COVID-19 Menyebabkan Komplikasi Pneumonia Muncul Dalam Skala Besar di Tiongkok, Dokter : Ini Bukan Omicron

oleh Zhu Ying

Saat ini, situasi COVID di daratan Tiongkok telah menyebar luas dengan gejala infeksi yang secara umum lebih serius daripada yang diperkirakan oleh dunia luar. Ada seorang staf medis  Tiongkok mengungkapkan bahwa hanya beberapa jam dalam melakukan CT scan terhadap 22 orang yang datang berobat ke klinik demam, terdeteksi mereka semua mengidap komplikasi pneumonia, yang diyakininya bahwa ini bukan disebabkan oleh infeksi strain Omicron.

Seperti yang kita ketahui bersama, virus partai komunis Tiongkok (COVID-19) yang saat ini masih mewabah di dunia terutama adalah strain Omicron, dan gejala khasnya adalah infeksi saluran pernapasan atas, yang umumnya tidak masuk ke paru-paru. Namun, baru-baru ini, banyak sumber di daratan Tiongkok telah mengungkapkan di Internet, bahwa sejumlah besar pasien yang sakit kritis (atau meninggal dunia) terdeteksi lewat rontgen bahwa mereka mengalami “paru-paru putih”, yaitu terdapat berbagai tingkat bintik keruh putih dan fibrosis di paru-paru yang menyebabkan penurunan fungsinya.

Beberapa hari yang lalu, seorang pekerja medis dengan nama online “Jinse Hua Nian” memposting pengalamannya, bahwa dia telah melihat 29 orang pasien di klinik demam selama 6 jam, dan 4 orang di antaranya datang untuk meminta resep obat atas nama anggota keluarga mereka, dan 3 orang adalah penderita yang datang berobat. 21 orang pasien perlu dirawat di rumah sakit, dan 22 orang pasien yang menjalani CT scan paru-paru, ternyata semuanya mengalami komplikasi pneumonia. “Dengan kata lain, ini bukan infeksi saluran pernapasan atas, ini bukan infeksi karena strain Omicron”.

Ini bukan infeksi saluran pernapasan atas, ini bukan infeksi karena strain Omicron. (foto Internet)

Menurut laporan Radio Free Asia, netizen Tiongkok lainnya baru-baru ini memposting di lingkaran temannya menyebutkan bahwa seorang kolega di Beijing yang terlibat dalam patologi mengatakan sesuatu terkait laporan internal medis yang membuat dirinya takut, “Ada banyak strain asli yang entah dari mana asalnya yang bercampur-baur dalam epidemi ini, jadi ada banyak orang dewasa yang mengalami paru-paru putih”.

Netizen tersebut melanjutkan sebutan dari koleganya : “Karena tidak ada sekuensing asam nukleat yang dilakukan, jadi saya tidak tahu apakah itu strain asli atau bukan”. Namun, seorang pelapor mengomentari dengan mengatakan : “Virus tidak akan bermutasi kembali ke asal, jadi itu adalah virus baru yang sengaja dilepas”.

Menurut laporan tersebut, saat ini tidak mungkin secara independen untuk mengkonfirmasi soal klaim “sengaja melepas virus baru”.

Dilihat dari berita di Internet Tiongkok, gejala khas “paru-paru putih” ketika wabah pertama menyebar dari Kota Wuhan 3 tahun lalu tampaknya mulai muncul kembali dalam jumlah besar baru-baru ini. Banyak staf medis yang memposting foto CT yang diambil oleh rumah sakit, menunjukkan bahwa pasien mengalami paru-paru putih dalam derajat yang berbeda.

Misalnya : Seorang dokter bermarga Zeng dari Rumah Sakit Chaoyang di Beijing mengunggah di Weibo rekaman video proses pemutihan yang cepat pada paru-paru seorang lelaki tua berusia 70-an tahun. Kabarnya bahwa lelaki tua itu hanya 1 hari sebelumnya terinfeksi virus partai komunis Tiongkok (COVID-19). Seorang dokter di Provinsi Henan memposting tulisan pada 23 Desember sore yang menyebutkan bahwa 2 orang pasiennya meninggal di pagi harinya, dan salah satunya mengalami paru-paru putih total.

Beberapa personel dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menjelaskan bahwa saat ini, kedua galur mutan Omicron dan Delta mungkin ada di Tiongkok pada waktu yang sama, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Tetapi dunia luar mempertanyakan apakah otoritas PKT menyembunyikan jenis mutasi baru?

Dalam beberapa hari terakhir, COVID terus menyebar dengan cepat ke seluruh daratan Tiongkok. Pada 25 Desember, pejabat Provinsi Zhejiang secara terbuka mengakui bahwa jumlah kasus positif di provinsi tersebut telah melampaui 1 juta kasus. Diperkirakan puncak epidemi akan segera tiba. Memasuki  Januari tahun depan, di mana jumlah infeksi baru mungkin mencapai 2 juta kasus per hari. (sin)