Banjir Kritikan Online Terkait PKT Mengubah Nama “Pneumonia Virus Korona” Menjadi “Infeksi Virus Korona”

 oleh Li Li – NTD

Setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) melonggarkan kebijakan mencegah penyebaran epidemi, pihak berwenang Tiongkok pada 26 Desember mengumumkan selain akan mengubah nama “pneumonia virus korona” menjadi “infeksi virus korona”, juga mengumumkan rencana mengubah langkah-langkah dalam penanganan kasus infeksi COVID-19 mulai awal bulan depan (Januari 2023). Pengumuman ini memicu sejumlah besar perselisihan yang dapat dilihat pada pencarian panas Weibo. Tetapi media resmi menutup kolom komentar.

Pada 26 Desember malam, Komisi Kesehatan dan Medis Tiongkok mengeluarkan pengumuman yang isinya antara lain akan mengubah nama “pneumonia virus korona” menjadi “infeksi virus korona”. Disebutkan pula bahwa mulai 8 Januari 2023, langkah-langkah dalam pencegahan dan pengendalian untuk penyakit menular tingkat A yang ditularkan oleh virus korona jenis baru (Penanganan Tingkat A terhadap Penyakit Tingkat B”) akan dicabut. Dan infeksi virus korona tidak lagi termasuk dalam pengelolaan penyakit menular karantina yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Perbatasan dan Karantina Republik Rakyat Tiongkok.

Pengumuman tersebut juga menyebutkan bahwa strain mutan Omicron telah menyebar luas di seluruh dunia, dan menginfeksi sejumlah besar orang, tetapi kasus tanpa gejala dan ringan mencapai lebih dari 90%, dan tingkat yang parah dan fatal sangat rendah. Para ahli di dalam dan luar negeri umumnya percaya bahwa periode patogenisitas virus telah menurun secara signifikan, dan penyakit yang diakibatkannya secara bertahap akan berkembang menjadi penyakit infeksi pernapasan biasa.

Melalui penilaian yang komprehensif, pemerintah Tiongkok yakin bahwa kondisi tersebut sekarang terpenuhi, sehingga infeksi virus korona baru sekarang sudah dapat dimasukkan ke dalam “Penanganan Tingkat B terhadap Penyakit tingkat B”. Bahwasanya mulai 8 Januari 2023 nanti, orang yang terinfeksi tidak lagi perlu menjalani karantina, dan tidak lagi mengidentifikasi kontak dekat, juga tidak lagi menentukan area berisiko tinggi dan rendah.

Pengumuman itu juga menetapkan bahwa dalam hal kebijakan keimigrasian, kewajiban tes PCR dan isolasi terpusat bagi warga negara Tiongkok setelah kembali dari luar negeri akan dicabut. Bagi warga negara asing yang ingin berkunjung ke Tiongkok hanya perlu membuktikan tes PCR negatif 48 jam sebelum perjalanan tanpa perlu lagi mendaftar ke kedutaan atau konsulat Tiongkok di luar negeri untuk mendapatkan kode kesehatan, lalu isikan hasilnya ke dalam kartu deklarasi kesehatan bea cukai. 

Selain itu, dalam hal penerbangan internasional, tindakan pengendalian seperti “lima buah satu” dan pembatasan faktor muatan penumpang juga akan dibatalkan, dan peraturan terkait yang diberlakukan pada angkutan penumpang di pelabuhan laut dan darat juga secara bertahap akan dilonggarkan. Selain itu, pengumuman juga menyinggung soal rencana pemerintah melonggarkan izin perjalanan luar negeri bagi warga negara Tiongkok.

Selain itu, pengumuman tersebut juga mengusulkan 11 langkah lain, termasuk meningkatkan jumlah vaksinasi bagi penduduk lansia Tiongkok, meningkatkan persediaan obat-obatan terkait dengan epidemi, reagen pengujian, dan sebagainya.

Segera setelah pengumuman tersebut beredar, kritik dan diskusi hangat muncul di antara para netizen Tiongkok. Media resmi “CCTV News” sampai-sampai memblokir sebagian besar komentar, tetapi topik ini masih menjadi topik paling dicari di Weibo.

Beberapa netizen dengan sinis menyebutkan : “Apa saja hasil penelitian selama 3 tahun ? Hanya mengurusi ganti nama ?” “Apakah dengan mengganti nama lalu radang paru-paru menghilang ?”

“Apa gunanya mengganti nama ? Apakah tidak melihat sudah begitu banyak kematian terjadi ?” Terinfeksi dan mati…” “Wabah yang sangat menular ! Hampir semua orang yang terinfeksi mengalami demam tinggi yang tidak kunjung reda ! Berapa banyak orang tua yang meninggal karena infeksi virus ini…” ….

Ada juga netizen yang mengalami sendiri kejadian kemudian menuliskan komentarnya : “Tapi kalau bukan radang paru-paru (pneumonia), kenapa kita batuk tak henti-hentinya ?” “Di hari kelima saya positif terinfeksi, dokter mendiagnosis saya mengalami peradangan kedua paru. Sekarang jadi tidak boleh lagi disebut pneumonia virus korona, tetapi infeksi virus korona”.

Beberapa netizen juga berkomentar, “Ini benar-benar beralih dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya”. “Seperti lelucon saja, padahal baru bulan lalu otoritas mengumumkan bahwa warga tidak boleh begini tidak boleh begitu, sekarang semuanya sudah dibongkar”.

“Dari 14.000 komentar tentang perubahan nama penyakit di Weibo yang diumumkan oleh “CCTV News” hanya selusin yang ditampilkan. Barangkali memalukan, jadi tidak ditayangkan ?”

Baru-baru ini, sejak PKT mengumumkan pelepasan tindakan pengendalian, epidemi telah menyebar dengan cepat di berbagai tempat. Rumah sakit di berbagai tempat telah penuh sesak, rumah perabuan di berbagai tempat sangat sibuk, banyak pasien virus korona terkena fenomena paru-paru putih dan meninggal dunia.

Menghadapi wabah yang datangnya seperti tsunami dan banyaknya kematian, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada 20 Desember untuk pertama kalinya merevisi kriteria untuk menilai kematian COVID-19, kemudian pada 25 Desember mengumumkan bahwa pihaknya tidak lagi merilis informasi harian terkait kasus virus komunis Tiongkok (COVID-19).

Komentar netizens yang marah : “Inilah pemerintah kita yang mengabaikan nyawa rakyatnya”. (sin)