Pejabat Kesehatan New York City: Subvarian Omicron XBB.1.5 Lebih Mungkin Menular pada Orang yang Telah Divaksinasi, Meski Demikian …

Katabella Roberts

Varian Omicron XBB.1.5 dari CO- VID-19 lebih mungkin menginfeksi individu yang telah divaksinasi, menurut pejabat kesehatan New York City (NYC).

“Subvarian Omicron XBB.1.5 sekarang menyumbang 73 persen dari semua kasus COVID-19 berurutan di NYC. XBB.1.5 adalah bentuk COVID-19 yang paling menular yang kami ketahui hingga saat ini dan disinyalir lebih mungkin menginfeksi orang yang telah divaksinasi atau sudah pernah mengidap COVID-19,” tulis Departemen Kesehatan dan Kebersihan Mental NYC di Twitter pada 13 Januari.

Meskipun  demikian, Departemen mendesak warga New York untuk mendapatkan vaksinasi dan menerima suntikan booster COVID-19 yang diperbarui, dengan menyatakan bahwa melakukan hal itu “masih merupakan cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari rawat inap dan kematian akibat COVID-19, termasuk dari varian baru ini”. 

Varian XBB.1.5 dengan cepat menjadi subvarian dominan di AS. Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa XBB.1.5 menyumbang sekitar 43 persen kasus COVID-19 di negara tersebut untuk pekan yang berakhir pada 14 Januari.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan awal bulan ini bahwa subvarian itu  sedang  meningkat di Amerika Serikat dan Eropa, dan sekarang telah diidentifikasi di lebih dari 25 negara.

Subvarian tersebut sekarang telah menyusul subvarian BQ.1.1, yang pertama kali diidentifikasi pada September, dan sekarang menyumbang sekitar 28,8 persen kasus di negara tersebut, menurut data CDC.

XBB.1.5 Tidak Mungkin Meningkatkan Keparahan

Meski telah terjadi lonjakan kasus XBB.1.5, WHO telah menyatakan bahwa varian tersebut tidak memiliki mutasi yang diketahui dapat meningkatkan keparahan virus pada individu.

Dalam penilaian risiko yang diterbitkan pada 11 Januari, badan kesehatan dunia itu mengatakan bahwa XBB.1.5, berdasarkan karakteristik genetik dan perkiraan tingkat pertumbuhan awal, dapat menyebabkan lonjakan kasus di seluruh dunia tetapi tidak membawa dampak mutasi apa pun yang diketahui terkait dengan potensi perubahan dalam tingkat keparahan.

Barbara Mahon, Kepala Divisi Virus Corona dan Virus Pernapasan Lain yang diusulkan CDC, juga mengatakan kepada CBS News pada 6 Januari bahwa tidak ada indikasi bahwa XBB.1.5 lebih parah daripada jenis Omicron sebelumnya.

Namun, WHO dalam penilaian risikonya mencatat bahwa “kepercayaan seluruh masyarakat dalam penilaian rendah” karena kurang- nya data tentang subvarian, yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat, dan mengatakan bahwa melalui lebih banyak data dan peng- ujian laboratorium yang diperlukan, perlu diketahui secara pasti seberapa parah subvarian tersebut.

WHO juga mencatat bahwa XBB.1.5 adalah salah satu subvarian COVID-19 yang paling resisten terhadap antibodi yang diperoleh dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

Menurut CDC, sekitar 666.511.603 dosis vaksin telah diberikan di AS, di mana 268.556.888 orang telah menerima setidaknya 1 dosis vaksin dan 229.359.062 telah menyelesaikan rangkaian vaksinasi primer.

Efektivitas Vaksin Hanya Bertahan 3 Bulan

Selain  itu,  15,9  persen  populasi AS berusia 5 tahun ke atas telah menerima suntikan booster bivalen yang diperbarui.

Dalam sebuah wawancara dengan Science News pada 13 Januari, spesialis penyakit menular Peter Chin-Hong dari University of California, San Francisco, menyatakan bahwa vaksinasi kemungkinan hanya memberikan perlindungan selama tiga bulan terhadap varian XBB.1.5 dari COVID-19.

“Booster baru yang diperbarui, umumnya bekerja sedikit lebih baik daripada vaksin lama dalam hal kemanjuran secara keseluruhan dan mencegah infeksi. Tetapi dengan varian ‘licin’ baru seperti XBB.1.5… jika Anda ingin mencegah infeksi, bahkan infeksi ringan, vaksin mungkin hanya akan bertahan selama tiga bulan,” kata Chin-Hong.

“Tetapi jika Anda berbicara tentang mencegah saya dari kematian atau pergi ke rumah sakit, vaksin itu akan memberi saya peningkatan perlindungan selama berbulan-bulan, mungkin hingga musim dingin mendatang bagi kebanyakan orang. Untuk orang lanjut usia, lebih dari

65 tahun, jika tidak menerima booster hari ini, maka itu akan menjadi masalah,” tambah spesialis penyakit menular itu. (osc)