DPR Baru AS Incar Beijing, Kecaman Media PKT Perlihatkan Ketakutan

Yang Wei

Pada 7 Januari lalu, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) periode baru pada kongres AS (Amerika Serikat) resmi menjabat, Ketua DPR yang baru Kevin McCarthy dalam pidatonya mengatakan, “Terkait (konfrontasi) PKT (Partai Komunis Tiongkok), kami akan membentuk Komisi Khusus Masalah Tiongkok (Select Committee on China) dari unsur kedua partai”. 

Di hari pertama DPR baru AS bersidang, langsung mengincar Beijing, hal ini membuat PKT berang sekaligus ketakutan, media massa partai berulang kali melontarkan kecaman, tanpa berani mengutarakan kebenaran, justru semakin mengungkap ketidak-berdayaan dan adanya ketakutan. Mengawali 2023, hubungan AS-RRT telah dipastikan berada pada tingkat baru tertentu.

Kesulitan Baru PKT Yang Lebih Besar

Pada 7 Januari lalu, DPR AS periode baru telah dilantik, mantan Ketua DPR Nancy Pelosi yang sangat dibenci PKT akhirnya tidak lagi menjabat, tetapi PKT tetap tidak bisa bergembira, karena Ketua DPR yang baru Kevin McCarthy yang merupakan ketua Partai Republik, sikapnya terhadap PKT bahkan lebih lugas dan lebih tajam.

Pada 4 bulan lalu, tepatnya pada 2 Agustus 2022, Ketua DPR AS yang menjabat waktu itu yakni Nancy Pelosi tiba di Taiwan dalam rangka kunjungan, surat kabar Washington Post pada hari yang sama memuat artikel yang ditanda tangani berjudul “Mengapa Saya Memimpin Tim Delegasi Kongres ke Taiwan” (Why I’m Leading a Congressional Delegation to Taiwan). Artikel menyebutkan, “Segala maksud untuk menentukan masa depan Taiwan dengan cara tidak damai… (berarti) membentuk ancaman bagi perdamaian dan keamanan kawasan Pasifik Barat, serta akan disoroti serius oleh AS”; “menghadapi percepatan invasi PKT, kunjungan delegasi kongres kali ini seharusnya dianggap sebagai pernyataan yang jelas, yaitu AS berpihak pada Taiwan selaku rekan demokrasi kami, bersama-sama membela diri dan kebebasan”.

Dia juga mengemukakan spanduk yang dibentangkannya di Lapangan Tiananmen pada 30 tahun silam, bertuliskan “To Those Who Died for Democracy in China”; serta mengecam tindakan PKT yang telah menginjak HAM dan kebebasan di Hong Kong, yang melakukan kejahatan genosida terhadap Tibet, Xinjiang, dan suku minoritas lain serta menganiaya tokoh agama dan oposisi. Untuk mencegah Pelosi berkunjung ke Taiwan, Beijing mencoba menekan Gedung Putih, namun gagal. Berang karena merasa tidak diindahkan, PKT pun menggelar latihan perang dan menembakkan rudal di sekitar Taiwan, bahkan memutus delapan jalur komunikasi dengan AS, serta memberi sanksi bagi Pelosi, dan melontarkan hujatan tajam.

Pelosi juga tidak mau kalah, selama dirinya menjabat sebagai ketua, kongres terus menerus mengeluarkan resolusi mengincar PKT, namun selama masa jabatannya tidak pernah membentuk “Komisi Terpilih Masalah Tiongkok” untuk menghadapi PKT; sejumlah resolusi telah menerima pendapat Gedung Putih, yang secara proporsional telah meredakan sejumlah pernyataan terhadap PKT. Walau demikian, PKT selalu memandang Pelosi sebagai duri dalam daging. Kini, Pelosi telah mundur, namun masalah PKT yang lebih besar justru telah tiba.

Dalam deklarasi penobatannya McCarthy mengatakan, “Terkait (konfrontasi) Partai Komunis Tiongkok, kami akan membentuk Komisi Khusus Masalah Tiongkok yang terdiri dari anggota kedua partai, untuk menyelidiki bagaimana membawa pulang kembali ke negeri kita ratusan ribu lapangan pekerjaan yang telah mengalir ke Tiongkok. Lalu kita akan memenangkan persaingan ekonomi ini.”

Terhadap sikap ini, anggota kongres Partai Demokrat juga bertepuk tangan tanda setuju, ini merupakan salah satu kesepahaman yang sangat jarang tercapai di antara kedua partai selama ini. Sekarang, topik melawan komunis sudah sangat jarang ada suara yang menentangnya di berbagai kalangan di AS, Partai Republik menguasai kongres AS, mereka akan berupaya keras mendorong topik melawan komunis, Gedung Putih yang dikuasai oleh Partai Demokrat hampir tidak ada pilihan lain, harapan PKT terhadap Gedung Putih mau tidak mau harus menyusut drastis.

Ruang Toleransi Terakhir Bagi PKT Hampir Tak Ada Lagi

Presiden Biden dari Partai Demokrat dapat memengaruhi pemimpin Partai Demokrat di kongres, tetapi harus ekstra hati-hati terhadap pemimpin Partai Republik. PKT tidak mampu membuat Biden membujuk Pelosi agar tidak berkunjung ke Taiwan, sekarang semakin tidak mampu membuat Gedung Putih membujuk para anggota kongres Partai Republik. Realitanya, berdirinya “Komisi Khusus Masalah Tiongkok” hanya akan membuat Gedung Putih bersikap semakin keras terhadap Beijing.

Setahun lagi yakni 2024 adalah tahun pemilu, presiden dan kamar DPR di kongres harus dipilih ulang, menghadapi ancaman dan tantangan dari PKT yang makin menonjol, Partai Demokrat harus menunjukkan sikap keras, jika tidak kemungkinan akan dikecam keras oleh Partai Republik, dan kehilangan pamornya di mata warga pemilih. Anggota kongres Partai Republik akan menjabat sebagai ketua dari berbagai komisi, berhak meminta pejabat pemerintah untuk bersaksi di depan kongres, jika anggota parlemen Biden terlihat bersikap lunak apalagi mentolerir PKT, maka dengan cepat akan diekspos dan diinterogasi.

Pertemuan Biden dan Xi Jinping sekitar sebulan lalu, waktu itu antara RRT dengan AS secara teori masih ada kesempatan berkompromi; kini, kompromi semacam itu semakin sulit terwujud.

Selama dua tahun terakhir, sikap Biden terhadap Beijing dari “bersaing” sampai “bersaing sengit”, sebenarnya adalah guna menjaga ruang bagi kedua belah pihak untuk berkompromi, yang paling sering disebut adalah pengurangan tarif masuk terhadap RRT; namun menghadapi sikap dan cara-cara Beijing yang memojokkan, Gedung Putih tidak bisa lagi mengalah, justru sebaliknya beberapa kali membalas dengan sanksi keras.

Pasca Kongres Nasional ke-20 PKT, sepertinya Beijing agak melunak terhadap negara lain, berupaya meredakan tekanan dari luar negeri, namun faktanya tidak ingin melunak, pemimpin PKT mau tak mau harus mengakui kesalahan kebijakan luar negeri sebelumnya. Wang Yi naik pangkat, Qin Gang (mantan dubes AS untuk RRT) kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, menunjukkan bahwa PKT tidak ingin melakukan perubahan yang sesungguhnya. Gedung Putih mendapat tekanan dari dalam dan luar, hanya akan selalu bersikap keras pada , melunak hampir tidak bisa dijadikan pilihan bagi Gedung Putih, apalagi berkompromi.

Respon Media Partai Ungkap Ketidak-Berdayaan PKT

Pada 4 Januari lalu, Qin Gang yang mengundurkan diri dari jabatan Dubes RRT bagi AS tampil dengan jabatan sebagai Menteri Luar Negeri PKT, mempublikasikan artikel di surat kabar Washington Post yang berjudul “The Planet’s Future Depends on a Stable China-US Relationship”.

Artikel Qin Gang ini telah menarik kesimpulan yang hidup akan hubungan RRT-AS selama setahun terakhir, selama rezim partai komunis masih eksis, maka hubungan RRT-AS tidak akan dapat “kembali ke jalan yang benar”

Dalam surat perpisahan Qin Gang kepada para pelajar Tiongkok yang berada di Amerika, dari awal telah menyebutkan Kongres Nasional ke-20 PKT sebagai “urusan penting dalam kehidupan politik partai dan negara”, serta mempromosikan konten Kongres Nasional ke-20 PKT. Pada 26 Desember 2022, Qin Gan bahkan juga merilis artikel di majalah The National Interest yang berjudul “How China Sees the World”, juga diawali dengan mempromosikan Kongres Nasional PKT ke-20. Qin Gang blak-blakan menunjukkan status sebagai Duta Besar RRT untuk Amerika Serikat, ia menyebutkan dirinya mewakili Tiongkok, sehingga diterima oleh AS, tapi dia sendiri berulang kali menegaskan dirinya mewakili PKT, bukan Tiongkok.

Setelah menjabat sebagai Menlu, nada bicara Qin Gang terhadap AS sepertinya melunak, tapi kurang dari tiga hari sudah diekspos oleh media massa partai.

Mungkin Qin Gang berharap dapat berkiprah di awal masa jabatannya di tahun baru ini, namun kantor berita Xinhua News justru tidak memberi dukungan. Propaganda anti-Amerika yang begitu sengit itu, diperkirakan bahkan oleh pejabat baru Komite Tetap Politbiro seperti Cai Qi yang bertanggung jawab urusan propaganda pun tidak berani menentukannya, apalagi hal ini menyangkut urusan diplomatik. Artinya dalam menghadapi perubahan baru kongres AS, PKT hanya bisa memendam marah namun tak berdaya, hampir saja drama “Timur bangkit Barat jatuh” dimainkan kembali.

Ketakutan dan Kelemahan PKT Terpapar Jelas

Pada 8 Januari lalu, kantor berita Xinhua News kembali merilis artikel berjudul “Tinjauan Xinhua: McCarthy ‘Menang Tipis’, Demokrasi Ala AS Gagal”.  Setelah melihat akhirnya McCarthy terpilih, tak ada lagi artinya bagi PKT untuk menertawakannya, maka buru-buru mengalihkan perhatian dengan mulai menggambarkan “demokrasi dan Partai Republik kini ibarat air dengan api”, “internal Partai Republik mengalami konflik”.

Diktator PKT tentu tidak memahami bagaimana cara demokrasi berjalan, mereka terbiasa dengan konflik hidup dan mati terselubung dan berkompromi, serta transaksi di bawah meja ala Kongres Nasional ke-20. Skandal mengusir Hu Jintao keluar dari ruang rapat mutlak tidak diperbolehkan dibahas oleh PKT, kubu Xi sangat mendendam pada kubu Jiang, tapi mau tidak mau harus memberikan penghormatan dan penilaian tertinggi untuk menunjukkan keharmonisan.

Anggota kongres AS pilihan warga mempertahankan prinsipnya, tidak mudah mengalah, pemilihan ketua kongres diperlihatkan terbuka pada publik, bagi PKT hal ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mengungkap perselisihan seperti itu kepada publik? Tapi saat disoroti dan dikomentari media massa AS maupun luar negeri, juga telah memperlihatkan kekuatan demokrasi. Baik presiden maupun ketua kongres harus selalu diawasi demokrasi, kekuasaan harus selalu dibatasi, untuk mencegah tragedi satu kekuasaan yang absolut. Inilah salah satu alasan AS menjadi negara kuat nomor satu. Pembawa acara Fox News yakni Tucker Carlson mengatakan, “Ini bukan suatu bencana, sistem memang harus bekerja seperti itu”; “Di dalam sistem ini, kita mengalami penderitaan, tanggung jawab, dan pertobatan; semua ini bukan hal buruk, bukan, semua ini adalah hal baik.”

Setelah Kongres Nasional ke-20, petinggi PKT tidak pernah melupakan “pertarungan”. Akan tetapi, cepat atau lambat PKT harus menghadapi satu masalah pelik, cepat atau lambat Kemenlu RRT harus memberi jawaban. Bagaimana meresponnya bukan masalah sulit yang sesungguhnya, tapi sanksi yang makin keras dan makin banyak yang tak mampu dicegah PKT; yang paling ditakutkan PKT seharusnya adalah apakah “Komisi Khusus Masalah Tiongkok” dengan segera akan mengemukakan masalah pertanggung jawaban pandemi. Saat ini semua negara di dunia sedang memperketat pembatasan warga Tiongkok yang terpapar virus, PKT menutupi pandemi, sengaja menyebarkan virus, hutang lama ini mungkin akan diperhitungkan di kemudian hari sekaligus, kali ini WHO tidak hanya tidak berani membela Beijing, sebaliknya mengecam PKT.

Begitu “Komisi Khusus Masalah Tiongkok” dibentuk oleh kongres AS, PKT akan mengalami situasi yang semakin pelik, dikhawatirkan kelemahan PKT akan semakin terpampang jelas, walaupun tidak diperlihatkan ketakutannya sekalipun tidak akan mempermudah situasi. Jika PKT tidak memperlihatkan ketakutannya, bahkan sebaliknya masih berniat “menantang”, maka akibatnya akan sangat runyam.

Kesimpulan

McCarthy baru terpilih menjadi ketua kongres setelah melalui 15 putaran pemungutan suara, jadi dia telah memperlihatkan pengaruhnya dari kubu garis keras Partai Republik, bagi PKT ini adalah berita buruk. Ruang kompromi antara AS dengan RRT sedang menyusut dengan cepat, tahun 2023 hubungan RRT dengan AS juga telah bisa dipastikan arahnya.

Harapan PKT yang mengatakan hubungan AS-RRT “kembali ke jalan yang benar” semakin tidak ada harapan. Tekanan bagi rezim PKT baik dari dalam negeri maupun luar negeri semakin lama semakin besar, sebelum keruntuhan PKT berbagai gejala akan terlihat semakin jelas. (sud)