Kata Psikolog Negara Paling Bahagia di Dunia : Tiga Hal yang Tidak Kami Melakukan

Chen Juncun

Menurut “World Happiness Report” yang dirilis oleh PBB pada 2022, Finlandia dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia selama 5 tahun berturut-turut. Seorang psikolog Finlandia menyatakan, untuk memiliki hidup yang bahagia, mereka tidak melakukan 3 hal. Mungkin, inilah alasan negara ini berkali-kali terpilih sebagai negara paling bahagia di dunia.

Seorang dosen dari Aalto University sekaligus filsuf dan peneliti psikologi bernama Frank Martela menulis artikel di CNBC yang menjelaskan, dalam laporan tersebut masyarakat dari 156 negara diminta untuk memberikan penilaian terhadap kehidupan mereka saat ini dari angka 0 sampai 10, diantaranya angka 0 adalah nilai yang paling buruk.

Laporan ini juga mempertimbangkan faktor dukungan sosial, usia panjang, kemurahan hati, dan pemberantasan korupsi, dan akhirnya Finlandia terpilih sebagai negara yang paling bahagia di dunia. Di urutan kedua ada Denmark, menyusul Islandia, Swiss, dan Belanda. Sedangkan Taiwan berada di urutan ke-26, melampaui Jepang serta Korea Selatan, dan menduduki urutan teratas negara-negara Asia Timur.

Martela mengatakan, ia meneliti prinsip mendasar kebahagiaan. Acap kali ada yang bertanya padanya, apa penyebab orang Finlandia begitu puas dengan kehidupan mereka? Terhadap hal ini Martela berbagi pandangannya. Ia mengatakan, untuk menjaga kualitas hidup yang tinggi, orang Finlandia tidak melakukan 3 hal berikut ini:

 (1) Tidak akan Mengabaikan Kebaikan Alam

Pada 2021 dilakukan sebuah survei terhadap 2.245 orang dewasa Finlandia, dimana sebanyak 87% responden menjawab bahwa alam semesta sangat penting bagi mereka, karena ia memberikan energi, relaksasi, dan ketenangan pikiran. Hanya 12% orang yang beranggapan jagad raya tidak begitu penting, atau mereka tidak begitu menyukai alam.

Martela menuliskan, di Finlandia, pada musim panas para pekerja perusahaan memiliki hari libur selama empat minggu. Mayoritas dari mereka akan memanfaatkan liburan itu untuk pergi ke pedesaan, membiarkan dirinya terbuai di tengah dekapan alam.

Ia mengatakan, banyak kota-kota di Finlandia juga tidak begitu padat pembangunannya, ini berarti banyak orang Finlandia berada sangat dekat dengan alam. Seperti dirinya yang tinggal di dekat Central Park di ibukota Helsinki, ia kerap berjalan-jalan di taman itu.

 (2) Tidak Akan Membandingkan Dirinya Dengan Tetangga

Martela mengatakan, di Finlandia ada sebuah sajak yang sangat terkenal, kurang lebih maknanya adalah: “Jangan bandingkan atau sombongkan kebahagiaanmu.” Orang Finlandia selalu mengingat pepatah itu, khususnya di saat membicarakan tentang materi dan memamerkan kekayaan.

 Ia memberikan contoh, suatu kali ia bertemu orang terkaya di Finlandia. Waktu itu orang tersebut sedang mendorong kereta bayi dimana duduk anaknya, berjalan ke arah stasiun KA bawah tanah. Dia bisa saja membeli sebuah mobil mewah dan memakai supir, tetapi ia lebih memilih mengendarai alat transportasi umum.

 Inilah model seorang yang sukses di Finlandia — tak ada bedanya dengan orang lain.

(3) Tidak Merusak Kepercayaan Antar Sesama

Sebuah riset oleh National Bureau of Economic Research menunjukkan, semakin tinggi saling keterpercayaan antar warga di sebuah negara, maka mereka akan semakin bahagia.

Majalah Readers’ Digest AS pada 2022 melakukan sebuah eksperimen “kehilangan dompet” (Loss Wallet) di berbagai belahan bumi. Mereka sengaja menghilangkan dompet di 16 kota yang terpilih, melihat bagaimana reaksi masyarakatnya, apakah mengembalikannya dengan jujur.

Mereka meninggalkan 12 buah dompet di tempat umum pada setiap kota seperti di taman, jalur pejalan kaki, pusat perbelanjaan dan lain-lain, dan di dalam setiap dompet terdapat foto, kartu nama, uang sekitar USD 50 dolar, juga terdapat data pribadi dan nomor ponsel dan lain sebagainya.

Eksperimen ini menemukan bahwa warga di Helsinki Finlandia adalah yang paling jujur. Mereka mengembalikan 11 dari 12 buah dompet. Salah seorang yang menemukan dan mengembalikan dompet itu adalah seorang pengusaha kaya berusia 27 tahun bernama Lasse Luomakoski

Ia memberitahu Readers’ Digest, “Kami adalah suatu komunitas yang sangat kecil, sangat tenang, dan juga memiliki hubungan yang sangat dekat. Kami sangat jarang ada korupsi, kami bahkan tidak akan menerobos lampu merah.”

Lewat eksperimen itu Martela menjelaskan, orang Finlandia cenderung saling percaya satu sama lain, juga mengutamakan kejujuran. Ia mengatakan, jika Anda meninggalkan laptop di perpustakaan atau ponsel Anda jatuh di dalam kereta api, Anda bisa dengan sangat yakin dapat menemukannya kembali.

Sedangkan anak-anak juga kerap menumpang bus dari sekolah pulang ke rumah, atau bepergian ke luar kota, sama sekali tidak perlu diawasi atau didampingi orang dewasa. (sud)