Pasien Radang Otak di Tiongkok Meningkat, Tingkat Kematiannya Lebih Tinggi Daripada Paru-Paru Putih

oleh Xiong Bin dan Chen Jie 

Jumlah pasien ensefalitis (radang otak) yang disebabkan oleh virus (COVID-19) telah meningkat di banyak tempat di daratan Tiongkok, dengan tingkat kematiannya yang telah melampaui kematian karena paru-paru memutih.

Banyak pasien yang mengalami gejala seperti pusing, bingung, pikun, tidak responsif, dan kehilangan semangat setelah terinfeksi wabah tersebut. Ada dugaan bahwa ini  mungkin merupakan gejala sisa yang ditinggalkan oleh virus yang menyerang otak pasien bersangkutan.

Menurut laporan media Tiongkok, jumlah pasien ensefalitis yang disebabkan oleh epidemi di Shenzhen, Shanghai dan Hangzhou, Zhejiang telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Rumah Sakit Umum Universitas Shenzhen merilis pesan di akun publik WeChat bahwa unit neurologi rumah sakit telah menerima belasan pasien ensefalitis dalam seminggu terakhir, dan yang termuda baru berusia 20-an tahun.

Dokter di Rumah Sakit Ketiga Rumah Sakit Sun Yat-Sen, Guangzhou mengungkapkan dalam sebuah rekaman video, bahwa baru-baru ini mereka telah menerima banyak pasien dengan gejala ensefalitis. Seorang pasien yang 1/3 otaknya terinfeksi virus sudah dapat digolongkan sebagai pasien ensefalitis nekrotikans akut. Dan tingkat kematian radang otak ini bahkan lebih tinggi daripada “paru-paru putih”. Dokter tersebut juga menyebutkan bahwa ada dua peringatan dini utama yang bisa dijadikan indikasi pasien mengalami ensefalitis yang disebabkan oleh epidemi, pertama adalah kondisi mental yang terus memburuk, atau bahkan koma. Yang lainnya adalah kambuhnya epilepsi, anggota badan kejang-kejang, mulut berbusa.

Setelah PKT melepas kendali terhadap penyebaran epidemi pada awal bulan lalu, epidemi langsung menyebar luas ke seluruh Tiongkok. Banyak orang menderita pusing, kebingungan, kehilangan ingatan, respons lamban, dan hilangnya semangat setelah mereka tertular epidemi. 

Seorang pria penduduk Beijing mermarga Li mengatakan : “Setelah terinfeksi, kepala saya sering pusing, pikiran tidak jernih, goyah waktu berjalan kaki, tampaknya saya mengalami gangguan vestibular. Saya telah menjalani beberapa pengobatan tradisional Tiongkok, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Sedikit bergerak saja sudah ngos-ngosan. Musim panas tahun lalu, saya masih bisa berenang sejauh 1.000 meter, tapi sekarang saya rasa 200 meter saja sulit.”

Ms. Li, warga Hangzhou mengatakan : “Saya juga merasakan gejala sisa. Selama ini kepala saya berat sering pusing. Ketika saya bangun atau duduk, saya merasa pusing, pandangan menjadi gelap, dan dunia seakan berputar. Penyakit ini dapat dipicu berdasarkan gejala yang mendasari yang sudah ada sebelumnya. Di sekitar kampung halaman saya, terjadi cukup banyak warga yang meninggal, yang pasti terkait dengan virus ini.”

Pria warga Wuhan bermarga Gao mengungkapkan bahwa semua data resmi dipalsukan pihak berwenang, sehingga tidak lagi ada orang yang tahu tentang berbagai gejala sisa terkait setelah terinfeksi virus komunis Tiongkok. Tetangganya dirawat di rumah sakit karena paru-parunya memutih setelah tertular epidemi. 5 orang pasien yang berada dalam bangsal yang sama meninggal, itu pun tidak boleh diberitakan, dan penyebab kematiannya pun tidak boleh dikaitkan dengan epidemi.

“Saya sudah lama kehilangan indera perasa dan penciuman. Gejala sisa yang tertinggal terlalu besar. Sekarang saya merasa bahwa usia hidup saya sudah hilang separo. Hidup atau mati hanya bisa mengandalkan diri sendiri, Jika tidak tahan ya tinggal dibereskan di krematorium. Meskipun alasan kematian harus ditulis tidak ada kaitannya dengan epidemi. Ada suatu kebiasaan yang berlaku di Kota Wuhan, jelang Tahun Baru Imlek warga akan bersembahyang / berdoa untuk anggota keluarganya yang telah wafat, Jadi pada malam menjelang Tahun Baru Imlek dan Tahun Baru Imlek bunga-bunga berwarna putih, kuning dan krisan terlihat ada di mana-mana di seluruh kota, yang berarti banyak warga Kota Wuhan telah pergi untuk selama-lamanya.”

Selain peningkatan pasien dengan gejala radang otak, jumlah pasien yang mengalami infeksi berulang di berbagai wilayah Tiongkok juga meningkat secara signifikan, dan telah menimbulkan gejala penyakit saluran pencernaan seperti diare dan muntah. Diare umumnya dianggap sebagai gejala khas dari infeksi virus varian XBB. (sin)