360 Juta Penduduk Tiongkok Terinfeksi COVID-19 ? Rezim Xi Jinping Mengubah Haluan 180°

oleh Rui Li

Dalam sebuah pertemuan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang dipimpinan oleh Xi Jinping pada Jumat (16 Desember), Xi Jinping selain tidak lagi menyinggung soal kebijakan Nol Kasus yang selama ini terus ia pertahankan, tetapi mengubah kebijakan demi “meningkatkan ekonomi dengan segala kekuatan”. Analis percaya bahwa krisis kekuasaan bagi PKT sudah berada di depan mata.

Menghadapi kekacauan yang disebabkan oleh pencabutan lockdown serempak secara tiba-tiba, pada 16 Desember Xi Jinping mengadakan “Konferensi Kerja Ekonomi Partai Komunis Tiongkok”. Dalam pertemuan yang ia pimpin itu, Xi sama sekali tidak menyinggung soal “Kemakmuran Bersama” dan “Mempertahankan kebijakan Nol Kasus” yang ia gagas, tetapi Xi Jinping malahan mengakui bahwa ekonomi Tiongkok sedang menghadapi situasi paling serius dan menekankan agar semua jajaran untuk mempromosikan perbaikan ekonomi.

Zhang Tianliang, scholar sejarah dan budaya mengatakan : “Krisis kekuasaan PKT sudah berada di depan mata, ia terpaksa membuat konsesi besar beralih dari epidemi ke ekonomi”.

Menghadapi “ledakan” epidemi yang disebabkan oleh perubahan tajam dari kebijakan pencegahan epidemi, masyarakat panik, tetapi jajaran pemimpi PKT termasuk Xi Jinping yang baru disahkan oleh Kongres Nasional ke-20 semua hanya diam tidak bisa mengatasi.

Komentator Wang He mengatakan : “Otoritas Xi Jinping putus asa dan dalam dilema. Apa pun yang mereka lakukan hasilnya salah. Dirinya tentu sadar benar bahwa kebijakan Nol Kasus telah gagal total. Tidak mungkin untuk menghilangkan virus. Kebijakan Nol Kasus telah menjadi proposisi yang salah. Dengan basis populasi yang besar dan lingkungan yang kompleks, membebaskan pemblokiran akan lebih sulit daripada negara lain di mana pun, dan risiko mutasi virus lebih besar, bahkan tidak mungkin dapat dicegah”.

Ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melambat menjadi sekitar 3% tahun ini, jauh di bawah perkiraan yang 5,5%. Ini kemungkinan akan menjadi kinerja ekonomi paling buruk Tiongkok dalam hampir setengah abad terakhir.

Pada hari yang sama, media daratan Tiongkok juga melaporkan kematian dua orang jurnalis media pemerintah terkenal akibat virus Wuhan (COVID-19). Secara tidak langsung telah membenarkan bahwa situasi epidemi di Tiongkok terus memburuk, dan jumlah kematian terus melonjak.

Komisi Kesehatan Tiongkok yang selama ini dicurigai melakukan pemalsuan angka kasus epidemi, telah berhenti memperbarui jumlah kematian sejak 3 Desember, juga berhenti menerbitkan jumlah infeksi tanpa gejala sejak 14 Desember.

Dengan tidak adanya data resmi yang kredibel, data dari media “Grup Data Kota” melalui “Indeks Pencarian Kata Kunci” mencoba untuk menghitung jumlah kasus secara nasional. mengingat Beijing adalah kota besar pertama di Tiongkok yang memasuki infeksi massal, lalu diikuti oleh kota-kota seperti Chongqing, Wuhan, Kunming, Chengdu, dan lain-lain. Jadi tercatat hingga 9 Desember, diperkirakan sudah ada 240 juta orang yang terinfeksi virus wuhan (COVID-19). Dan dapat mencapai 360 juta pada pertengahan Desember. Sementara itu, jumlah kematian secara nasional dapat mencapai 1,7 juta pada tahun depan.

Saat ini, laporan tersebut telah dihapus di akun resmi WeChat.

Selain rumah sakit dan industri pemakaman yang telah dilaporkan secara luas menghadapi “beban berlebihan”, pengiriman ekspres juga merupakan industri yang sangat terpengaruh oleh putaran epidemi ini.

Karena banyak kurir pengiriman paket yang terinfeksi, banyak paket yang tidak terkirim. Pada 16 Desember siang, otoritas di Distrik Haidian Beijing mengeluarkan proposal yang bunyinya begini : Khususnya di masa sulit seperti saat ini, bagi yang kebetulan belum masuk kerja atau memiliki waktu senggang, Anda dipersilakan untuk ikut bergabung dalam ‘Barisan Pengantar Paket’. 

Tak lama kemudian, situs China.com melaporkan bahwa sejumlah “Biro Bisnis” di Daxing Beijing, Shunyi, Kaifeng di Henan dan tempat lainnya juga ikut mengeluarkan proposal serupa.

Kabarnya ada beberapa perusahaan pengiriman paket telah menaikkan upah sampai menjadi RMB. 400,- per hari, tetapi masih sulit mendapatkan kurir.

Warga Beijing mengatakan : “Ya Tuhan, bisa jadi barang yang kita beli belakangan ini hanya tertumpuk di lokasi pengiriman dan tidak akan terkirim gara-gara kekurangan kurir”.

Media resmi melaporkan bahwa pada 15 Desember sore, sejumlah besar kurir dari Provinsi Hebei, Kota Tianjin, Chongqing, Guizhou, dan Chengdu secara berangsur-angsur tiba di Beijing untuk mengurangi tekanan yang dialami bisnis pengiriman paket. (sin)