Burung Madu Sriganti Memiliki Fitur Rahasia yang Terselip di Balik Sayapnya

 LOUISE CHAMBERS

Burung Madu Sriganti di Asia Tenggara dan Australia adalah burung kecil yang cantik dengan ciri khas warna-warni yang terselip di bawah sayapnya. Bulu berwarna biru metalik dan kuningnya ditambah dengan semburat warna aprikot yang tiba-tiba muncul ketika  saatnya untuk menemukan pasangan.

Sedangkan Burung Madu Sriganti  betina tidak terlalu berwarna dibandingkan burung jantan. Ia akan tampil maksimal saat musim kawin. Burung penyanyi kecil ini juga memiliki perut berwarna kuning cerah, bulu biru warna-warni yang menarik di dada bagian atas dan tenggorokan, serta bulu punggung dan sayap berwarna zaitun, tetapi percikan bulu aprikot di bawah sayapnya benar-benar merupakan senjata rahasianya – hanya ditampilkan saat burung jantan mencoba menarik perhatian burung betina.

(ukrit.wa/Shutterstock)

Burung ini biasanya kawin dari  April sampai Agustus di belahan bumi utara, dan Agustus sampai Januari di belahan bumi selatan.

(kajornyot wildlife photography/Shutterstock)

Ketika sepasang burung berhasil kawin, burung betina akan membuat sarang berbentuk buah pir dari batang rumput dan bahan berserat lainnya dengan pintu masuk kecil di sisinya, menurut One Big Birdcage. Ia akan bertelur hingga tiga butir  berwarna hijau pucat dengan bintik-bintik coklat dan mengeraminya selama 11 hari.

Sang jantan akan kembali setelah anak-anaknya menetas dan berbagi tugas memberikan makan dengan pasangannya selama 16 hari hingga anak-anaknya terbang dari sarang.

(sunsetman/Shutterstock)

Burung Madu Sriganti (Cinnyris jugularis) memiliki panjang sekitar 12 cm dan merupakan burung omnivora, memakan nektar bunga kelapa dan pepaya, serta mencari makan invertebrata seperti laba-laba, semut, dan ulat. Burung ini terbang dengan cepat dan banyak mengambil nektar dengan cara melayang-layang, namun sering kali lebih suka mencari tempat bertengger untuk mencari makan, menurut Taman Nasional Thailand.

Burung-burung ini memiliki jangkauan habitat yang luas, termasuk Tiongkok Selatan, Filipina, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Australia Timur Laut. Meskipun pada awalnya mereka terkait dengan rawa bakau, mereka sekarang telah menyesuaikan diri dengan ruang manusia. Tidak jarang kita melihat burung ini di hutan, kebun, dan perkebunan kelapa yang berbatasan dengan kota dan desa.

Populasi mereka diyakini stabil dan sayapnya berwarna aprikot yang khas dapat menyenangkan para pencinta burung dari generasi ke generasi.