Jepang dan Italia Sepakat Memperkuat Kerja Sama Pertahanan di Tengah Ancaman Tiongkok

Aldgra Fredly 

Jepang dan Italia pada Selasa 10 Januari sepakat untuk memperkuat kerja sama bilateral mereka di bidang keamanan dan ekonomi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas tantangan keamanan yang ditimbulkan oleh partai Komunis Tiongkok.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertemu dengan mitranya dari Italia, Giorgia Meloni, di Italia pada Selasa sebagai bagian dari tur selama seminggu ke negara-negara G-7 yang mencakup Prancis, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat.

Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral mereka ke “tingkat kemitraan strategis,” yang akan memerlukan mekanisme untuk konsultasi bilateral mengenai kebijakan luar negeri dan pertahanan, demikian ungkap Meloni kepada wartawan.

Kedua pemimpin menentang upaya untuk secara sepihak mengubah status quo melalui penggunaan kekuatan di Laut Tiongkok Timur dan Selatan, demikian menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Kishida juga menekankan perlunya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sembari mengungkapkan keprihatinan tentang program pengembangan nuklir dan rudal ilegal Korea Utara, demikian ungkap kementerian itu.

Kemampuan Udara Tempur

Jepang, Inggris, dan Italia mengumumkan pada bulan lalu program Global Combat Air Program (GCAP) untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur generasi berikutnya pada tahun 2035, yang akan menggabungkan proyek Tempest yang dipimpin Inggris dengan program pesawat tempur F-X Jepang.

Menurut pernyataan bersama oleh para pemimpin ketiga negara, GCAP akan membantu memperdalam kerja sama kedua negara dalam bidang pertahanan, teknologi, dan rantai pasokan, sekaligus memperkuat basis industri pertahanan mereka.

“Program ini akan mendukung kemampuan berdaulat ketiga negara untuk merancang, memberikan, dan meningkatkan kemampuan udara tempur mutakhir, hingga ke masa depan,” bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu hanya memberikan sedikit informasi spesifik tentang pesawat tempur itu tetapi mengutip “interoperabilitas masa depan” program itu dengan Amerika Serikat, NATO, dan mitra lainnya di seluruh Eropa dan Indo-Pasifik.

Pertemuan Jepang-Prancis

Sebelum pertemuannya di Italia, Kishida bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris pada hari Senin dan menyatakan niat Jepang untuk meningkatkan latihan militer bersama dengan Prancis.

“Karena upaya sepihak untuk mengubah dengan paksa status quo di Laut Tiongkok Timur dan Selatan semakin intensif dan lingkungan keamanan menjadi semakin tegang, kami ingin terus bekerja sama dengan Prancis,” kata Kishida.

Kedua pemimpin juga berjanji untuk meningkatkan kerja sama bilateral, termasuk di bidang energi nuklir dan terbarukan, manufaktur mobil, dan pertahanan.

Kishida akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Joe Biden di Washington pada 13 Januari. Kedua pemimpin diperkirakan akan membahas masalah regional dan global, termasuk program rudal Korea Utara yang melanggar hukum, perang Rusia melawan Ukraina, dan ketegangan Tiongkok dengan Taiwan.

Jepang menyetujui tiga dokumen pertahanan utama pada bulan Desember, termasuk Strategi Keamanan Nasional, yang mengacu pada Tiongkok sebagai “tantangan terbesar” Jepang. Jepang berusaha untuk memiliki kemampuan untuk melakukan serangan balik, sebuah langkah yang secara luas dipandang sebagai penyimpangan dari konstitusi pasca-perang negara itu. (asr)