Eskalasi Aksi Protes Meledak di Berbagai Wilayah Tiongkok Mencerminkan Warga Sipil Semakin Berani Melawan PKT

oleh Luo Tingting

Baru-baru ini, aksi protes warga sipil terus terjadi di berbagai bagian Tiongkok. Menyusul kejadian protes karyawan Foxconn di Zhengzhou, dan insiden masyarakat menentang lockdown di Urumqi, Xinjiang, protes kelompok warga sipil juga terus bermunculan di Beijing, Shanghai, Sichuan, Tianjin, dan tempat lainnya. Warga sipil Shanghai bahkan secara terbuka meneriakkan motto “Partai Komunis Tiongkok mundur !” yang menggemparkan masyarakat dalam dan luar negeri. Menurut analisis, rakyat Tiongkok sudah tidak lagi takut terhadap PKT, bisa jadi gelombang perlawanan yang lebih besar terhadap rezim penguasa akan melanda Tiongkok dalam waktu dekat.

“Warga sipil Tiongkok tidak lagi takut PKT”

Baru-baru ini, protes kelompok masyarakat kerap terjadi di berbagai bagian Tiongkok, dan satu demi satu protes menunjukkan keberhasilan. Misalnya, puluhan ribu karyawan Foxconn di Zhengzhou memaksa polisi khusus, polisi bersenjata untuk mundur, dan berhasil mendapatkan kompensasi yang mereka tuntut. Berbondong-bondong warga sipil Kota Urumqi yang turun ke jalan untuk berunjuk rasa, bahkan berhasil mengatasi halangan untuk menerobos masuk dalam kompleks pemerintah, memaksa pemerintah setempat mengubah ucapan dan mengumumkan pembatalan lockdown malam hari itu juga.

https://www.youtube.com/watch?v=3hyIID-jmXY

Yue Shan, komentator urusan politik kepada NTDTV pada Minggu (27/11) mengatakan : “Lebih tepat dikatakan bahwa semakin banyak warga sipil Tiongkok tidak lagi takut pada rezim penguasa karena mereka tidak lagi tahan terhadap kebijakan pemerintah komunis Tiongkok yang semakin kacau balau”.

Ia berpendapat bahwa ini tidak kalah pentingnya dengan munculnya beberapa orang pencerah seperti “Saudara super berani di Chongqing” yang berorasi di depan warga komunitas dan meneriakkan kalimat : “Tanpa kebebasan lebih baik saya mati”. Keberaniannya mengagumkan setiap orang. Orang seperti ini selalu ada dan mereka lebih berani tampil pada saat kritis seperti sekarang.

Insiden di Urumqi memiliki signifikansi demonstrasi

Pengguna Twitter “@xzzzjpl” memperkirakan bahwa insiden Urumqi bagi komunis Tiongkok jauh lebih serius daripada insiden karyawan Foxconn. Dia mengemukakan 4 poin analisis :

Satu adalah insiden Foxconn yang hanya “berbau” ekonomi sehingga lebih mudah diatasi. Target utamanya adalah pabrik. Tetapi protes masyarakat Urumqi adalah menentang kebijakan nasional yakni pencegahan epidemi yang ekstrem, dan targetnya adalah pemerintah Urumqi yang memiliki signifikansi politik.

Yang kedua adalah hanya 20.000 atau 30.000 orang karyawan Foxconn yang terlibat dalam protes, sehingga dari skalanya, tidak terlalu sulit untuk mengendalikan situasi. Tetapi jumlah peserta unjuk rasa di Urumqi bahkan lebih besar, jangan-jangan di belakangnya ada dukungan dari seluruh rakyat Xinjiang.

Yang ketiga adalah Urumqi yang terletak di daerah sensitif Xinjiang, dikhawatirkan akan lebih mudah menyulut konflik etnis.

Keempat adalah soal memiliki signifikansi demonstrasi. karena situasi Foxconn lebih khusus sehingga signifikansi demonstrasinya terbatas. Tetapi insiden di Urumqi telah menjadi sorotan masyarakat dalam negeri. Inilah sebabnya pemerintah Urumqi mengumumkan bahwa lockdown dibebaskan karena kebijakan Nol Kasus telah tercapai, meskipun itu pengumuman yang terpaksa. Tetapi mereka enggan menunjukkan bahwa lockdown dicabut karena didemo. Singkatnya, insiden di Urumqi oleh rezim PKT dianggap lebih penting, lebih serius.

Tanggapi “AlexFFor” di Twitter : “Insiden Urumqi hanyalah sebuah pencetus, dan masih harus dilihat bagaimana perkembangan situasinya di masa depan. Satu peristiwa dapat memicu peristiwa lainnya. Biasanya konsekuensi dari peristiwa yang menyusul akan lebih sulit diperkirakan daripada yang sebelumnya. Misalnya : Suasana Foxconn, tidak pernah terpikirkan akan berkembang dari versi 1.0 yang pelarian karyawan berubah menjadi versi 2.0 yang bentrokan antara karyawan dengan petugas keamanan”.

Warga Shanghai Meneriakan Motto : PKT Turun ! Xi Jinping Turun !

Saat ini, efek samping dari protes warga sipil Urumqi sedang meluas secara berangsur-angsur. Di Kota Guangzhou, terjadi adegan pertempuran sengit di mana warga membawa alat-alat seadanya sebagai senjata untuk melawan petugas keamanan yang menghadang. Penduduk di sekitar Jalan Tiantai di Kota Tianjin turun ke jalan untuk memblokir jalan, memprotes otoritas membangun rumah sakit darurat untuk menampung suspek COVID-19.

Di beberapa tempat di Kota Chengdu, dan Chongqing, warga sipil mulai menolak melakukan tes asam nukleat, mereka secara sukarela dan spontan membongkar fasilitas isolasi dan membongkar pemblokiran yang dibangun otoritas. Bahkan warga dari beberapa komunitas sengaja memblokir pintu akses dengan memarkirkan kendaraan pribadi mereka di tengah jalan guna mencegah pihak berwenang mendatangkan bus untuk membawa paksa warga pergi ke tempat isolasi terpusat.

Pada 26 November, para mahasiswa di Beijing, Sichuan, Wuhan, dan Shanghai mengadakan acara berkabung terhadap para korban kebakaran, meminta pemerintah mencabut kebijakan Nol Kasus. Hal yang mengejutkan para reporter media asing adalah para pengunjuk rasa di Shanghai meneriakkan motto : “Tolak tes asam nukleat, tuntut kebebasan !” “Partai Komunis Tiongkok mundur ! Xi Jinping mundur !”

Ren Meiluo, seorang koresponden dari media Belanda “Trouw” untuk Tiongkok dalam pesannya di Twitter pada 26 November menyebutkan : “Saya hanya ingin menambahkan, betapa sulit untuk mempercayai bahwa pemandangan ini terjadi di Shanghai. Saya telah meliput berita Tiongkok selama 10 tahun, dan saya belum pernah melihat adegan seperti itu. Ada begitu banyaknya kemarahan yang meletus saat itu. Sampai saya ingin tahu apa yang bisa terjadi selanjutnya”.

Malam itu, Ren Meiluo mengambil gambar protes sejumlah besar warga yang berkumpul di Jalan Urumqi Tengah, Shanghai. Banyak pengunjuk rasa yang dibawa paksa oleh polisi.

Tang Jingyuan, komentator politik mengatakan kepada NTDTV bahwa dari insiden protes karyawan Foxconn sampai protes masyarakat Urumqi terutama karena tragedi kebakaran besar di Urumqi, akan menjadi penyulut keberanian untuk melawan bagi rakyat Tiongkok dan bahkan menolak pemberlakuan lockdown.

Tang Jiyuan menjelaskan,“Kami sekarang melihat massa di banyak kota besar secara spontan turun ke jalan untuk membongkar sendiri pemblokiran, menuntut pembebasan. Ini merupakan efek signifikansi demokrasi insiden Urumqi. Pada saat yang sama, dari sisi lain juga memperlihatkan bahwa setelah 3 tahun kebijakan Nol Kasus diterapkan, daya tahan dan kesabaran rakyat Tiongkok telah mencapai titik kritis”. Jika rezim Beijing enggan menginjak pedal rem dan segera mengubah kebijakan tersebut, ia percaya bahwa gelombang protes yang lebih besar akan melanda daratan Tiongkok. 

Yue Shan percaya bahwa meskipun PKT mengendalikan sarana propaganda dan mesin, untuk bertindak dengan kekerasan yang akan mempersulit bagi rakyat Tiongkok untuk melawan pemerintah, tetapi suatu hari nanti rakyat serempak bergerak untuk menentang penganiayaan pasti akan tiba.

Bagi Yue Shan, Karakteristik PKT telah menentukan bahwa ia akan bertindak tirani, sehingga tidak terhindar kekacauan dapat terus terjadi. Tampaknya tidak mungkin bagi PKT untuk membatalkan kebijakan yang bersifat penganiayaan. Namun pada akhirnya, rakyat pasti akan sadar lalu melakukan perlawanan.” (sin)