Aksi Protes Pecah di Guangzhou, Polisi Tembakkan Gas Air Mata Hingga Warga Merespon dengan Melempar Botol Anggur

Luo Tingting

Saat larut malam pada Kamis (29/11/2022) aksi protes kelompok pecah di Desa Houjiao, Distrik Haizhu, Guangzhou, Tiongkok.  Pihak berwenang mengirim sejumlah besar polisi anti huru hara dan menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa. Warga menanggapinya dengan melempar botol anggur, dan banyak orang ditangkap pada malam itu.

Video dan berita yang diposting di akun Weibo menunjukkan bahwa sekitar pukul 23.00 waktu setempat, aksi protes kelompok pecah di Desa Houjiao, Distrik Haizhu, Guangzhou, yang telah lama di-lockdown.

Sejumlah besar polisi anti huru hara mengenakan helm dan memegang perisai berbaris di jalanan, diikuti oleh polisi bersenjata serta yang membawa pentungan. 

“Oh, banyak sekali orang, kompi bala bantuan!” kata seorang pria di tempat kejadian saat merekam video.

Pagar merah sebagai bentuk segel di kedua sisi jalan yang digunakan untuk menutup jalanan  dihancurkan oleh massa, dan kerumunan besar berkumpul bersama dan berteriak “Buka blokir!”

Para pengunjuk rasa menghadapi polisi anti huru hara yang melemparkan botol bir dan beberapa benda untuk mencegah polisi bergerak maju. Para penonton bertepuk tangan dan bersorak.

Polisi menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa. “Mulai berkelahi, mulai berkelahi!” teriak seorang wanita dalam video tersebut.

Selama konfrontasi antara polisi dan massa, beberapa orang berdiri di gang, menyaksikan polisi menganiaya para pengunjuk rasa, dan memarahi polisi: “Anjing pengkhianat, anjing pengkhianat!”

Polisi secara tiba-tiba menembakkan bom gas air mata ke orang-orang tak bersenjata ini dan meledak di jalanan sambil menyemburkan bunga api yang menyilaukan, dan asap tebal langsung memenuhi seluruh gang. Orang-orang melarikan diri dengan cepat dan bersembunyi di rumah mereka.

Adegan polisi anti huru hara memegang senjata, tas peluru diikatkan di pinggang, memegang perisai, dan melambai-lambaikan tongkat untuk menekan massa, hampir sama seperti aksi protes jalanan dalam gerakan “anti ekstradisi” Hong Kong pada 2019.

Karena perbedaan kekuatan, polisi anti huru-hara bersenjata lengkap menangkap puluhan pengunjuk rasa muda dan  tangan mereka diikat. Insiden ini sangat mirip, ketika para pemuda pengunjuk rasa di Hong Kong ditangkap aparat.

Beberapa orang di lokasi merekam dengan ponsel mereka dan  diancam oleh polisi anti huru hara, “Mundur, mundur!”

Beberapa netizen memuji warga : “Desa Guangzhou Houjiao telah berjuang sepanjang malam. Keberanian sesama penduduk desa di Hubei patut dipuji  untuk melawan.  Kesimpulan dari protes tersebut adalah: “Pejabat memaksa rakyat untuk memberontak.”

Menurut kabar yang dirilis netizen, ada lima atau enam ratus polisi dengan perlengkapan  berbaris di pintu masuk Desa Houjiao pada malam itu. Polisi di Daerah Guangzhou diduga tak mencukupi hingga sekelompok polisi anti huru hara wanita juga ikut serta dalam penindasan tersebut. Orang-orang yang merekam video tersebut mengejek dan berkata: “Wanita juga digunakan sebagai pria.”

Tempat utama protes adalah Jalan Barat Houjiao. Aksi protes dipicu oleh blokade. Beberapa pedagang di Houjiao ingin mengirimkan barang dan masyarakat secara paksa mengenakan biaya lebih dari 100 yuan untuk satu paket barang hingga menyebabkan ketidakpuasan publik .

“Terkadang Anda benar-benar tak bisa menyalahkan orang-orang yang tidak mentaati peraturan, situasi memaksa Anda untuk melakukan itu,” kata sumber berita tersebut.

Beberapa netizen memotret di Houjiao, pada Rabu (30/11) pukul 06.00 pagi dan masih banyak mobil polisi di kedua sisi jalan yang belum dievakuasi. (hui)