Pembom Bunuh Diri Serang Kantor Polsek Astana Anyar Bandung

The Associated Press via The Epoch Times

Seorang teroris dan terpidana pembuat bom panci Cicendo 2017  yang dibebaskan dari penjara tahun lalu meledakkan dirinya sendiri pada Rabu (7/12/2022) di Polsek Astana Anyar Bandung, Jawa Barat menewaskan seorang polisi dan melukai 11 orang lainnya. 

Kepala Kepolisian Kota Bandung Kombes Aswin Sipayung mengatakan bomber memasuki kantor polisi Astana Anyar dengan sepeda motor dan meledakkan salah satu dari dua bom yang dibawanya saat polisi sedang berbaris untuk apel pagi, bahan peledak lainnya berhasil dijinakkan.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan bagian tubuh terlempar di dekat lobi kantor polisi yang rusak, yang diliputi asap putih saat orang-orang berlarian keluar gedung.

Seorang penjual makanan Herdi Hardiansyah mengatakan bahwa dia sedang menyiapkan makanan di belakang kantor polisi ketika sebuah ledakan keras mengejutkannya.

Dia melihat seorang perwira polisi yang dia kenali sebagai salah satu pelanggannya berlumuran darah, dibawa dengan sepeda motor oleh dua petugas lainnya ke rumah sakit. Dia kemudian mengetahui bahwa petugas tersebut meninggal dunia. Sepuluh orang lainnya dan seorang warga sipil terluka.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan kepada wartawan ketika ia mengunjungi kantor Kapolsek itu pada Rabu sore bahwa penyerang diyakini sebagai anggota organisasi ekstremis Jamaah Ansharut Daulah, atau JAD, yang berbaiat kepada kelompok teroris ISIS dan bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri mematikan lainnya di Indonesia.

Dia mengatakan polisi mengidentifikasi pria itu sebagai Agus Sujatno, yang juga dikenal dengan nama alias Abu Muslim. Dia dibebaskan dari Nusakambangan tahun lalu setelah menyelesaikan hukuman empat tahun penjara atas tuduhan pendanaan teroris dan membuat bahan peledak yang digunakan dalam serangan tahun 2017 di Bandung, Jawa Barat. 

JAD ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat pada  2017.

Sujatno masih masuk dalam daftar “merah” polisi tentang narapidana teroris setelah dibebaskan dari penjara karena penolakannya terhadap program deradikalisasi pemerintah.

Kapolri mengatakan, Sujatno masih sulit diajak bicara, dan cenderung menghindari proses (deradikalisasi). 

Program deradikalisasi telah digunakan sejak 2012 sebagai bagian dari pendekatan lunak pemerintah untuk merehabilitasi para ekstrimis dan melepaskan mereka dari pandangan radikal sehingga mereka dapat berintegrasi lebih baik ke dalam masyarakat begitu mereka dibebaskan. 

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dari sekitar 2.500 teroris yang ditangkap antara 2.000 hingga 2021, sekitar 1.500 telah dibebaskan dari penjara, dan hampir 100 di antaranya ditangkap kembali dalam beberapa serangan atau karena merencanakan serangan.

Proses deradikalisasi melibatkan kelas-kelas diskusi dengan tokoh-tokoh agama, cendekiawan terkemuka, dan tokoh masyarakat, serta bantuan keuangan untuk membuka bisnis begitu para ekstremis dibebaskan.

Sigit mengatakan dia memerintahkan unit satuan tugas polisi dan pasukan kontra-terorisme untuk menyelidiki serangan terbaru dan menemukan kemungkinan pelakunya.

Kapolda Jawa Barat Irjen Suntana mengatakan sebuah kertas yang ditempelkan pada sepeda motor pelaku ditemukan dengan tulisan, “Produk RKUHP Produk Kafir, Mari Kita Berantas Penegak Hukum.”

DPR RI baru saja mengesahkan RKUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) baru, antara lain, melarang penghinaan terhadap presiden dan lembaga negara.

 Adhe Bakti, Direktur Eksekutif  Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) menilai menggunakan KUHP baru hanya dapat dilihat sebagai momentum oleh teroris untuk melancarkan aksinya, Polisi dan tempat ibadah sebenarnya adalah target utama JAD sejak awal. 

Dia mendesak polisi untuk secara ketat memantau mereka yang ada dalam daftar “merah” mereka, karena dia mengatakan teroris yang dihukum dan menolak untuk mengambil bagian dalam program deradikalisasi kemungkinan besar akan melakukan tindakan teror lagi.

“Mereka harus terus menerus ditawari (untuk bergabung dengan program ini) seperti penjual yang menawarkan barang dagangannya,” katanya.

Indonesia telah memerangi teroris sejak pengeboman di pulau resort Bali pada tahun 2002 yang menewaskan 202 orang, sebagian besar yang tewas adalah wisatawan asing. Serangan yang ditujukan pada orang asing sebagian besar telah digantikan dalam beberapa tahun terakhir dengan serangan yang lebih kecil dan tidak terlalu mematikan yang menargetkan pemerintah, polisi, dan pasukan anti-terorisme serta orang-orang yang dianggap kafir oleh para ekstremis.

Pada 2019, seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di kantor polisi yang sibuk di Medan, kota terbesar ketiga di Indonesia, melukai setidaknya enam orang.

Pada Mei 2018, dua keluarga melakukan serangkaian bom bunuh diri di gereja-gereja di kota Surabaya, menewaskan belasan orang termasuk dua gadis muda yang orang tuanya melibatkan mereka dalam salah satu serangan. Polisi mengatakan bahwa sang ayah adalah pemimpin afiliasi lokal kelompok teroris Indonesia Jamaah Ansharut Daulah.

Tahun lalu, dua penyerang yang diyakini sebagai anggota JAD meledakkan diri mereka di luar gereja katedral Katolik Roma yang penuh sesak selama Misa Minggu Palma di Makassar, Sulawesi Selatan yang menewaskan dua penyerang dan melukai setidaknya 20 orang. (asr)