bahan bakar di udara, F-35B tidak perlu khawatir masalah jarak terbang, dapat langsung diterjunkan dalam perang di Selat Taiwan maupun di Laut Timur, untuk merebut superioritas udara, bahkan dapat langsung melakukan serangan udara putaran pertama.

Kapal serbu amfibi AS juga dapat membuat roket RRT mengalami dilema, jika menggunakan rudal DF-21 dan DF-17 melakukan serangan jenuh terhadap kapal amfibi, begitu kapal induk AS datang, dikhawatirkan tidak ada lagi sisa rudal yang bisa digunakan. Begitu rudal PKT tidak mampu menembus jejaring pertahanan udara Aegis milik AS, kapal amfibi AS aman tak tersentuh, lebih banyak kapal induk AS akan berdatangan memberikan bantuan tanpa risau, dan ikut dalam penyerbuan. Jika RRT tidak menyerang kapal amfibi AS, maka hanya akan bisa melihat F-35B menguasai keunggulan di udara.

USS Tripoli (LHA 7) dan USS America (LHA 6) saat ini kerap berada di barat Samudera Pasifik, setelah berubah menjadi kapal induk ringan, maksimal mampu mengangkut 40 unit pesawat tempur F-35B, jika masing-masing ditempatkan di utara dan selatan Taiwan, maka pesawat tempur RRT akan sulit berperan maksimal. Dua unit kapal induk helikopter kelas Izumo milik AL Jepang, bisa dijadikan sebagai landasan pendaratan cadangan bagi F-35B.

F-22 dan F-35A milik AU Amerika akan melakukan serangan secara bergantian dari Jepang dan Guam, menguasai superioritas udara secara kuat, memastikan serangan udara dan serangan balasan dapat dilancarkan tanpa hambatan.

 Kombinasi Serangan Udara Bomber B-1B dan Pesawat Serbu A-10

Militer AS seharusnya tidak menemukan tanda-tanda PKT akan mengobarkan perang, AL Amerika tidak ditempatkan berlebihan di barat Samudera Pasifik, tapi AU Amerika selalu melakukan latihan perang berdasarkan kondisi perang sesungguhnya.

 Pesawat bomber B-1B dan pesawat serbu A-10 ditempatkan bersamaan di Guam, memperlihatkan kepada PKT kombinasi serangan udara tinggi dan rendah. Bomber B-1B adalah pesawat bomber dengan daya angkut amunisi terbesar, mencapai 57 ton, walaupun sama seperti B-2 dan B-52 sebagai pesawat bomber strategis, tapi telah mundur dari skuadron senjata nuklir strategis, dan khusus digunakan dalam serangan udara konvensional.

 Korea Utara yang terus melakukan provokasi militer, maka AS dengan cepat akan menempatkan 4 unit bomber B-1B di Guam, bertujuan untuk mendeterensi Korea Utara, sekaligus mendeterensi PKT. Bomber B-1B mampu mengangkut 24-30 rudal anti kapal AGM-158 atau rudal serangan darat, jarak tembaknya hampir 1.000 km, dapat melancarkan serangan dari luar jejaring pertahanan udara PKT. 

Dengan mengerahkan 2 unit B-1B, dapat melumpuhkan keseluruhan armada laut RRT; jika 4 unit dikerahkan, maka dapat dipecah menjadi dua jalur masing-masing memblokir sisi utara dan selatan Selat Taiwan.

 Rudal anti kapal AGM-158 yang diluncurkan B-1B dapat melumpuhkan instalasi radar pada kapal perang RRT, membuat sistem pertahanan udaranya kehilangan fungsi; pesawat serbu A-10 milik AS dan pesawat yang diangkut kapal induk dapat melancarkan serangan udara dalam skala besar, menjatuhkan bom yang dipandu presisi, menenggelamkan kapal perang RRT. Pesawat serbu A-10 juga dapat membantu perang anti pendaratan.

 Kombinasi bomber B-1B dan pesawat serbu A-10, telah memperlihatkan modus serangan balasan yang mungkin akan diterapkan AS dalam perang di Selat Taiwan. Pesawat tempur generasi kelima AS dapat berfokus dalam perang udara. Setelah bomber B-1B menghancurkan armada perang RRT, gelombang kedua akan dibawa rudal serangan darat jarak jauh AGM-158, langsung menyerang pangkalan militer RRT di sepanjang pesisir timur Tiongkok. (sud)