Antrean Masih Panjang Meski Krematorium di Changzhou Memperabukan 1 Jenazah dalam 15 Menit

oleh Xia Dunhou, Li Xin’an, dan Liu Fang 

Setelah Partai Komunis Tiongkok (PKT) mencabut kebijakan Nol Kasus, gelombang epidemi dahsyat langsung melanda seluruh negeri yang memperburuk jumlah kematian. Akibat dari upaya PKT untuk menyembunyikan fakta epidemi, membuat sejumlah warga sipil di Tiongkok tidak menyadari bahwa epidemi sudah berkumbang sangat parah.

Selama lebih dari sebulan, rumah sakit, rumah duka dan krematorium di seluruh Tiongkok dipenuhi dengan jenazah, sehingga antrian panjang di depan rumah duka. Bahkan ada tungku yang dipakai untuk mengkremasi lebih dari satu jenazah, memperbanyak insinerator untuk pembakaran jenazah, selain adegan tragis yang menggunakan lemari pendingin makanan laut untuk penyimpanan sementara jenazah. Sedangkan di wilayah pedesaan yang luas, di desa yang sama, banyak keluarga melakukan pemakaman pada hari yang sama, dan jumlah makam baru di banyak daerah pedesaan meningkat secara signifikan.

Warga Kota Changzhou bermarga Tian mengatakan : “Sebulan yang lalu, banyak warga di sini yang kehilangan anggota keluarganya, tetapi berita kematian tidak diumumkan di TV, berita di TV tidak menyebut jumlah orang yang meninggal. Seberapa parahnya antrian di krematorium ? Baru dikremasi kalau ada 5 bungkus rokok merk ‘Zhunghua’. Epidemi ini sangat serius.”

Mr. Tian mengatakan bahwa di Kota Changzhou ada dua buah krematorium. Pada puncaknya, krematorium Buyiqiao di sebelah barat kota mengkremasi 1.000 orang setiap hari, setiap jenazah selesai dikremasi dalam waktu 15 menit.

Mr. Tian menambahkan : “Bulan lalu, setiap harinya memperabukan 1.000 jenazah pasien COVID-19 dengan kedelapan unit tungku yang dioperasikan 24 jam. 3 unit tungku cadangan mereka belum digunakan. Sekarang semuanya sudah digunakan. Butuh 15 menit.”

Ms. Cheng, seorang warga Tiongkok juga menuturkan bahwa banyak kerabat dan temannya telah meninggal karena COVID-19.

Ms. Cheng mengatakan : “Di antara teman-teman saya, ada beberapa orang yang kehilangan kakak laki-laki dan kakak perempuan mereka. Ada dua yang masih kecil. Salah satu kakak laki-laki mereka meninggal mungkin sekitar usia 70 tahun. Dia mengatakan bahwa alasan utamanya adalah karena tidak ada obat. Kakaknya itu dulunya bekerja di ketentaraan.”

Pada 15 Januari, Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong mengungkapkan bahwa PKT telah menutupi fakta tentang epidemi selama lebih dari tiga tahun. Epidemi di daratan Tiongkok telah menyebabkan kematian 400 juta orang. Ketika gelombang epidemi ini berakhir, Tiongkok akan ada 500 juta warga Tiongkok yang meninggal dunia. Guru Li mengatakan bahwa ketika SARS muncul terakhir kali, 200 juta orang Tiongkok meninggal dunia. Bertahun-tahun kemudian, PKT menemukan bahwa populasi telah menurun, kemudian segera merilis sistem dua anak dan tiga anak.

Komentator politik Li Zhengkuan menjelaskan kepada The Epoch Times pada  Kamis (19 Januari) bahwa karena PKT memblokir fakta tentang epidemi, ditambah dengan penyebaran bencana yang tidak merata, jadi jika tidak melibatkan diri seseorang, kerabat dan teman-temannya, seseorang bisa jadi tidak merasakan keseriusan dari tragedi wabah yang sedang terjadi. (sin)